Gamelan dan wayang digunakan sebagai sarana berdakwah oleh

Sunan Kalijaga. ©istimewa

JATENG | 15 Desember 2021 08:15 Reporter : Shani Rasyid

Merdeka.com - Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Wali Songo yang sangat disegani. Namanya cukup terkenal di banyak tempat yang tersebar di wilayah Pulau Jawa bagian tengah.

Melansir dari Uny.ac.id, di antara para anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga ditugaskan untuk melakukan dakwah kepada para penganut kepercayaan lama. Dalam menyebarkan ajaran Islam, dia selalu menggunakan pakaian adat Jawa setiap hari dengan menggabungkan unsur Islam. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu menerima kehadirannya di tengah-tengah mereka.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga menggunakan media dakwah dalam menyebarkan ajarannya. Apa saja media dakwah itu? Berikut selengkapnya:

2 dari 4 halaman

©Shutterstock

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu media dakwahnya. Waktu itu, kesenian wayang memang digemari masyarakat. Dia pun berkeliling di wilayah Padjajaran dan Majapahit untuk menjadi dalang.

Apabila masyarakat ingin Sunan Kalijaga mengadakan pertunjukan wayang, dia tidak meminta masyarakat untuk memungut biaya apapun, selain mengucapkan dua kalimat syahadat.

Di dalam kesenian wayang inilah, Sunan Kalijaga mengajarkan nilai-nilai tasawuf. Dia juga memunculkan ajaran Islam lewat tokoh-tokoh Yudistira dan Bima.

3 dari 4 halaman

©2021 KBRI Tokyo

Melansir dari Uny.ac.id, gamelan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga ketika pertunjukan dan acara lainnya.

Dalam pertunjukan, ketukan gamelan ia ciptakan sendiri agar diterima masyarakat. Selain itu gamelan dimanfaatkan untuk mengundang masyarakat datang ke masjid. Alat musik tradisional itu juga digunakan saat acara Grobeg dan Sekaten untuk bertujuan demi mendapatkan perhatian masyarakat.

Tembang

©YouTube/Solite Kids

Selain menggunakan gamelan, Sunan Kalijaga juga menggunakan tembang sebagai sarana menyebarkan dakwah Islamnya. Tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga antara lain Tembang Rumekso Ing Wengi dan Ilir-Ilir.

Tembang Rumekso Ing Wengi berisi tentang doa saat malam hari setelah melakukan salat tahajjud. Tembang ini disusun Sunan Kalijaga karena waktu itu masyarakat Jawa masih kesulitan dalam menghafal doa berbahasa Arab. Selain itu, terdapat pula Tembang Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul yang berisi tentang nasihat-nasihat kehidupan.

4 dari 4 halaman

©2015 Merdeka.com/arie sunaryo

Dalam menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga juga menggelar semacam perayaan yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “grebeg”. Di dalamnya terdapat tradisi Sekaten yang berasal dari kata “sekati” yang berarti “nama dua alat gamelan”.

Ide untuk menggabungkan kebudayaan grebeg dengan sekaten muncul saat Sunan Kalijaga mencoba mengajak masyarakat ke masjid yang saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Selain menggelar musik gamelan dan tari-tarian, waktu itu Sunan Kalijaga juga mengajak masyarakat menghiasi kompleks masjid. Awalnya masyarakat malu untuk datang, tapi perlahan-lahan mereka berdatangan melewati gapura dan dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.

(mdk/shr)

KOMPAS.com - Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo (sembilan wali) yang merupakan penyebar agama Islam di tanah Jawa. Tahukah kamu kisah mengenai Sunan Kalijaga? 

Raden Mas Syahid merupakan nama kecil Sunan Kalijaga yang lahir pada 1450 Masehi di Tuban, Jawa Timur. Ia merupakan putra seorang Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta.

Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Bonang. Dalam menyebarkan agama Islam, cara pendekatan yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan memakai sarana kesenian dan kebudayaan.

Sebelum menjadi penyebar agama Islam, Raden Mas Syahid saat remaja sering melakukan tindakan kekerasan, berkelahi, hingga merampok.

Baca juga: Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Tanah Jawa

Dalam buku Sunan Kalijaga, Mistik dan Makrifat (2013), karya Achmad Chodjim, Raden Mas Syahid membongkar gudang kadipaten dengan mengambil bahan makanan, dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang memerlukannya dengan cara diam-diam.

Saat diintai oleh penjaga keamanan kadipaten, Raden Mas Syahid tertangkap basah. Kemudian dibawa dan dihadapkan kepada ayahnya Adipati Tumenggung Wilatikta.

