Dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur dan logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, di mana partikel kotoran melayang di dalam air.

Peneliti Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Unmul) Enos Tangke Arung, MP mengatakan, hasil penelitian tersebut telah diujikan pada air Sungai Mahakam (Samarinda) dengan kandungan partikel tanah dan unsur logam terlarut cukup tinggi.

"Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih," katanya.

Enos menjelaskan, cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat.
        Ia menyebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya mencapai 3,23mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0mg/l.
          Enos yang pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan, pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.

          Dalam waktu 10 hingga 15 menit, partikel-partikel kotoran yang terdapat di dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.

Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15mg/l menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24mg/l menjadi 0,04mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih, yaitu 0,1mg/l dan 0,5mg/l.

Namun ia mengakui, apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih terasa, oleh sebab itu bak penampungan air harus ditambahkan arang pada saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Ekstraktif

"Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan mencampur tiga hingga lima mililiter ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat," katanya.

Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.

Ia mengatakan, penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negara Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil ini di masa mendatang dapat dikembangkan untuk menjerihkan air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.

Menurutnya, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas yang masih digunakan selama ini. Apalagi, tmabahnya, tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan.

"Tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan kemudian sudah berbuah dan dimanfaatkan bijinya," kata Enos Tengke.

Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan alternatif terbaik yang lebih ekonomis, efisien dan turut melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di sekitar daerah aliran sungai (DAS).

***

  •  Tulisan ini adalah tulisan Dwi Dira Rahmawati yang pernah dimuat di LKBN Antara dan dipublikasikan kembali di blog penulis.


Page 2

Home About Me My Book On Media

SEMARANG, KOMPAS.com - Penelitian siswi SMK Theresiana Semarang, Adinda Alifiansi Candra Dewi (18) yang meraih medali emas di Taiwan tergolong sederhana, namun sangat aplikatif. Dia menjernihkan air dengan biji kelor yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar.

Adinda yang ditemui di sekolahnya, Selasa (26/8/2014) mengatakan, awalnya biji kelor yang akan digunakan itu dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan atau diblender dan disaring hingga menjadi serbuk yang halus.

Pada awal penelitian, ia menggunakan 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air. Dibutuhkan waktu delapan jam hingga air itu jernih. Merasa belum efektif dan efisien, Adinda dibantu guru pembimbingnya terus melakukan beberapa kali uji coba.

"Saya gunakan sampel air sungai dari sungai Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di beberapa titik dengan tingkat kekeruhan yang berbeda," ujar putri pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari.

Setelah beberapa kali ujicoba, ia akhirnya menemukan dosis yang cocok dan waktu yang relatif singkat yakni sekitar satu jam. Serbuk biji kelor sebanyak 30mg untuk menjernihkan air satu liter.

Ia berharap dengan waktu yang relatif singkat itu, masyarakat akan tertarik mencobanya. Untuk menjernihkannya, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam air kemudian diaduk. Pertama yakni diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 15-20 menit, kemudian lebih pelan sekitar 15rpm dengan waktu yang sama.

Setelah itu, air akan berubah menjadi jernih, dan kotoran-kotoran air sungai akan mengendap di bagian bawah sehingga mudah diambil. Sedangkan jika air itu bercampur minyak, serbuk biji kelor akan memisahkan minyak di bagian atas.

Setelah dilakukan penyaringan, air akan menjadi jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk air yang lebih banyak, takaran serbuk biji kelor tinggal disesuaikan saja. "Kalau untuk diminum langsung butuh waktu sekitar 70 menit, tapi harus ada ujicoba di laboratorium untuk kandungan bakterinya. Itu yang belum saya lakukan dan berharap ke depannya bisa langsung minum," ujar siswi kelas 12 Jurusan Farmasi ini.

Dia mengatakan hal ini bisa dilakukan oleh siapapun. Terkait kecepatan dalam mengaduk, jika tidak ada alat pengukur kecepatan, bisa dilakukan dengan mengira-ira. "Saya pernah coba dengan botol, awalnya dikocok saja yang cepat, kemudian yang kedua yang pelan, nah hasilnya bisa dilihat. Makanya siapa saja bisa coba," ujar gadis yang bercita-cita menjadi apoteker ini.

Selain mudah dilakukan, biji kelor atau tanaman kelor juga mudah didapatkan. Selama ini masyarakat juga belum banyak tahu apa manfaat biji-biji kelor tersebut. Ia berharap apa yang dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dengan penelitian itulah akhirnya Adinda mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia.

Dia meraih medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014. "Saya berharap ini bermanfaat, meski tidak langsung untuk skala besar, namun setidaknya untuk di lingkungan sekitar saya," kata dia.

Baca juga:
Setahun Penelitian, Adinda Raih Medali Emas di Taiwan
Teliti Biji Kelor, Pelajar Indonesia Raih Emas di Taiwan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Endapkan Partikel Logam

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.

”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.

Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.

Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.

Arang

Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75 Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50 Pt.Co.

Membuat Serbuk

Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.

Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan, pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.

”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.

Lebih Ekonomis

Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air dengan menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor mencapai 10 hingga 15 menit.”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.

Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS.

http://filterpenyaringair.com/search/manfaat-biji-kelor-untuk-penjernihan-air/