Tindakan yang dilakukan Raden Mas Syahid membuat ayahnya malu dan mengusirnya.

Namun, Sunan Kalijaga tetap melakukan tindakan tersebut. Hasil dibagi-bagikan ke masyarakat miskin.

Bertemu Sunan Bonang

Saat berada di hutan Jatiwangi, Raden Mas Syahid bertemu dengan Sunan Bonang dibegal dan merampas tongkatnya.

Saat menjalankan aksinya, Sunan Bonang menasehati dan membuat Raden Mas Syahid sadar. Akhirnya sadar dan belajar dari Sunan Bonang. Ia pun kemudian menjadi murid Sunan Bonang dan menjadi salah satu wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. 

Baca juga: Sunan Gresik, Wali Pertama Penyebar Islam di Tanah Jawa

Dikutip situs www.nu.or.id, dengan bekal ilmu silat dan jiwa tang tangguh. Raden Mas Syahid banyak belajar ilmu dari Sunan Bonang, seperti kesenian, kebudayaan, belajar kesustraan jawa, dan pengetahuan falak.

Tidak hanya itu tapi juga ilmu-ilmu ruhaniah dalam ajaran agama Islam hingga diangkat menjadi wali di tanah Jawa.

Sunan Kalijaga aktif berdakwah di tanah Jawa setelah sekembalinya dari Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dan belajar.

Cara berdakwah

Sunan Kalijaga mengawali dakwahnya di Desa Kalijaga, Cirebon. Ia mengislamkan penduduk sekitar termasuk Indramayu dan Pamanukan.

Model dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan pendekatan lewat kesenian dan kearifan lokal.

Sunan Kalijaga terlebih dahulu mempelajari watak dan budaya penduduk sekitar. Kalau mereka adalah tatanan masyarakat yang mudah lari jika dipaksa untuk mengikuti sesuatu yang baru bagi mereka.

Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa

Tetapi mereka suka dengan kesenian, keramahan, dan nilai-nila luhur yang serupa.

Dakwah Sunan Kalijaga dalam menumbuh-kembangkan nilai-nilai keislaman di Jawa, lebih banyak dengan menggunakan pendekatan seni dan kearifan budaya lokal.

Tidak hanya itu saja yang dijadikan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah.

Sunan Kalijaga juga merancang pendekatan yang sesuai dengan penduduk Jawa. Yaitu, akulturasi budaya dengan menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam segi-segi budaya lokal.

Ia juga menyumbangkan ide seperti perencanaan alat-alat pertanian, desain pakaian, permainan tradisional untuk anak-anak, hingga musik gamelan.

Banyak karya-karya yang sudah dibuat Sunan Kalijaga yang dijadikan media berdakwah di masyarakat.

Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Bahkan hingga saat ini masih sering dilakukan dan diajarkan di masyarakat serta tersebar di wilayah Indonesia.

Seperti tembang Lir-Ilir yang masih diajarkan di masyarakat khususnya masyarakat Jawa.

Ada gubahan puitis, rancangan dan lakon wayang kulit hingga formasi alat-alat gamelan.

Saat berdakwah dengan menggunakan wayang kulit. Sunan Kalijaga mengganti cerita wayang yang sebelumnya tentang Ramayana dan Mahabarata dari cerita ajaran Hindu diubah dengan memasukan cerita-cerita Islam.

Bentuk wayang juga diubah. Di mana mengubah dari bentuk manusia menjadi bentuk kreasi baru yang mirip karikatur.

Contohnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh kakinya. Meski menghadap ke depan, matanya dibuat tampak utuh.

Dikutip Kompas.com (19/8/2011), Sunan Kalijaga berperan penting dalam membentuk karakter Islam di Jawa, bahkan Nusantara yang lentur, toleran, dan penuh kearifan.

Baca juga: Kerajaan Kutai: Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara

Terlepas dari mitos atau legenda yang menyertai, Sunan Kalijaga telah meletakan dasar-dasar kehidupan masyarakat yang harmonis, produktif, dan kreatif.

Dari tangan Sunan Kalijaga tumbuh wajah Islam kultural, moderat, lentur, dan menyerap beragam ekspresi budaya lokal.

Bukan hanya lakon wayang dan tembang Lir-ilir. Tradisi tahlilan, sulukan, sedekat bumi, hingga arsitektur masjid yang bernuansa Jawa juga kerap dikaitkan dengan spirit dakwahnya.

(Sumber:Kompas.com/Ilham Khoiri)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA