Buatlah peta konsep tentang cara atau jalan untuk dapat mewujudkan Moksha yang anak anak ketahui

jñ tuý draûþuý cha tattvenapraveûþuý cha paraýtapa”.Terjemahan: Tetapi, melalui jalan bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat dilihat dalamrealitasnya dan juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna) Paramtapa(Bhagawadgita, XI.54).Bhakti marga dalam ajaran agama Hindu adalah jalan menuju dan memujaIda Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang diperuntukan bagi umatkebanyakan. Namun demikian bukan berartitertutup bagi umat yang sudah memilikipengetahuan dan kemampuan setingkat lebihtinggi dari umat yang lainnya. Melalui jalanbhakti para bhakta dapat memuja Ida SangHyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa besertaprabhawa-Nya dengan cara berpikir, berucap,dan berperilaku yang sederhana, tulus sertacinta kasih. Selanjutnya renungkanlah slokaberikut ini! Gambar 3.2 Para Bhakta menuju Tempat Suci Sumber ; Dok. Pribadi (14-2-2011) Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 95Perenungan Duhkheûwanudwignaman á ā sukheûu wigataspåhaá w taçokabha-yakrodhah sthiradh rmunirucyate. ā ā āTerjemahan: Orang yang disebut mendapatkan kebijaksanaan, tidak bersedih hati jikamengalami kesusahan, tidak bergirang hati, jika mendapat kesenangan, tidakkerasukan nafsu marah dan rasa takut serta kemurungan hati, melainkan selalutetap tenang juga pikiran dan tutur katanya, karena berilmu, budi mulia puladisebut orang yang bijaksana (Sarasamuscaya, 505). Moksha dapat dicapai oleh semua manusia, baik semasih hidup maupunsetelah meninggal dunia. Dalam ajaran agama Hindu ada disebutkan beberapatingkatan-tingkatan Moksha berdasarkan keadaan atma yang dihubungkandengan Brahman. Adapun bagian-bagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut;96 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“131. Jiwamukti Jiwamukti adalah tingkatan Moksha atau kebahagiaan/kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indrya dan maya (pengaruh duniawi). Keadaan atma seperti ini disamakan dengan samipya dan sarupya.2. Widehamukti Widehamukti adalah tingkat kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana atmanya telah meninggal, tetapi roh yang bersangkutan masih kena pengaruh maya yang tipis. Tingkat keberadaan atma dalam posisi ini disetarakan dengan Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari pengaruh maya yang masih ada. Widehamukti dapat disejajarkan dengan salokya.3. Purnamukti Purnamukti adalah tingkat kebebasan yang paling sempurna. Pada tingkatan ini posisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabila yang bersangkutan sungguh-sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu melepaskan diri dari keterikatan maya ini. Posisi Purnamukti dapat disamakan dengan Sayujya (Wigama dkk, 1995:106).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 97Berdasarkan keadaan tubuh atau lahiriah manusia, tingkatan-tingkatan atmaitu dapat dijabarkan sebagai berikut: Moksha, Adi Moksha, dan Parama Moksha.Secara lebih rinci sesuai uraian di atas tentang keberadaan tingkatan-tingkatanMoksha dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa macam tingkatan. Moksha dapatdibedakan menjadi empat jenis yaitu: Samipya, Sarupya (Sadarmya), Salokya,dan Sayujya. Adapun penjelasan keempat bagian ini dapat dipaparkan sebagaiberikut: 1. Samipya: Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di duniaGambar 3.3 Ilustrasi Bharadwaja ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Sumber : http://unikahidha. oleh para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga ub.ac.id (11-7-2013) Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan yang demikian itu atman berada sangat dekat dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali sebagai biasa, di mana emosi, pikiran, dan organ jasmaninya aktif kembali.2. Sarupya (Sadharmya): Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat oleh seseorang di dunia ini, karena kelahirannya, di mana kedudukan Atman98 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13merupakan pancaran dari kemaha-kuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini. 3. Salokya: Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan baliau Atman telah mencapai tingkatan Deva yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri. 4. Sayujya: Sayujya adalah tingkat kebebasan yang tertinggi di mana Atman telah dapat bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Dalam keadaan seperti ini Ida Sang Hyang Widhi disebut Brahman Atman Aikyam yang artinya: Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal. Dalam usaha untuk mewujudkan suatu kebebasan dalam hidup ini sangatbaik kita merenungkan dan mengamalkan sloka berikut:Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 99Sribhagavàn uvàcha: Akasaraý brahman paramaý svabhàvo ‘dhyàtmam uchyate, bhùta-bhàvodbhava-karo visargaá karma-samjnitaá. Terjemahan: Sri Bhagawan bersabda: Brahman (Tuhan) adalah yang kekal, yang maha tinggi dan adanya di dalam tiap-tiap badan perseorangan disebut AdhyAtman. Karma adalah nama yang diberikan kepada kekuatan cipta yang menjadikan makhluk hidup (B.G VIII. 3). Tentang kebahagiaan atau kebebasan hidup abadi yang mesti selalu diupayakan dalam hidup dan kehidupan ini oleh umat sedharma, kitab suci Sarasamuscaya patut dipedomani dan menyebutkan sebagai berikut: M t pitåsahasr ni putrad ra çatani ca, yuge yuge wyat t ni kasya te kasya w wayam. ā ā100 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13ā āTerjemahan: Tidak diketahui hubungan penjelmaan manusia itu pada permulaannya, tidakdapat diperkirakan akan banyaknya penjelmaan yang lain, beribu-ribu bapa, ibu,anak dan istri pada tiap-tiap yuga; pada hakikatnya, siapakah yang sebenarnyadapat mengatakan dengan tepat keturunan mereka itu, dan yang mana dapatditunjuk seketurunan dengan engkau sendiri? (Sarasamuscaya, 486).N yamatyantasamw msah kad citkenacit saha,api swena mar renakimut nyena kenacit. āTerjemahan: Tidak ada yang kekal yang dinamakan pertemuan itu, yang bertemu satudengan yang lain; yang tidak bertemu satu dengan yang lain, semuanya itutidak kekal, bahkan hubunganmu dengan badanmu sendiripun tidak kekal, pastiakan berpisah dari badan; tangan, kaki, dan lain-lain bagian tubuh itu, jangandikatakan dengan yang lain-lainnya (Sarasamuscaya, 487). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 101darçan d patit h punaçcdarçanam gat h,na te tawa na tes m twam ktatra pariDevan .Terjemahan: Katanya mereka datang dari Taya (kenyataan yang tidak nyata), dankemudian kembalinya lagi ke Taya, singkatnya, bukan kepunyaanku itu, itutidak ada hubungannya dengan engkau, jika demikian halnya, apa yang akandikatakan dan apa yang akan dikerjakan (Sarasamuscaya, 488).Naste dhane w d resu putrepitari m tari,aho kastamiti dhy twduhkhasy pacitin caret.āā ā ā102 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Terjemahan: Kekayaan akan habis, anak akan mati, istri, ayah, dan ibu, mereka itusemuanya telah meninggal, maka sangat menyedihkan dan memilukan hati, bilaengkau sadar akan keadaan demikian, perbuatanmu itu merupakan obat pelipurduka (Sarasamuscaya,489).M nasam çamayet tasm tprajñ ya, gnimiw bhasa,praç nte m nase hyasyaç r ramupaç myati. ā āTerjemahan: Karena itu penderitaan pikiran hendaklah diusahakan untuk dimusnahkandengan kebijaksanaan, sebab tentunya lenyap oleh kebijaksanaan, sepertimisalnya api yang menyala, pasti padam oleh air, jika telah musnah penderitaanpikiran, maka lenyaplah pula sakitnya badan (Sarasamuscaya, 503).W j yagnyupadagdh ni narohanti yath punah, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 103jñ nadagdhaistath kleçairn tmsampadyate punah. ā āā .Terjemahan: Adapun maknanya yang terpenting kecemaran badan akan lenyap, jika dilebur dengan latihan-latihan ilmu pengetahuan, jika hilang musnah kotoran badan itu, karena telah diperoleh pengetahuan yang sejati, maka terhapuslah kelahiran, tidak menjelma lagi sebagai misalnya biji benihan yang dipanaskan, dipanggang, hilang daya tumbuhnya, tidak tumbuh lagi (Sarasamuscaya, 510).Gambar: 3.4 Belajar merangkai Upakara Sumber: Dok. Pribadi (11-11-2013) Demikianlah dapat diuraikan mengenai tingkatan dan keberadaan orangyang dapat mencapai Moksha, dan perlu diikuti dengan kesungguhan hati.Renungkanlah dalam-dalam petikan sloka tersebut di atas, sehingga tercapai apayang menjadi tujuan hidup ini.104 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Uji Kompetensi: 1. Setelah membaca teks tersebut di atas, apakah yang Anda ketahui tentang Moksha? Jelaskanlah! 2. Dengan memahami dan mendalami tentang Moksha, apakah sebaiknya yang mesti dilakukan dalam hidup ini? Jelaskanlah! 3. Mengapa kita mesti dapat mencapai Moksha, bagaimana kalau orang yang bersangkutan merasa tidak dapat mewujudkannya? Jelaskanlah. 4. Diskusikanlah kutipan bait-bait sloka kitab suci tersebut di atas dengan; teman sejawat Anda, orang tua di rumah, dan siapa saja yang menurut Anda pantas diajak berdiskusi. Buatlah laporan hasil diskusi- mu, selamat mencoba! 5. Buatlah peta konsep tentang tingkatan-tingkatan Moksha yang Anda ketahui! 6. Latihlah diri Anda untuk dapat mewujudkan Moksha dalam hidup dan kehidupan ini setiap saat, selanjutnya buatlah laporan tentang perkembangan kebahagiaan “Moksha” yang anda rasakan baik secara fisik maupun rohani! 7. Agama adalah rasa, menurut Anda pada tingkatan yang manakah usaha dan upaya Anda untuk mewujudkan “Moksha” kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini? Narasikanlah pengalaman Anda! Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 105B. Jalan Menuju Moksha Banyak jalan dapat dilalui oleh seseorang untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dalam hidup ini, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi beserta prabhawa-Nya selalu membukakan pintu-Nya bagi orang-orang yang berhati baik untuk berbuat mulia. Perenungan: Mat-karma kån mat-paramo, mad-bhaktaá saòga-varjitaá, nirvairaá sarva-bhùteûu yaá sa màm eti pàóðava. Terjemahan: Ia yang melakukan pekerjaan-Ku, ia yang memutuskan Aku sebagai tujuannya, ia yang menyembah Aku bebas dari ikatan, ia yang bebas dari permusuhan pada semua makhluk, ia datang padaku, O Arjuna (Bhagawadgita XI. 55). Tujuan terakhir dan tertinggi yang ingin dicapai oleh umat Hindu adalah Moksha. Berbagai macam cara/jalan dapat dilakukan oleh umat bersangkutan, gunamewujudkan tujuan utamanya ini, termasuk sembahyang. Dengan menjalankan sembahyang, bathin seseorang menjadi tenang, dengan Dharana 106 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13(menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta) dan Samadhi (mengheningkancita), manusia berangsur-angsur dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi.Ia adalah bebas dari segala ikatan keduniawian. Guna mencapai penyatuan Atmandengan Brahman, renungkan, pedomani, dan amalkanlah dalam kehidupansehari-hari sloka berikut ini:Bahùnàý janmanàm antejnànavàn màm prapadyate,vàsudevaá sarvam itisa mahàtmà su-durlabhaá.Terjemahan: Orang yang bijaksana akan datang kepada-Ku, pada akhir dari banyakkelahiran karena mengetahui bahwa Vasudeva (Tuhan) adalah segalanya ini:sukar mendapatkan orang seperti itu (Bhagavadgita VII. 19). Mendapatkan seseorang berjiwa besar seperti itu adalah sukar mencarinya.Banyak makhluk akan keluar/lahir dan mati, serta hidup kembali tanpakemampuannya sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang tak tampak dan kekal,tiada masa dan waktu pada saatnya semua makhluk menjadi binasa (pralina).Yang tak tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuannya yang utama, supayatidak mengalami penjelmaan ke dunia. Itulah tempat-Ku yang tertinggi, olehkarenanya haruslah berusaha demi Aku. Jika engkau selalu ingat kepada-Ku, tak usah disangsikan engkau akan kembali kepada-Ku. Untuk mencapai Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 107ini orang harus selalu bergulat, berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya. Kitab suci Veda telah menyediakan dan memfasilitasi bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya sehingga akhirnya atman dapat bersatu dengan Brahman. Dengan demikian penderitaan dapat dikikis habis dan mahkluk hidup yang menderita itu tidak lagi menjelma ke dunia, sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia. Di dalam ajaran agama Hindu terdapat berbagai macam jalan yang dapat dilalui untuk mencapai kesempurnaan “Moksha”, dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi. Cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut dengan nama “Catur Marga”, terdiri dari: a. Bhakti Marga Bhakti Marga/Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman, berlandaskan rasa dan cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Kata “bhakti” berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih. Bhakti Marga berarti: jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti Marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Sehingga seluruh dirinya penuh dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas, sedikitpun tidak ada yang terselip dalam dirinya sifat-sifat negatif seperti kebencian,108 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan.Cinta baktinya kepadaTuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu jugadipancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang.Tatkala memanjatkan doa umat selalumenggunakan pernyataan cinta dan kasihsayang dan memohon kepada Tuhan YangMaha Esa/Ida Sang Hyang Widhi agar semuamakhluk tanpa kecuali selalu berbahagia danselalu mendapat berkah termulia dari HyangWidhi. Jadi, untuk lebih jelasnya seorangbhakta akan selalu berusaha melenyapkankebenciannya kepada semua makhluk.Sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan Gambar : 3.5 Menuju Tempat Sucimengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Sumber ; Dok. Pribadi (11-09-2012)Mudita dan Upeksa (Catur Paramita). Ia selalu berusaha membebaskan dirinyadari belenggu keakuan (ahamkara).Sikapnya selalu sama dalam menghadapi suka dan duka, pujaan dan celaan.Orang yang demikian selalu merasa puas dalam segala-galanya, baik dalamkelebihan dan kekurangan. Jadi, benar-benar tenang dan sabar selalu. Dengandemikian baktinya kian teguh dan kokoh kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida SangHyang Widhi. Keseimbangan batinnya sempurna, tidak ada ikatan sama sekaliterhadap apapun. Ia terlepas dan bebas dari hukuman serba dua (dualis) misalnyasuka dan duka, susah senang dan sebagainya. Seluruh kekuatannya dipakai untukmemusatkan pikiran kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi dan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 109dilandasi jiwa penyerahan total. Dengan demikian seorang Bhakti Marga dapat mencapai moksha. b. Karma Marga Karma Marga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau Moksha dengan perbuatan, bekerja tanpa terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari karma Yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam Bhagavadgita tentang Karma Marga dinyatakan sebagai berikut: Tasm d asaktahsatatam k ryam karma sam cara, asakto hy caran karma param pnoti purusah Terjemahan: Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama (Bhagawadgita III.19). Pekerjaan yang dilakukan tanpa pamerih dinyatakan lebih baik dilakukan dalam semangat pengorbanan, daripada kegiatan kerja sebagai kegiatan yang muncul dengan sendirinya. Yogav sistha menyatakan: yang mengetahui atman110 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13telah tidak mengharapkan sesuatu pun yang harus dicapai, baik dengan melakukankerja maupun tidak. Oleh karena itu. ia melaksanakan kegiatan kerja tanpaketerikatan apapun.Bagi seorang pengikut Karma Marga,penyerahan hasil pekerjaan kepada TuhanYang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhibukan berarti kehilangan, bahkan akandatang berlipat ganda. Hal ini merupakanrahasia spiritual yang sulit dimengerti,mendapatkan sesuatu yang diperlukan secaramengagumkan dan membahagiakan dirinya.Berkaitan dengan ajaran Karma Marga Gambar : 3.6 Membajak di Sawahrenungkanlah cerita berikut: Sumber ; Dok. Pribadi (22-12-2010)Pada suatu hari Devi Laksmi mengadakan sayembara, di mana beliau akanmemilih suami. Semua Deva dan para Danawa datang berduyun-duyun denganharapan yang membumbung tinggi. Devi Laksmi belum mengumumkan janjinya,kemudian datanglah beliau di hadapan pelamarnya dan berkata demikian: sayaakan mengalungkan bunga kepada pria yang tidak menginginkan diri saya. Tetapimereka yang datang itu semua lobha, maka mulailah Devi Laksmi mencari orangyang tiada berkeinginan untuk dikalungi. Terlihatlah oleh Devi Laksmi wujudnyaDeva Wisnu dengan tenangnya di atas ular Sesa yang sedang melingkar. Kalungperkawinan kemudian diletakkan di lehernya dan sampai kinilah dapat kita lihatsimbolis Devi Laksmi berada di samping kaki Deva Wisnu. Devi Laksmi datangpada orang yang tidak mengidam-idamkan dirinya, inilah suatu keajaiban. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 111Dari cerita di atas dapat dikemukakan bahwa orang yang selalu asyik dalam pikirannya menginginkan buah dari kerjanya, akan kehilangan buah itu yang sebenarnya adalah miliknya, tetapi bagi Karma Yogi walaupun ia berbuat sedikit, tetapi tanpa pamrih, ia akan mendapatkan hasil yang tidak ternilai. Kesusahan orang duniawi akan mendapat hasil yang sedikit, karena terikat. Sedangkan bagi Karma Yogi sebaliknya. Maka dari itu ajaran suci selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang Karma Yogi yang selalu mendambakan pedoman rame inggawe sepi ing pamrih. Pada hakikatnya seorang Karma Yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, ia dapat menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempatnya hidup pun dapat menjadi bahagia, sejahtera dan suci, mereka dapat mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan. Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohaninya akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan kepalsuan dan cita-cita yang sempurna akan dapat dicapai oleh penduduk masyarakat itu. Semua ini telah terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang Karma Yogi. c. Jnana Marga Jnana Marga adalah jalan yang ke tiga setelah Karma Marga untuk menyatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Marga berarti jalan yang dilalui oleh sang diri. Jadi, Jnana Marga berarti jalan, usaha, dan atau cara untuk112 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13mempersatukan Atman dengan Paramãtman yang dicapai dengan jalanmempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatankeduniawian.Tiada ikatan yang lebih kuat daripada maya, dan tiada kekuatan yang lebihampuh dari pada Yoga untuk membasmiikatan-ikatan maya itu. Untuk melepaskanikatan-ikatan ini haruslah kita mengarahkansegala pikiran kita, memaksanya kepadakebiasaan-kebiasaan suci, akan tetapi bilakita ingin memberi suatu bentuk kebiasaansuci pada pikiran kita, akhirnya pikiran pun Gambar : 3.7 Masa Belajarmenerimanya, sebaliknya bila pikiran tidak Sumber ; Dok. Pribadi (15-7-2013)mau menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kitaingin biasakan itu tidak ada gunanya. Proses tumbuh dan berkembangnya pikiranke arah kebaikan merupakan hal yang mutlak patut dilakukan. Sebagai jalanpertumbuhannya pikiran, perbuatan lahir, pelaksanaan swadharma dan sikapbathin (wikarma) sangat diperlukan di mana perbuatan lahir adalah penting,karena jika tidak berbuat, maka pikiran kita tidak dapat diuji kebenarannya.Perbuatan lahir menunjukkan kualitas sebenarnya dari pada pikiran kita. Adatiga hal yang penting dalam hal ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan padakehidupan sendiri dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupunpandangan yang kokoh tentram damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakandhyana Yoga. Untuk tercapainya perlu dibantu dengan abhyasa yaitu latihan- Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 113latihan dan vairagya yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Adapun kekuatan pikiran kita lakukan di dalam hal kita berbuat apa saja, pikiran harus kita pusatkan kepadanya. Dalam urusan-urusan keduniawian pun pemusatan pikiran ini mutlak diperlukan. Bukanlah sifat yang diperlukan hanya untuk suksesnya di dunia berlainan dengan sifat-sifat yang dibutuhkan untuk kemajuan spiritual atau batin. Usaha untuk menjernihkan kegiatan kita sehari-hari ialah kehidupan rohaniah. Apapun kita laksanakan, berhasil atau tidaknya tergantung kepada kekuatan pemusatan pikiran kita kepada-Nya. d. Raja Marga Raja Marga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau Moksha. Melalui Raja Marga/Yoga seseorang akan lebih cepat mencapai Moksha, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai Moksha dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru Kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya ke arah pemusatan pikiran. Ada tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para Yogi sebagai pengikut ajaran Raja Marga yaitu melakukan tapa-brata, Yoga, dan samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan Yoga dan samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan Atman dengan Paramatman (Brahman) dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. Setelah yang bersangkutan menjalani tapa, brata, Yoga dan samadhi dengan sungguh-sungguh, maka pribadinya menjadi suci, tenang, tentram dan terlatih. Renungkanlah sloka berikut dengan baik!114 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Perenungan: “Praúànta-manasam hy enaý Yogiaý sukham uttamam, upaiti úanta-rajasaý brahma-bhùtam akalmaûam”Terjemahan: Karena kebahagiaan tertinggi datang pada Yogi yang pikirannya tenang,yang nafsunya tidak bergolak, yang keadaannya bersih bersatu dengan Tuhan(Bhagavadgita. VI.27). Pengikut ajaran Raja Marga berkewajiban untuk mengimplementasikanAstangga Yoga guna mewujudkan tujuannya. Mereka dapat menghubungkandiri dengan kekuatan rohaninya melalui Astangga Yoga. Astangga Yoga adalahdelapan tahapan Yoga untuk mencapai Moksha. Astangga Yoga diajarkan olehMaha Rsi Patanjali dalam bukunya yang disebut dengan Yoga Sutra Patañjali.Adapun bagian-bagian dari ajaran Astangga Yoga yang patut dipedomani dandilaksanakan oleh praktisi ajaran Raja Marga adalah sebagai berikut:a. Yama Yama (Yama bratha) adalah ajaran pengendalian diri yang wajib dipedomanidan dilakukan oleh pengikut Raja Marga yang berhubungan dengan tindakanjasmani, misalnya, tidak menyiksa/menyakiti/membunuh mahkluk sesamanya Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 115(ahimsa), dilarang berbohong (satya), pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya (asteya), pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha). Kitab Sarasamuscaya menguraikan pahala/hasil yang patut dinikmati oleh pengikut Raja Marga adalah: “Yaccintayati yadyàti ratin badhnàti yatra ca, tathà càpnotyayatnena prànino na hinasti yah. Kunëng phalanya nihan, ikang wwang tan pamàtimàtin haneng ràt, senangënangënya, sapinaranya, sakahyunya, yatika sulabha katëmu denya, tanulihnya kasakitan. Terjemahan: Pahalanya, orang yang tidak membunuh (menyakiti) selagi ada di dunia ini, maka segala sesuatu yang dicita-citakannya, segala yang ditujunya, segala sesuatu yang dikehendaki atau diingini olehnya, dengan mudah tercapai olehnya tanpa sesuatu penderitaan, (Sarasamuçcaya,142). “Ànrcamsyaý kûmà satyamahinsà dama àrjavam, pritih prasàdo màdhuryam màrdavaý ca yamà daça”.116 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Nyang brata ikang inaranan yama, pratyekanya nihan, sapuluh kwehnya,ànresangsya, kûamà, satya, ahingsà, dama, àrjawa, priti, prasàda, màdhurya,màrdawa, nahan pratyekanya sapuluh, ànresangsya, si harimbawa, tan swàrthakewala: ksamà, si kelan ring panastis: satya, si tan mrsàwàda: ahingsà, manukhesarwa bhàwa: dama, si upacama wruh mituturi manahnya: àrjawa, si dugà-dugabener: priti, si gong karuna: prasàda, beningning manah: màduhurya,manisning wulat lawan wuwus: màrdawa, pösning manah.Terjemahan: Inilah brata yang disebut yama,perinciannya demikian: ànresangsya, ksamà,satya, ahingsà, dama, àrjawa, priti, prasàda,màdhurya, màrdawa, sepuluh banyaknya:ànresangsya yaitu harimbawa, tidakmementingkan diri sendiri saja: ksamà, tahanakan panas dan dingin: satya, yaitu tidakberkata bohong (berdusta): ahingsà, berbuatselamat atau bahagianya sekalian makhluk: Gambar : 3.8 Sulinggih (Orang Suci)dama, sabar serta dapat menasehati dirinya Sumber ; Dok. Pribadi (15-7-2013)sendiri: àrjawa, adalah tulus hati berterus terang: priti, yaitu sangat welas asih:prasàda, adalah kejernihan hati: màdhurya, yaitu manisnya pandangan (mukamanis) dan manisnya perkataan (perkataan yang lemah lembut): màrdawa,adalah kelembutan hati, (Sarasamuçcaya, 259).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 117b. Nyama Nyama yaitu bentuk pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, di antara unsur-unsurnya adalah: 1. Sauca (tetap suci lahir batin), 2. Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), 4. Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan 5. Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan). Kitab Sarasamuscaya, 260 menjelaskan sebagai berikut: “Dànamijyà tapo dhyànam swàdhyàyopasthaningrahah, vratopavasamaunam ca ananam ca niyama daûa”. Nyang brata sapuluh kwehnya, ikang niyama ngaranya, pratyekanya, dàna, ijya, tapà, dhyana, swàdhyàya, upasthanigraha, brata, upawàsa, mauna, snàna, nahan ta awakning niyama, dàna weweh, annadànàdi: ijyà, Devapujà, pitrpujàdi, tapa kàyasangcosana, kasatan ikang ûarira, bhucarya, jalatyagàdi, dhyana, ikang siwaûmarana, swàdhyàya, wedàbhyasa, upasthanigraha, kahrtaning upastha, brata annawarjàdi, mauna wàcangyama, kahrtaning ujar, haywàkeceng kuneng, snàna, trisangdhyàsewana, madyusa ring kàlaning sandhya. Terjemahan: Inilah brata sepuluh banyaknya yang disebut niyama, perinciannya: dàna, ijya, tapà, dhyana, swàdhyàya, upasthanigraha, brata, upawàsa, mauna,118 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13snàna, itulah yang merupakan niyama, dàna, pemberian makanan-minumandan lain-lain: ijya, pujaan kepada Deva, kepada leluhur dan lain-lain sejenisitu: tapà, pengekangan nafsu jasmaniah, badan yang seluruhnya kurus kering,layu, berbaring di atas tanah, di atas air dan di atas alas-alas lain sejenis itu:dhyana, tepekur merenungkan Çiwa: swàdhyàya, yakin mempelajari Veda:upasthanigraha, pengekangan upastha, singkatnya pengendalian nafsu sex:brata/upawàsa, pengekangan nafsu terhadap makanan dan minuman: mauna/mona, itu wacanyama berarti menahan, tidak mengucapkan kata-kata yaitu tidakberkata-kata sama sekali tidak bersuara: snàna, trisandhyasewana, mengikutitrisandhya, mandi membersihkan diri pada waktu pagi, tengah hari dan petanghari, (Sarasamuçcaya, 260).c. Asana Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin (padasilasana, padmasana, bajrasana, dan sukhasana).d. Pranayama Pranayama, yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melaluitiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas) dan recaka(mengeluarkan nafas).e. Pratyahara Pratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatanobyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 119f. Dharana Dharana, yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan. Pengendalian pikiran. g. Dhyana Dhyana, yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyana dapat dilakukan terhadap Ista Devata. h. Samadhi Samaddhi, yaitu penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman). Bila seseorang melakukan latihan Yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan. Dalam kitab Bhagavadgita dinyatakan sebagai berikut: “Yogi yuñjita satatam àtmànaý rahasi sthitaá, ekàki yata-citàtmà niràúir aparigrahaá”. Terjemahan: Seorang Yogi harus tetap memusatkan pikirannya (kepada Atman yang maha besar) tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya sendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memiliki (Bhagavadgita, VI.10).120 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Selanjutnya dijelaskan bahwa ketenangan hanya ada pada mereka yangmelakukan Yoga. Empat jalan yang ditempuh untuk pencapaian Moksha itusesungguhnya memiliki kekuatan yang sama bila dilakukan dengan sungguh-sungguh. Setiap orang akan memiliki kecenderungan memilih jalan-jalantersebut, maka itu setiap orang memiliki jalan mencapai Mokshanya bervariasi.Moksha sebagai tujuan hidup spiritual bukanlah merupakan suatu janji yanghampa melainkan merupakan suatu keyakinan yang berakhir dengan kenyataan.Kenyataan dalam dunia batin merupakan alam super transendental yang hanyadapat dibuktikan berdasarkan instuisi yang dalam. Moksha merupakan sesuatuyang tidak dapat dibantah kebenarannya, demikianlah dijelaskan oleh kitabsuci. Oleh sebab itu, mari kita melatih diri untuk melaksanakan ajaran AstanggaYoga dengan tuntunan seorang guru yang telah memiliki kemampuan dalam haltersebut. Moksha adalah terlepasnya Atman dari belenggu maya (bebas dari pengaruhkarma dan punarbhawa) dan akhirnya bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa.Dalam hubungan dengan penyatuan dengan Tuhan, renungkanlah dan amalkanlahsloka berikut:“Bhaktyà tvananyanyà úakya,ahaý evam-vidho: ‘rjuna,jñatuý draûþum cha tattvenapraveûþuý cha paraýtapa”. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 121Terjemahan: Akan tetapi dengan berbakti tunggal padaku, O Arjuna, Aku dapat dikenal, sungguh dapat dilihat dan dimasuki ke dalam, O penakluk musuh (Bhagawadgita XI. 54). Demikianlah ajaran kitab Astangga Yoga yang ditulis oleh Maharsi Patañjali, mengajarkan umat manusia agar mengupayakan dirinya masing-masing untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini. Siapapun juga akan dapat mencapai kesadaran tertinggi ini, apabila yang bersangkutan mau dan mampu melaksanakannya secara sungguh-sungguh. Uji kompetensi: 1. Banyak jalan menuju hidup sejahtera dan bahagia, menurut Anda jalan atau cara manakah yang terbaik untuk mewujudkan kesejahtraan dan kebahagiaan hidup ini “Moksha”? Narasikanlah pengalaman Anda! 2. Buatlah peta konsep tentang cara atau jalan untuk dapat mewujudkan Moksha, yang Anda ketahui! 3. Latihlah diri-mu untuk dapat mewujudkan Moksha dalam hidup dan kehidupan ini setiap saat menurut cara atau jalan yang diyakini, selanjutnya buatlah laporan tentang perkembangan kebahagiaan “Moksha” yang Anda rasakan baik secara fisik maupun rohani! 4. Mengapa kita penting mewujudkan kebahagiaan hidup ini? Diskusikan dengan teman sekelompok dan selanjutnya paparkanlah di depan kelas sesuai petunjuk bapak/Ibu guru yang mengajar!122 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“135. Setelah Anda membaca teks penerapan ajaran Astangga Yoga, apakah yang Anda ketahui tentang tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu? Jelaskan dan tuliskanlah! 6. Buatlah ringkasan yang berhubungan dengan penerapan ajaran Astangga Yoga, guna mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu, dari berbagai sumber media pendidikan dan sosial yang anda ketahui! Tuliskan dan laksanakanlah sesuai dengan petunjuk dari bapak/ibu guru yang mengajar di kelas Anda! 7. Apakah yang Anda ketahui tentang ajaran Moksha dan Astangga Yoga? Jelaskanlah! 8. Bagaimana cara kita untuk mengendalikan diri baik itu dari unsur jasmani maupun rohani menurut petunujuk kitab suci yang pernah Anda baca? Jelaskan dan tuliskanlah pengalamannya! 9. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini “Moksha”? Tuliskanlah pengalaman Anda!10. Amatilah lingkungan sekitar Anda terkait dengan penerapan ajaran Astangga Yoga guna mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu, buatlah catatan seperlunya dan diskusikanlah dengan orang tuanya! Apakah yang terjadi? Buatlah narasinya 1-3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman-12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto: 4-3-3-4! Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 123C. Mewujudkan Tujuan Hidup Manusia dan Tujuan Agama Hindu 1. Tujuan Hidup manusia “Ùrddhvabàhurviraumyeûa na ca kacciûchrnoti me, dharmàdarthaûca kàmaûca sa kimartham na sevyate”. Nihan mata kami mangke, manawai, manguwuh, mapitutur, ling mami, ikang artha, kàma, malamaken Dharma juga ngulaha, haywa palangpang lawan Dharma mangkana ling mami, ndatan juga angrëngo ri haturnyan ewëh sang makolah Dharmasadhàna, apa kunang hetunya. Terjemahan: Itulah sebabnya hamba, melambai-lambai: berseru-seru memberi ingat: kata hamba: “dalam mencari artha dan kama itu hendaklah selalu dilandasi oleh Dharma: jangan sekali-kali bertindak bertentangan dengan Dharma” demikian kata hamba: namun demikian, tidak ada yang memperhatikannya: oleh karena katanya, adalah sukar berbuat atau bertindak bersandarkan Dharma, apa gerangan sebabnya? (Sarasamuçcaya,11). 124 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Manusia yang dilahirkan dan hidup di dunia ini dilengkapi dengan tujuan,yang disebut dengan istilah tujuan hidup manusia. Manusia tidak sekedardilahirkan dan setelah lahir dibiarkan begitu saja. Manusia dilahirkan, dipelihara,dibesarkan, dan dididik dalam lingkungan yang berbeda-beda. Pengalaman yangdidapat dari pengaruh lingkungan sekitar manusia hidup dapat mengembangkansikap mental dan cita-citanya. Sifat-sifat pribadi manusia, kemampuan dankecendrungan, agama yang dianutnya, kebiasaan, ideologi dan politik bangsa,memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku manusia dalam mewujudkantujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia di dalam agama Hindu disebut “Purusartha”.“Purusa” berarti manusia, utama, dan “artha” berarti tujuan. Purusartha berartitujuan hidup manusia yang utama. Kitab suci Veda menjelaskan sebagai berikut:“Yatnah kàmàrthamokûaóamkrtopi hi vipadyate,dharmmàya punararambhahsañkalpopi na niûphalah”. Ikang kayatnan ri kagawayaning kama, artha, mwang Moksha, dadi ika tanpaphala, kunang ikang kayatnan ring Dharmasàdhana, niyata maphala ika,yadyapin angena-ngenan juga, maphala atika. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 125Terjemahan: Usaha tekun pada kerja mencari kama, artha dan Moksha, dapat terjadi ada kalanya tidak berhasil: akan tetapi usaha tekun pada pelaksanaan Dharma, tak tersangsikan lagi, pasti berhasil sekalipun baru hanya dalam angan-angan, (Sarasamuçcaya,15). Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan hidup manusia, dapat dinyatakan bahwa ada 4 (empat). Empat tujuan hidup manusia yang utama disebut “catur purusartha”. Catur purusartha terdiri dari: Dharma, artha, kama, dan Moksha. Bagaimana dengan tujuan agama “Hindu”? Manusia adalah mahkluk individu dan juga sebagai mahkluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia bertanggung jawab pada dirinya sendiri, sedangkan sebagai mahkluk sosial manusia selalu berkeinginan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Keinginan manusia berakar pada pikirannya. Dengan pikirannya manusia memiliki beraneka macam keinginan, seperti: ingin makan, minum, berteman, berkumpul, beragama dan yang lainnya. Mengapa kita berkeinginan untuk memeluk agama Hindu? Apa tujuan agama Hindu? Tujuan agama Hindu dirumuskan dalam satu kalimat singkat yaitu “Mokshartham jagadhita yasca iti Dharma” artinya “Dharma itu untuk mewujudkan Moksha (kebahagiaan) dan jagadhita (kebaikan/kesejahtraan dunia) masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu, umat seDharma dapat mencapainya dengan melaksanakan catur marga. Catur marga adalah empat cara atau jalan untuk mewujudkan kesejahtraan dan126 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13kebahagiaan hidup ini. Catur marga, terdiri dari: Karma marga, Bhakti marga,Jnana marga, dan Raja marga. Catur Purus rtha merupakan landasan dasar ajaran bagi umat Hindu untukberupaya mewujudkan tujuannya beragama. Segala sesuatu yang menjadi tujuanumat beragama patut dipedomani dengan ajaran “Catur Purusa Artha”. Dengandemikian maka cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan hidup jasmani dankebahagiaan hidup rohaninya dengan sendirinya dapat tercapai. Mencapaikesejahteraan jasmani dan kebahagiaan rohani (kebahagian yang kekal)hendaknya dijadikan komitmen dalam hidup ini. Ajaran Catur Purusa Arthaadalah merupakan ajaran yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman.Banyak inteprestasi yang terjadi di lapangan terkait dengan ajaran tersebut,namun demikian hakekat ajarannya tetap sama. Apakah yang dimaksud dengancatur Purus rtha? Di dalam kitab Brahma Purana mengenai Catur Purusa Artha ada dijelaskansebagai berikut: “Dharmãrtha kama Moksharam sariram sadhanam” (Brahma Purana 228, 45).Artinya: Tubuh adalah alat (untuk mendapat) Dharma, Artha, Kama dan Moksha. Selanjutnya dalam kitab Astha Dasa Parwa pada bagian UdYoga Parwa kitatemukan ajaran yang berkaitan dengan hakekat Dharma, sebagai berikut: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 127“Ikang Dharma ngaranya, hetuning mara ring swarga ika, kadi gatining perahu, an hetuning banyaga nentasing tasik (UdYoga Parwa). Artinya: Yang disebut Dharma, adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi pedagang dalam mengarungi lautan. Sloka suci tersebut di atas menjelaskan kepada kita bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimiliki-nya. Semuanya itu tak lain adalah sebagai pengamalan dari ajaran Dharma sebagai salah satu bagian dari ajaran Catur Purus rtha. Yang manakah bagian-bagian dari ajaran Catur Purus rtha itu? Sesuai dengan beberapa penjelasan tersebut di atas yang termasuk bagian- bagian dari catur purus rtha antara lain: a. Dharma Dharma adalah tingkah laku mulia dan budhi luhur, suci, senantiasa berpegang teguh pada ajaran-ajaran kebijaksanaan yang mulia (Dharma) sebagai landasan utama untuk mencapai kebahagiaan abadi, sukha tan pewali duka yang disebut Moksha. b. Artha Artha adalah artha benda untuk memenuhi keperluan hidup seperti bhoga,128 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13upabhoga, dan paribhoga (tri bhoga). Artha adalah tujuan yang ingin diwujudkanyakni tercapainya kesejahteraan (jagadhita) dan kebahagiaan (Moksha) hidupyang abadi.c. Kama Kama adalah keinginan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup baikjasmani maupun rohani.d. Moksha Moksha adalah kebebasan abadi, sukha tan pawali dukha, yaitu bersatunyaatman dengan Brahman. Penjelasan lebih lanjut tentang bagian-bagian ajarancatur purusartha, secara singkat dapat diikuti pada uraian hubungan caturasrama dengan catur purusartha sebagaimana terurai berikutnya setelah uraiansingkat dari hubungan catur warna dengan catur asrama. Bagaimana hubunganantara catur warna dengan catur asrama itu?2. Tujuan Agama Hindu Dalam ajaran agama Hindu terdapat suatu prinsip ajaran yang berbunyi“Moks rtham jagadhita ya ca iti Dharma” yang berarti tujuan umat manusiaberagama adalah untuk mencapai “Jagadhita” atau sejahtra dan “Moksha” ataukebahagiaan. Jagadhita adalah tercapainya kesejahtraan jasmani, sedangkanMoksha adalah terwujudnya ketentraman batin, kehidupan abadi yaknimenunggalnya Sang Hyang Atma (roh) dengan Sang Hyang Widhi Wasa.Sebagaimana yang diajarkan Sarasamuscaya, 15. Supaya diperhatikan dengan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 129diingat-ingat dalam mengusahakan kama, artha, dan Moksha, sebab tidak ada pahalanya. Adapun yang harus diusahakan dengan jalan Dharma, tujuan itu pasti tercapai, walaupun hanya dalam angan-angan saja akhirnya akan berhasil.“Moks rtha jagadhita ya ca iti Dharma” adalah merupakan ajaran tentang tujuan hidup umat manusia. Ajaran tersebut selanjutnya dijabarkan dalam konsepsi “Catur Purusa Artha” atau “Catur warga”. Catur berarti empat, Purusa berarti jiwa atau manusia, dan Artha berarti tujuan hidup. Catur Purusa Artha berarti empat tujuan hidup manusia yang utama. Sedangkan Catur warga, yang terdiri dari kata catur berarti empat, dan warga berarti jalinan erat atau golongan. Catur warga berarti empat tujuan hidup umat manusia yang utama yang terjalin erat antara yang satu dengan yang lainnya Ajaran “Moks rtha jagadhita ya ca iti Dharma” sudah sepatutnya untuk selalu dipedomani dalam pengabdian hidup ini. Bila kita tidak ingin mendapatkan tantangan yang lebih berat lagi, kenapa harus menunggu lebih lama lagi. Tidak ada waktu terlambat untuk belajar memulai membiasakan diri berbuat baik. Bukankah Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa bersifat maha pemahaf, maha pemurah, maha pelindung dan maha kasih? Pahami, pedomani dan wujudkanlah dalam setiap langkah hidup kita ini dengan ajaran catur purusartha sebagai satu kesatuan yang utuh. Yang manakah bagian-bagiannya? Berikut ini adalah bagian-bagian dan penjelasan singkat dari masing-masing bagian ajaran Catur Purusa Artha.130 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“131. Dharma Dharma berasal dari urat kata “dhr” yang berarti menjinjing, memelihara,memangku atau mengatur. Jadi, kata Dharma dapat berarti sesuatu yang mengaturatau memelihara dunia beserta semua makhluk. Hal ini dapat pula berarti ajaran-ajaran suci yang mengatur, memelihara, atau menuntun umat manusia untukmencapai kesejahtraan jasmani dan ketenteraman batin (rohani). Dalam SantiParwa (109,11) dapat ditemui keterangan tentang arti Dharma sebagai berikut :“Dharanad Dharman ityahur, dharmena widhrtahprajah (Santi Parwa (109,11).Terjemahannya: “Dharma dikatakan datangnya dari kata dharana (yang berarti memangkuatau mengatur). Makna yang terkandung dalam kata “Dharma” sebenarnya sangat luasdan dalam. Bagi mereka yang menekuni ajaran-ajaran agama akan memberiperhatian yang pokok pada pengertian Dharma tersebut. Kutipan dari salahsatu sloka kitab Santi Parwa di atas telah menggambarkan bahwa semua yangada di dunia ini telah memiliki Dharma, dan juga diatur oleh Dharma. Manusiayang memelihara dan mengatur hidupnya untuk mencapai jagadhita dan Mokshaadalah telah melaksanakan Dharma. Melaksanakan kewajiban-kewajiban hidupsebagai manusia tak lain adalah pelaksanaan Dharma. Kitab Sarasamuccayamenjelaskan sebagai berikut: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 131“Yan paramãrthanya, yan artha kama sadhyan, Dharma juga leka sekena rumuhun, riyata katemwaning artha kama mepe tan paramãrtha wi katemwaning artha kama dening anasar sakeng Dharma (Saramuccaya.12) Terjemahannya: Kalau Artha dan Kama yang dituntut, maka seharusnya Dharma dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh Artha dan Kama itu nanti, tidak akan ada artinya jika Artha dan Kama itu diperoleh menyimpang dari Dharma. Petikan sloka di atas menekankan bahwa Dharma mesti dilaksanakan, maka Artha dan Kama datang dengan sendirinya. Bila petunjuk suci itu dapat kita lakoni dalam hidup ini berarti kita telah dapat memungsikan Dharma dalam kehidupan ini. Sehubungan dengan fungsi Dharma, didalam “Manu Samhita” disebutkan sebagai berikut ini: “Weda” pramanakah Gryah sadhanani Dharma.” Terjemahannya: Di dalam ajaran suci Weda “Dharma” dikatakan sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan (Moksha). Selanjutnya di dalam kitab UdYoga Parwa khususnya bagian dari Asta Dasa Parwa dijumpai ucapan sebagai berikut:132 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13“Ikang Dharma ngaranya, hetuning mara ring swarga ika, kadigatining perahu, an hetuning banyaga nentasing tasik.Terjemahannya: Yang disebut Dharma, adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagaihalnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi pedagang dalammengarungi lautan. Berdasarkan sloka di atas yang dimaksud dengan Dharma adalahkebenaran yang abadi (agama), atau sebagai hukum guna mengatur hidup darisegala perbuatan manusia yang berdasarkan pada pengabdian keagamaan. Disamping itu Dharma juga merupakan suatu tugas sosial di masyarakat. Untukmengamalkan ajaran ini dipakai pedoman “Catur Dharma” yang terdiri dari : a. Dharma Kriya. b. Dharma Santosa. c. Dharma Jati. d. Dharma Putus.a. Dharma Kriya Dharma Kriya berarti manusia harus berbuat, berusaha dan bekerja untukkebahagiaan keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, denganmenempuh cara: peri kemanusiaan sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu.Setiap pekerjaan dan usaha akan berhasil dengan baik apabila dilandasi denganSad Paramita, yaitu: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 133a. Dana Paramita: suka berbuat Dharma, amal dan kebajikan. b. Ksanti Paramita: suka mengampuni orang lain. c. Wirya Paramita: mengutamakan kebenaran dan keadilan. d. Prajna Paramita: selalu bersikap tenang, cakap dan bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu hal/persoalan. e. Dhiyana Paramita: merasa bahwa segalanya ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya wajib menyayangi sesama makhluk hidup. f. Sila Paramita: selalu bertingkah laku yang baik (Tri Kaya Parisuda) dalam pergaulan. b. Dharma Santosa Dharma Santosa berarti berusaha untuk mencapai kedamaiaan lahir bathin dalam diri sendiri, dilanjutkan kemudian ke dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tanpa adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam diri sendiri akan sangat sukar untuk mewujudkan kedamaian dan kesentosaan dalam keluarga, bangsa dan negara. c. Dharma Jati Dharma Jati berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu mengutamakan kepentingan umum disamping kepentingan diri sendiri (golongan).134 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13d. Dharma PutusDharma Putus berarti melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasanberkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial bagi umatmanusia dan selalu mengutamakan penanaman budhi baik untuk menjauhkandiri dari noda dan dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak. Secara singkatDharma itu dapat dilaksanakan denganmengamalkan ajaran “Tri Kaya Parisadha”yaitu tiga usaha dan jalan utama dalamseluruh kehidupan untuk mencapai tujuanagama yang terdiri dari:1. Kayika artinya tingkah laku danperbuatan yang baik.2. Wacika artinya perkataan dan Gambar : 3.9 Arca Rambut Sedana pembicaraan yang jujur dan benar. Sumber ; http://unikahidha. ub.ac.id (11-7-2013)3. Manacika artinya pikiran perasaanyang baik dan suci serta tresnasih.e. Artha Artha dalam catur purusartha mempunyai beberapa makna. Di atas telahdiuraikan bahwa dalam kaitannya dengan kata Purusartha, kata Artha dapatberarti tujuan. Demikian pula dalam kaitannya dengan kata Parama Artha (tujuanyang tertinggi), Parartha (tujuan atau kepentingan orang lain), dan sebagainya.Tetapi sebagai tujuan dari Catur Purusa Artha, kata Artha berarti harta ataukekayaan. Artha berarti benda-benda materi atau kekayaan sebagai sumber Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 135kebutuhan duniawi yang merupakan alat untuk mencapai kepuasan hidup. Secara singkatnya Artha disamping berarti harta benda, materi atau kekayaan yang dapat dirasakan, dimiliki dan dinikmati. Artha (dalam arti artha benda) memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan beragama. di antaranya adalah: 1. Fungsi Artha dalam kehidupan beragama, adalah untuk berYajña seperti melaksanakan Panca Yajña yaitu : a. Dewa Yajña: korban suci yang ditujukan untuk melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya. b. Manusa Yajña: korban suci yang ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia. c. Pitra Yajña: korban suci yang ditujukan kehadapan para leluhur atau pitara baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal/disucikan. d. Rsi Yajña: korban suci atau penghormatan yang ditujukan terhadap para Rsi atau para guru dengan ilmu-ilmunya. e. Bhuta Yajña: korban yang tulus ikhlas terhadap yang ditujukan kehadapan para Bhuta Kala, makhluk-makhluk bawahan dan unsur- unsur Panca Maha Bhuta yang lainnya. 2. Fungsi Artha dalam Mewujudkan Jagadhita. Di samping fungsi Artha dalam kepentingan agama, Artha juga mempunyai peranan dalam mewujudkan Jagadhita atau kebahagiaan di dunia seperti: a. Untuk kemakmuran dan kesejahteraan, Artha dapat dibagi: 1. Bhoga yakni kebutuhan primer bagi perkembangan hidup jasmani dari segala makhluk yaitu makanan, minuman (pangan).136 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“132. Upabhoga yakni kebutuhan hidup yang perlu dimiliki oleh manusia seperti pakaian, perhiasan dan sebagainya (sandang). 3. Paribhoga yakni kebutuhan sosial lainnya, seperti perumahan, istri, anak dan lain-lainnya (papan).b. Untuk “dana-dana” sosial atau punia yakni tanda terima kasih dan pertolongan fakir miskin. Terutama sekali artha itu digunakan disalurkan di samping untuk kepentingan Yajña juga untuk kemajuan pendidikan. Secara singkat “Artha” itu harus dimanfaatkan, untuk : 1. Maha Don Dharma Karya yaitu untuk Dharma(dana, sosial). 2. Maha Don Artha Karya yaitu untuk kemakmuran dan kesejahteraan (dagang, perusahaan dan lain-lain). 3. Maha Don Kama Karya yaitu kenikmatan, makanan, pendidikan (kesenian, olah raga) dan sebagainya. Pemanfaatan artha yang sesuai dengan petunjuk “Dharma” itu berarti umatHindu telah melaksanakan “Dharma” agama. Kebahagiaan lahir bathin akantercapai, kehidupan rumah tangga, masyarakat jadi rukun harmonis damai dansentosa, tidak ada pengisapan antara manusia dengan manusia, karena umatmanusia telah menggunakan artha itu sesuai dengan ajaran Dharma. Di dalamBrahma Purana dan Santi Parwa disebutkan sebagai berikut:“Dharmo Dharma nuban dharto dharmo natmanthapidakah (Brahmana Purana 221,16). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 137Terjemahannya: Dharma bertalian erat dengan Artha dan Dharma tidak menentang Artha itu sendiri (tetapi mengendalikan). Selanjutnya dalam kitab Santhi Parwa, didapat penjelasan tentang fungsi artha sebagai berikut: “Dharma mulah sadaiwartah, Dharma sadai wartah, Kamartha phalam utyata (Canti Parwa 123.4). Artinya: Walaupun “Artha” dikatakan alat untuk Kama, tetapi Artha selalu sebagai sumber untuk “Dharma”. Sedangkan dalam kitab suci Sarasamuccaya juga ada disebutkan sebagai berikut: “Apan ikang Artha, yan Dharma luirning karjanaya, ya ika labba ngaranya paramatrha ning amanggih sukha sang tumemwaken ika, kuneng yan aDharma luirning karjanya, kasmala ika, sininggahan de sang sai jana, matangnya haywa anasar sangkeng Dharma, yan tangarjana” (Sarasamuccaya 263).138 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Terjemahannya: Sebab Artha itu, jika Dharma landasannya memperoleh, laba atau untungnamanya, sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang memperolehArtha tersebut, namun jika Artha itu diperoleh dengan jalan Dharma, maka Arthaitu adalah merupakan noda, hal itu dihindari oleh orang yang berbudhi utama,oleh karenanya janganlah bertindak menyalahi Dharma, jika hendak berusahamenuntun sesuatu. Menurut penjelasan dari beberapa kitab-kitab agama tersebut di atas dapatdisimpulkan, bahwa Artha itu memang benar-benar sangat dibutuhkan dalamkehidupan di dunia ini, sebagai sarana baik dalam melaksanakan ajaran agamamaupun dalam kebutuhan hidup sehari-hari fungsi dan manfaat artha sangatpenting sekali, namun semuanya tidak boleh bertentangan dengan Dharma.f. Kama Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan ataukesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakansalah satu tujuan atau kebutuhan manusia. Biasanya Kama itu diartikan dengankesenangan, cinta dan juga berarti sperma. Kama adalah suatu tujuan kebahagiaan, kenikmatan yang didapat melaluiindra, tetapi harus berlandaskan Dharma dalam memenuhinya. Pengertian“Kama” yang berarti kesenangan dan cinta kasih yang penuh keikhlasan terhadapsesama makhluk hidup dan yang penting memupuk cinta kasih, kebenaran,keadilan dan kejujuran untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan itu. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 139Sehubungan dengan cinta kasih ini Kama itu dapat dibagi atas tiga bagian yang disebut “Tri Parartha” yakni: 1. Asih: menyayangi dan mengasihi sesama makhluk sebagai mengasihi diri sendiri. Kita harus saling asah (harga menghargai), asih (cinta mencintai) asuh (hormat menghormati), dan mewujudkan ajaran Tat Twam Asi terhadap sesama makhluk agar terwujudnya kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan dalam kehidupan serta tercapainya masyarakat Jagadhita (tat tentram kerta raharja). 2. Punya: dana Punya cinta kasih kepada orang lain diwujudkan dengan selalu menolong dengan memberikan sesuatu (harta benda) yang kita miliki dan berguna bagi orang yang kita berikan. 3. Bhakti: cinta kasih pada Hyang Widhi dengan senantiasa sujud kepadanya dalam bentuk pelaksanaan agama. Kebahagiaan berupa bersatunya “Atma” dengan “Brahmana” (Tuhan) dimana dapat timbul “Sat Cit Ananda” (kesadaran, ketentraman, dan kebahagiaan abadi) akan tercapai dengan hanya ketekunan sujud bhakti dan sembahyang yang sempurna. Kama atau kesenangan atau kenikmatan menurut ajaran agama, tidak akan ada artinya jika diperoleh menyimpang dari Dharma. Karenanya Dharma menduduki tempat di atas dari Kama, dan menjadi pedoman dalam pencapaian Kama. Dalam hal ini dikemukakan suatu contoh, bagaimanakah tindakan seorang Raja dalam pencapaian Kama tersebut. Dalam kekawin Ramayana disebutkan :140 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13“Dewa ku sala-sala mwang Dharma ya pahayun mas ya ta paha wreddhim bya ya ring kayu kekesan bhukti sakaharep tedwehing bala kasukhanDharma mwang artha mwang kama ta ngaran ika (Ramayana I.3.54).Terjemahannya: Tempat-tempat suci hendaknya dipelihara, kumpulkanlah emas yang banyakserta diabadikan untuk pekerja yang baik, nikmati kesenangan dengan memberikesempatan bersenang-senang kepada rakyatmu, itulah yang disebut Dharma,Artha dan Kama. Dalam bait kekawin Ramayana di atas telah dinyatakan bahwa kenikmatan(Kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang diberikan pada oranglain untuk merasakan kenikmatannya. Jadi pekerjaan yang sifatnya inginmenguntungkan diri sendiri dalam memperoleh Kama (kenikmatan) itu harusdihindari.g. Moksha Moksha berarti ketenangan dan kebahagiaan spiritual yang kekal abadi (sukatan pewali duka). Moksha adalah tujuan terakhir dari umat Hindu. Kebahagiaanbathin yang terdalam dan langgeng ialah bersatunya “Atma dengan Brahmana”itu yang disebut Moksha. Moksha atau Mukti berarti kebebasan, kemerdekaanyang sempurna, ketenteraman rohani sebagai dasar kebahagiaan abadi, kesuciandan bebasnya roh dari penjelmaan dan menunggal dengan Tuhan yang seringdisebut dengan “Kelepasan”. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 141Manusia harus menyadari bahwa perjalanan hidupnya pada hakekatnyaadalah perjalanan mencari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa,lalu bersatu dengan beliau. Perjalanan sepertiitu adalah perjalanan yang penuh denganrintangan, bagaikan mengarungi samudrayang bergelombang. Sudah dikatakan di atasbahwa ajaran agama telah menyiapkansebuah perahu untuk mengarungi samudraitu, yaitu Dharma. Hanya dengan berbuatberdasarkan Dharma manusia akan dapat Gambar : 3.10 Semedidengan selamat mengarungi samudra yang Sumber ; http://unikahidha.luas dan ganas itu. ub.ac.id (11-7-2013)Dengan bersatunya Atma pada sumbernya yaitu Brahmana (Ida Sang HyangWidhi) maka berakhirlah proses atau lingkaran Punarbhawa atau Samsara bagiAtma. Selesailah pengembaraan atma itu yang mungkin telah berulang kali lahirdi dunia ini, dan tercapailah kebahagiaan yang kekal abadi. Berdasarkan petunjukkitab-kitab suci agama kita “Moksha” sebagai kebebasan abadi, dinyatakanmemiliki beberapa tingkatan, antara lain :a. SamipyaSamipya adalah Moksha atau kebebasan yang dapat dicapai semasihhidupnya ini, terutama oleh para Rsi saat melaksanakan Yoga, samadhi, disertaidengan kemekaran antusiasnya, sehingga beliau dapat menerima wahyu dariTuhan. Samipya sama sifatnya dengan Jiwan Mukti.142 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13b. Sarupya Sarupya adalah Moksha atau kebebasan yang dicapai semasih hidup di manakedudukan atma mengatasi unsur-unsur maya. Kendati pun atma mengambilperwujudan tertentu namun tidak akan terikat oleh segala sesuatunya sepertihalnya awatara seperti Budha, Sri Kresna, Rama dan lain sebagainya.c. Salokya (Karma Mukti) Salokya (Karma Mukti) merupakan kebebasan yang dicapai oleh atma itusendiri telah berada dalam posisi kesadaran sama dengan Tuhan akan tetapibelum dapat bersatu dengan Tuhan itu sendiri. Dalam keadaan ini dapat dikatakanbahwa atma itu telah mencapai tingkat “Dewa” yang merupakan manifestasinyadari sinar sucinya Tuhan itu sendiri.d. Sayujya (Purna Mukti) Sayujya (Purna Mukti) ini merupakan suatu tingkatan kebebasan yang palingtinggi dan sempurna di mana atma telah dapat bersatu atau bersenyawa denganTuhan dan tidak terbatas oleh apapun juga sehingga benar-benar telah mencapai“Brahma Atma Aikyam” yaitu atman dengan Tuhan betul-betul bersatu. Walaupun ada beberapa aspek atau tingkatan daripada Moksha ituberdasarkan, atas keadaan atma dalam hubungannya dengan Tuhan yangterpenting dan patut menjadi kunci pemikiran untuk mencapai Moksha itu adalahagar kita dapat melenyapkan pengaruh “Awidya (maya)” dalam alam pikiran itu,sehingga atma akan mendapat kebebasan yang sempurna. Kitab Bhagawadgitamenyebutkan, sebagai berikut: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 143“Anta kale ca mameva, smaran muktva kalevaran, yah prayate sa madhavam, yati nasty atra sam sayah” (Bhagawadgita VIII, 5). Terjemahannya: Dan siapa saja pada waktu meninggal, melepaskan badannya dan berangkat hanya memikirkan Aku, ia mencapai tingkat Aku. Tentang ini tidak ada keragu- raguan lagi. Dalam pustaka suci Manawa Dharmasastra disebutkan, bahwa untuk mencapai rahmat yang tertinggi (nicreyasa) yakni Moksha itu sendiri, antara lain dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : 1. Mempelajari Weda. 2. Melakukan tapa. 3. Mempelajari / mencari pengetahuan yang benar. 4. Menunduk (mengendalikan Panca Indriya). 5. Tidak menyakiti makhluk lain. 6. Melayani/menghormati guru. Ke enam hal tersebut di atas serentak harus dilaksanakan, jadi tidak hanya memilih salah satu. Di samping hal tersebut di atas kita juga mengenal jalan atau cara yang dapat dilalui untuk menuju kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, yakni untuk mempertemukan atman dengan atman. Cara seperti itu disebut dengan Yoga. Yoga itu ada empat macam yang disebut Catur Yoga, yaitu :

144 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13



Page 2

a. Dharana Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objekkonsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaninglelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra”atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak)hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) diBali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karenadi saat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribudengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilaubagaikan mutiara. Objek lain di luar tubuh manusia misalnya bintang, bulan,matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu parayogi menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yangdigunakan membawa ke arah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan fisik,dan gunung untuk kesejahteraan. Objek di luar badan yang lain misalnya patungdan gambar dari dewa-dewi, guru spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnyavibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan pengikut Yogamelaksanakan Dharana dengan baik dapat memudahkan yang bersangkutanmencapai Dhyana dan Samadhi.b. Dhyana Dhyana adalah suatu keadaan di mana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan olehobjek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata.Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melaluiPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 45pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Sang Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan: “Tantra Pradyaya Ekatana Dhyanam” terjemahannya; Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Sang Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut: ”Pranayamair Dahed Dosan, Dharanbhisca Kilbisan, Pratyaharasca Sansargan, Dhyanena Asnan Gunan”: Artinya: Dengan Pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan Pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan Dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada di antara manusia dan Sang Hyang Widhi. c. Samadhi Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga Yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu: a. Samprajnatta Samadhi atau Sabija Samadhi, adalah keadaan di mana yogi masih mempunyai kesadaran. b. Asamprajnata-Samadhi atau Nirbija-Samadhi, adalah keadaan di mana yogi sudah tidak sadar dengan diri dan lingkungannya, karena batinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Sang Hyang Widhi.46 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun Nirbija-Samadhi, seorangyogi merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memilikiapapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari“Catur Kalpana” (yaitu: tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan), tidak lalai,tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbangmenuju Moksha, karena unsur-unsur Moksha sudah dirasakan oleh seorang yogi.Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangatmemudahkan pencapaian Moksha.”Yada Pancavatisthante,Jnanani Manasa Saha,Buddhis Ca Na Vicestati,tam Ahuh Paramam Gatim”Terjemahannya: Bilamana Panca Indria dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhisendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi (KathaUpanisad II.3.1). Demikian Yoga Asanas sudah dan semestinya dilaksanakan oleh umatsedharma dengan demikian Moksha dan jagadhita yang dicita-citakan dapatterwujud sebagaimana mestinya. Selanjutnya ada baiknya kita memahami SangHyang Widhi (Tuhan) dalam Ajaran Yogãsana untuk mewujudkan kesejahteraanPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 47dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini. Bagaimana semuanya itu? Sebelumnya selesaikanlah uji kompetensi berikut dengan baik! Uji Kompetensi: 1. Dalam ajaran Yoga tahapan-tahapan apa sajakah yang harus ditempuh? 2. Bagaimana hubungan etika Yoga dengan Yama dan Nyama bratha? Jelaskanlah! 3. Apa sajakah yang menentukan keadaan pikiran dalam berYoga? Sebutkan! 4. Bagaimana sebaiknya beretika dalam pelaksanaan Yoga? Buatlah narasinya! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Anda di rumah. 5. Coba praktikkan sikap tubuh (Asana) yang baik dalam Yoga! 6. Bagaimana cara untuk mengendalikan diri baik itu dari unsur jasmani maupun rohani? 7. Bila seseorang melaksanakan Yoga tanpa mengikuti tahapan- tahapannya, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1-3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman-12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto; 4-3-3-4! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah!48 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13E. Sang Hyang Widhi (Tuhan) dalam Ajaran Yogãsanas Perenungan: Yo bá ta ca bhavya ca sarva ya c dhiti hati, svar yasya ca kevala tasmai jye th ya brahma e namaá. Terjemahannya: ’Tuhan Yang Maha Esa ada di mana-mana, baik di masa lampau, di masa kini maupun di masa datang. Dia berbahagia sepenuhya. Kami menghaturkan persembahan (korban) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Agung (Mahkluk Agung itu) (Atharvaveda X.7.35). Memahami Teks: Patanjali menerima eksistensi Sang Hyang Widhi (Isvara) di mana Sang Hyang Widhi menurutnya adalah The Perfect Supreme Being, bersifat abadi, meliputi segalanya, Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Ada. Sang Hyang Widhi adalah purusa yang khusus yang tidak dipengaruhi oleh kebodohan, egoisme, nafsu, kebencian dan takut akan kematian. Ia bebas dari Karma, Karmaphala dan impresi-impresi yang bersifat laten. Patanjali beranggapan bahwa individu-individu memiliki esensi yang sama dengan Sang Hyang Widhi, akan tetapi oleh karena ia dibatasi oleh sesuatu yangPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 49dihasilkan oleh keterikatan dan karma, maka ia berpisah dengan kesadarannya tentang Sang Hyang Widhi dan menjadi korban dari dunia material ini. Tujuan dan aspirasi manusia bukanlah bersatu dengan Sang Hyang Widhi, tetapi pemisahan yang tegas antara Purusa dan Prakrti (Sarasamuccaya, hal 371). Hanya satu Tuhan (Sang Hyang Widhi). Menurut Vijnanabhisu: “dari semua jenis kesadaran meditasi, bermeditasi kepada kepribadian Sang Hyang Widhi adalah meditasi yang tertinggi. (Sarasamuccaya, 372) Ada bebagai obyek yang dijadikan sebagai pemusatan meditasi yaitu bermeditasi pada sesuatu yang ada di luar diri kita, bermeditasi kepada suatu tempat yang ada pada tubuh kita sendiri dan yang tertinggi adalah bermeditasi yang di pusatkan kepada Sang Hyang Widhi. Kebodohan menyatakan bahwa ada dualisme dari satu realitas yang disebut Sang Hyang Widhi (Tuhan). Ketika kebodohan dihilangkan oleh pengetahuan, maka dualisme hilang dan kesatuan penuh akan dicapai. Ketika seseorang mengatasi kebodohan, maka dualisme hilang, ia menyatu dengan The Perfect Single Being tetapi kesempurnaan The Single Being itu selalu ada dan tetap tersisa sebagai sesuatu yang sempurna dan satu. Tak ada perubahan dalam lautan, seberapa banyakpun sungai-sungai yang mengalirkan airnya dan bermuara padanya. Ketidakberubahan adalah keadaan dasar dari kesempurnaan. Bagaimana kita dapat memperaktikkan sikap-sikap ajaran Yogãsanas untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini? Sebelumnya selesaikanlah uji kompetensi berikut dengan baik!50 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Uji Kompetensi: 1. Bagaimana pandangan ajaran Yoga terhadap Tuhan? 1. Bagaimana keberadaan Tuhan itu sendiri dalam ajaran Yoga? Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah. 2. Dalam ajaran Yoga, apakah yang dimaksudkan Tuhan itu?Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 51F. Mempraktikkan Sikap-sikap Yogãsana Perenungan: Yo marayati pranayati, yasmat prananti bhuvanani visva. Terjemahannya: ’Sang Hyang Widhiwasa menghidupkan dan menghancurkan. Dia adalah sumber penghidupan seluruh alam semesta’ (Atharvaveda XIII. 3.3) Memahami Teks: Walaupun Yoga diklasifikasikan ke dalam empat disiplin yang berbeda, tidak ada satupun yang bersifat istimewa, superior atau lebih rendah dari yang lain. semuanya sama pentingnya dan disebutkan dalam Kitab Hindu. Kecocokan disiplin tertentu bergantung dari mental, intelek dan dimensi emosional dan hubungannya dengan karma dari pribadi seseorang. Ketika kata Yoga digunakan di Negara Barat, secara umum ini berarti Hatha Yoga, yang merupakan latihan fisik dalam sistem Hindu Kuno dan teknik pernafasan yang dirancang untuk menjaga tubuh yang sehat. Kitab Hindu menggunakan kata Yoga sebagai kata sinonim dari sadhana, yang berarti spiritual disiplin. Terdapat empat disiplin yang utama dalam Yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga. 52 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Berikut ini dapat disajikan beberapa praktik Yoga Asanas yang patutdilaksanakan:1. Nama gerakan Yoga: Utrãsana Gambar 1.6 Utrãsana Sumber: herintalk.com (08-01-2016) Manfaat dari gerakan Yoga Utrãsana: Utrãsana bermanfaat untuk: menjagakelenturan atau flexibility dari tulang punggung (spine), meningkatkan sirkulasidarah ke daerah kepala, dan untuk menyelaraskan sistem pencernaan danmetabolisme dalam tubuh.2. Nama Gerakan Yoga: Druta Halãsana Manfaat dari gerakan Yoga Druta Halãsana: Druta Halãsana bermanfaatuntuk meregangkan (stretches) dan merangsang otot-otot punggung, persendiantulang belakang (spinal joints) dan syaraf-syaraf tulang punggung. Asanas inijuga dapat, meningkatkan aliran darah ke leher, mengaktifkan kelenjar thyroiddan untuk tetap menjaga flexibility dari tulang punggung.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 53Gambar 1.7 Druta Halãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tulang punggung dan hipertensi, untuk menghindari melakukan Asanas ini. 3. Nama Gerakan Yoga: Bhumi Pada Mastakãsana Gambar 1.8 Bhumi Pada Mastakãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Manfaat dari gerakan Yoga Bhumi Pada Mastakãsana: Gerakan Yoga Bhumi Pada Mastakãsana dapat meningkatkan aliran darah ke otak, membantu dalam masalah tekanan darah rendah dan juga mempunyai manfaat untuk menguatkan otot-otot kepala dan leher.54 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengantekanan darah tinggi untuk tidak melakukan Asanas ini.4. Nama Gerakan Yoga: Mayurãsana Gambar 1.9 Mayurãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Manfaat dari gerakan Yoga Mayurãsana: Mayurãsana bermanfaat untukmenguatkan lengan, menjaga fleksibilitas pergelangan tangan, menyelaraskanproses-proses metabolisme dalam tubuh. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengantulang pergelangan tangan, untuk menghindari melakukan Asanas ini.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 555. Nama Gerakan Yoga: Hanumãsana Gambar 1.10 Hanumãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Manfaat dari gerakan Yoga Hanumãsana: Hanumãsana bermanfaat untuk meregangkan (stretches) dan merangsang otot-otot punggung dan paha, menyelaraskan organ-organ reproduksi dan untuk tetap menjaga flexibility dari tulang punggung. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tulang punggung, untuk menghindari melakukan Asanas ini. 6. Nama Gerakan Yoga: Pascimotanãsana Gambar 1.11 Pascimotanãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014)56 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Manfaat dari gerakan Yoga Pascimotanãsana: Pascimotanãsanabermanfaat: meregangkan urat lutut, pinggang dan mengendorkan tulang paha,menghilangkan kelebihan lemak pada daerah perut, menyelaraskan organ-organpanggul, menghilangkan berbagai penyakit seksual wanita, meringankan sakitlimpa, ginjal, sembelit, luka usus, dan menyembuhkan sakit kencing manis sertaambeien.7. Nama Gerakan Yoga: Triãsana Gambar 1.12 Triãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Manfaat dari gerakan Yoga Triãsana: Triãsana bermanfaat untuk pengobatanberbagai penyakit kelamin (gangguan seksual), menyelaraskan indung telur danrahim, reproduksi wanita dan nyeri haid.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 578. Nama Gerakan Yoga: Gomukhãsana Gambar 1.13 Gomukhãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Manfaat dari gerakan Yoga Gomukhãsana: Gomukhãsana bermanfaat untuk menghilangkan sakit punggung, bahu dan leher kaku, menyembuhkan penyakit seksual, menyehatkan ginjal, menyembuhkan pegal pinggang, rematik, menguatkan dada. 9. Nama Gerakan Yoga: Sarvangãsana Manfaat dari gerakan Yoga Sarvangãsana: Sarvangãsana bermanfaat untuk memulihkan keseimbangan peredaran darah/pembersihan darah, memperbaiki sistem pencernaan (gangguan usus & perut), kesehatan reproduksi, jaringan saraf dan kelenjar, mencegah dan mengobati keputihan, mencegah kembung dan menghilangkan kelebihan lemak,58 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Gambar 1.14 Sarvangãsana Sumber: https://premadeviYoga.wordpress.com (22-12-2014) Menguatkan jantung yang lemah, menguatkan tenaga piker, menjagaelastisitas tulang punggung/mencegah pengapuran, menyembuhkan rematikotot, sengal pinggang dan sakit kepala, merawat otot dubur dan paha. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah denganwanita haid dilarang melatih/berlatih Asanas ini. Gambar gerakan Yoga di atas hanyalah sebagian kecil dari gerakan-gerakanYoga yang terdapat dalam ajaran agama Hindu. Gerakan yang lainnya diharapkandapat dipraktikkan dengan baik dan sungguh-sungguh oleh peserta didikdalam proses pembelajaran di setiap sekolah (SMA/SMK). Dengan demikiankesejahteraan dan kebahagiaan pendidik dan peserta didik pada khususnya sertaumat sedharma pada umumnya dalam kehidupan ini dapat terwujud. Bagaimanakita dapat memaknai bahwa memperaktikkan ajaran Yogãsana dalam kehidupanini adalah sebuah Yajña guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidupdalam kehidupan ini? Sebelumnya selesaikanlah uji kompetensi berikut denganbaik!Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 59Uji Kompetensi: 1. Coba sebutkan dan jelaskan sikap-sikap dalam pelaksanaan Yoga! 2. Setelah mengetahui sikap-sikap dalam Yoga, coba praktikkan sikap- sikap Yoga tersebut! 3. Bagaimana pengaruh praktik Yoga dalam kehidupan sehari-hari Kamu? Narasikanlah! 4. Buatlah rangkuman untuk masing-masing pokok bahasan berdasarkan sumber teks yang terdapat pada Bab I (Yoga Menurut Susastra Agama Hindu) materi pembelajaran ini, sesuai petunjuk khusus dari Bapak/ Ibu guru yang mengajar! 5. Amatilah gambar berikut ini, deskripsilah! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah. Gambar 1.15 Chakrãsana Sumber: IK. Arta Jaya (14-2-2013)60 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13BAB YAJÑA DALAM MAHABHARATAII“Sahayajñ h praj h s tv puro ‘v sa praj patiá,anena prasavisyadhvam e a vo ‘i takhamadhuk”terjemahannya: Pada jaman dahulu kala Prajapati(Tuhan Yang Maha Esa) menciptakanmanusia dengan Yajna dan bersabda: denganini engkau akan mengembang dan akanmenjadi kamadhuk dari keinginanmu. (BG,III.10).Setiap tindakan tanpa dilandasikeyakinan yang mantap tentu menjadi sia- Gambar 2.1 Pertapa dan Prabhu Parikesitsia, demikian pula keyakinan kita kepada Sumber: https://www.google. com (22-12-2014) Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 61Tuhan Yang Maha Esa. Sraddha apnoti brahma apnoti, mereka yang memiliki iman yang mantap dapat mencapai dan bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, demikian pula dalam melaksanakan Yajna, mutlak dilandasi Sraddha (keimanan atau keyakinan) yang mantap. Mengapa kita harus beryajña?A. Pengertian dan Hakikat Yajña Perenungan: ‘Ojaṡce me, saha ca me, tm ca me, tan ca me, arma ca me, varma came, yajñena kalpant m. Terjemahannya: ‘Dengan sarana persembahan (Yajña), semoga kami memperoleh sifat-sifat yang berikut ini: kemuliaan, kejayaan, kekuatan rohaniah, kekuatan jasmaniah, kesejahteraan dan perlindungan’ (Yajurveda XVIII.3). Memahami Teks: Kata Yajña berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata ”Yuj” berarti memuja, mempersembahkan, korban. Dalam kamus bahasa Sansekerta, kata 62 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Yajña diartikan: upacara korban, korban, orang yang berkorban yang berhubungandengan korban (Yajña). Dalam Kitab Bhagawadgita dijelasakan, Yajña artinyasuatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untukmelaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yajña berarti upacara persembahankorban suci. Pemujaan yang dilaksanakan dengan mempergunakan korban sucisudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga.Sarana yang diperlukan sebagai perlengkapan sebuah Yajña disebut denganistilah Upakara. Upakara yang tertata dalam bentuk tertentu yang difungsikansebagai sarana memuja keagungan Tuhan disebut sesajen. Upakara dapatdiartikan memberikan pelayanan yang ramah tamah atau kebaikan hati. Dengandemikian sudah semestinya setiap upakara yang dipersembahkan hendaknyadilandasi dengan kemantapan, ketulusan dan kesucian hati, yang diwujudkandengan sikap dan prilaku ramah tamah bersumber dari hati yang hening dan suci. Tatacara atau rangkaian pelaksanaan suatu Yajña disebut Upacara. Kataupacara dalam kamus Sansekerta diartikan: mendekati, kelakuan, sikap,pelaksanaan, kecukupan, pelayanan sopan santun, perhatian, penghormatan,hiasan, upacara, pengobatan. Kegiatan upacara dapat memberikan ciri-ciritersendiri bagi agama-agama tertentu dan sekaligus membedakannya denganagama-agama yang lainnya. Setiap agama memiliki tatanan tersendiri dalammelaksanakan upacaranya. Di dalam pelaksanaan upacara diharapkan terjadinyasuatu upaya untuk mendekatan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa besertaprabhawanya, kepada alam lingkungannya, para Pitara, para Rsi atau Maha Rsidan manusia sebagai sesamanya. Wujud dari pendekatan itu dapat dilakukandengan berbagai bentuk persembahan maupun tata pelaksanaan sebagaimanaPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 63yang ditentukan dalam berbagai sastra yang memuat ajaran agama Hindu. Kesucian itu adalah sifat dari Tuhan Yang Maha Esa. Siapapun orangnya bila berkeinginan mendekatkan diri dan berdoa kehadapan Tuhan Yang Maha Suci, hendaknya menyucikan diri secara lahiriah dan batiniah. Secara alamiah dunia beserta isinya harus bergerak harmonis, selaras, seimbang, dan saling mendukung. Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup harmonis, seimbang, selaras, dan saling mendukung. Tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran suci Veda hanya meminta saja dari alam, memberikan kepada alam juga menjadi sebuah kewajiban dalam rangka menjaga keseimbangan alam. Katakanlah dengan bunga, kata orang bijak yang masih relevan dilakukan sepanjang zaman. Ketika memberi, tak boleh mengharapkan pengembalian, itu merupakan ajaran Veda tentang ketulus-ikhlasan. Saling memberi adalah satu-satunya cara untuk menjaga keteraturan sosial. Jangan heran apabila di masyarakat dalam setiap ada upacara keagamaan selalu saling memberikan makanan. Alam semesta ini diciptakan oleh Brahman dengan kekuatan-Nya sebagai Dewa Brahma. Isi alam yang kita nikmati untuk kesehatan lahir dan batin. Makanan yang disediakan oleh alam harus disyukuri dan dinikmati secara seimbang. Kitab suci Veda mengajarkan umat Hindu dalam menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam, yaitu bunga, daun, cahaya, air, dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata dalam aturan tertentu sehingga menjadi sesajen persembahan (banten). Sesajen inilah dipakai sebagai media persembahan kepada Brahman.64 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkansarana umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukurkepada Brahman, Sang Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwaatau Bhagavadgita disebutkan, mereka yang makan sebelum memberikan Yajña,maka orang itu pantas disebut pencuri. Ajaran Veda ini mengajarkan tentang etikasopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini berasal dari Sang HyangWidhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum makan diwajibkan mengadakanpenghormatan dengan persembahan kepada pemilik makanan sesungguhnya,yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajña itu adalah korban suci yangtulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan keteraturan sosial. Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci.Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaranyang akan diberikan Yajña, maka korban suci ini dibedakan menjadi lima jenis,yaitu:a. Dewa Yajña Gambar 2.2 Purnama Puja Yajña jenis ini adalah persembahan Sumber: Dok. Pribadi (5-1-2015)suci yang dihaturkan kepada Sang HyangWidhi dengan segala manisfestasi-Nya.Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya,melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkancontoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentuadalah melaksanakan piodalan/puja wali dipura dan lain sebagainya.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 65“k òksanta karma siddhi yajanta iha devat á, k ipra hi m nu e loke siddhir bhavati karma-j ” Terjemahannya: Mereka yang menginginkan keberhasilan yang timbul dari karma, berYajña di dunia untuk para deva, karena keberhasilan manusia segera terjadi dari karma, yang lahir dari pengorbanan (BG. IV.12). b. Rsi Yajña Rsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.66 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13c. Pitra Yajña Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepadapara Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita.Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikanpersembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaransuci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturansosial.d. Manusa YajñaManusa Yajña adalah pengorbananuntuk manusia, terutama bagi mereka yangmemerlukan bantuan. Umpamanya adamusibah banjir dan tanah longsor. Banyakpengungsi yang hidup menderita. Dalamsituasi begini, umat Hindu diwajibkan untukmelakukan Manusa Yajña dengan caramemberikan sumbangan makanan, pakaian Gambar 2.3 Upacara Mepandeslayak pakai, dan sebagainya. Bila perlu (Manusa Yajna)terlibat langsung untuk menjadi relawan Sumber: Dok. Pribadi (5-10-2014)yang membantu secara sukarela.Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya sebatas melakukanserentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan membantu orangmiskin juga Manusa Yajña. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 67“yeyath m prapadyante t s tathaiva bhaj my aham, Mamavartm nuvartante manusyaá partha sarva aá”. Terjemahannya: Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima wahai Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan (BG.IV.11). Namun, Manusa Yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah Yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain: a. membantu orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu lintas sedang ramai; b. menjenguk dan memberikan bantuan teman yang sakit; c. melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis; d. memberikan tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anak- anak ketika berada di dalam kendaraan umum; e. memberikan sumbangan beras kepada orang yang tak mampu; f. membantu memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat; g. membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan;68 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13h. membantu teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau kecelakaan lalu lintas; dani. memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit. Semua perilaku ini wajib dilatih, dibiasakan, dan dikembangkan sebagaibentuk pelaksanaan Manusa Yajña. Dalam konteks ini, Manusa Yajña tidakberarti hanya melakukan upacara saja, tetapi juga termasuk membantu orang.e. Bhuta YajñaUpacara Bhuta Yajña adalah korbansuci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidaknampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita.Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatanyang tidak baik, suka mengganggu orang.Contoh upacara bhuta Yajña adalah masegeh,macaru, tawur agung, panca wali krama.Tujuan bhuta Yajña adalah menetralisirkekuatan bhuta kala yang kurang baik Gambar 2.4 Upacara Melasti (Bhuta Yajna)menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan Sumber: Dok. Pribadi (5-3-2013)mendukung kehidupan umat manusia. Di antara sekian banyak bagian kitabsuci Veda, kitab-kitab apa sajakah sebagai sumber pelaksanaan Yajña gunamewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini?Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikut dengan baik! Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 69Uji Kompetensi: 1. Apakah yang dimaksud dengan Yajña dan jelaskanlah salah satu contoh Yajña yang sudah anda lakukan dalam kehidupan sehari- hari! 2. Sebutkan bagian-bagian dari Panca Yajña dan berikan masing-masing satu contohnya! 3. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan Upakara dan Upacara dalam Yajña? Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah.70 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13B. Yajña dalam Mahabharata dan Masa Kini Perenungan: ’Svar yanto n pek anta, dya rohanti rodasi. yajñam ye vi vatodharam, savidvamso vitenire. Terjemahannya: ’Para sarjana yang terkenal yang melaksanakan pengorbanan, mencapai kahyangan (sorga) tanpa suatu bantuan apapun. Mereka membuat jalan masuk mereka dengan mudah ke kahyangan (sorga), yang menyeberangi bumi dan wilayah-pertengahan’ (Yajurveda XXIII.62) Memahami Teks: Sarpayajña Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja- raja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 71Menjelang puncak pelaksanaan Yajña, datanglah seorang Brahmana sucidari hutan ikut memberikan doa-restu dan menjadi saksi atas pelaksanaanupacara yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama Gambar 2.5 D. Drauvadi vs langsung melahap hidangan tersebut dengan Dusasana (Mahabharata) cepat bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan ituSumber: https://www.google.com (22-12-2014)melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara Yajña besartersebut. Begitu melihat cara sang Brahmana Utama menyantap makanan secaratergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan BrahmanaUtama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,”kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadimencela Sang Brahmana Utama cukup jauh, karena kesaktian dari Brahmana ini,maka apa yang diucapkan oleh Drupadi didengarkannya secara jelas. SangBrahmana Utama diam, tetapi batinnya kecewa. Drupadi pun melupakanperistiwa tersebut.72 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Di dalam ajaran agama Hindu, diajarkan bahwa apabila kita melakukantindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagiapabila mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk.Dalam kisah berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luarbiasa dari saudara iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya.Di hadapan Maha Raja Drestarata, Rsi Bisma, Begawan Drona, Kripacarya,dan Perdana Menteri Widura serta disaksikan oleh para menteri lainnya, DewiDrupadi dirobek pakaiannya oleh Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana.Perbuatan biadab merendahkan kehormatan wanita dengan melepaskan pakaiandi depan umum, berdampak pada kehancuran bagi negerinya para penghina.Terjadinya penghinaan terhadap Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yangmencela Brahmana Utama ketika menikmati hidangan. Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu olehKrisna dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampaiadiknya Duryodana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadikarena Drupadi pernah berkarma baik dengan cara membalut jarinya Krisnayang terkena Panah Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita iniadalah, kalau melaksanakan Yajña harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dantidak boleh ragu-ragu. Ketentuan apakah yang patut dipenuhi oleh seseoranguntuk dapat melaksanakan yajña guna mewujudkan kesejahteraan dankebahagiaan hidup dalam kehidupan ini? Sebelumnya kerjakanlah soal-soal ujikompetensi berikut dengan baik!Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 73Uji Kompetensi: 1. Makna apa yang dapat dipetik dari pelaksanaan Yajña dalam cerita Mahabarata? 2. Coba ceritakan kembali sekilas tentang pelaksanaan Yajña dalam cerita Mahabharata! 3. Rangkumlah cerita tersebut di atas dan berikanlah komentar-mu bagaimana mempersembahkan yajña agar berhasil! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Anda di rumah.74 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13C. Syarat-syarat dan Aturan dalam Pelaksanaan Yajña Perenungan: Soma r randhi no h dhi g vo na yavase v , marya iva sva okye. Terjemahannya: Tuhan Yang Maha Pengasih, semoga Engkau berkenan bersthana pada hati nurani kami (tubuh kami sebagai pura), seperti halnya anak-anak sapi yang merumput di padang subur, seperti pula seorang gadis di rumahnya sendiri’ (Rg Veda I. 91. 13). Memahami Teks: Melaksanakan Yajña bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya. Segala sesuatu yang dilaksanakannya tanpa dilAndasi oleh Yajña adalah sia-sia. Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat bermanfaat dan bekualitas, kitab Bhagawadgita menyebutkan sebagai berikut: Aphalàkàòk ibhir yajòo vidhi-d þo ya ijyate, ya þavyam eveti manaá samàdhàya sa sàttvikaáPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 75Terjemahannya: Yajña menurut petunjuk kitab-kitab suci, yang dilakukan oleh orang tanpa mengharap pahala dan percaya sepenuhnya bahwa upacara ini sebagai tugas kewajiban, adalah sattvika (BG. XVII.11). Abhisandh ya tu phala danbh rtham api çaiva yat, ijyate bharata- restha ta viddhi r jasam. Terjemahannya: Tetapi persembahan yang dilakukan dengan mengharap balasan, dan semata-mata untuk kemegahan belaka, ketahuilah, wahai Arjuna, Yajña itu adalah bersifat rajas (BG. XVII.12). Vidhi-hinam as t nna mantra-hìnam adak i am, raddh -virahita yajña t masa paricak ate. Terjemahannya: Dikatakan bahwa, Yajña yang dilakukan tanpa aturan (bertentangan), di mana makanan tidak dihidangkan, tanpa mantra dan sedekah serta tanpa keyakinan dinamakan tamas (BG. XVII.13). Agar pelaksanaan Yajña lebih efisien, maka syarat pelaksanaan Yajña perlu mendapat perhatian, yaitu:76 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13a. Sastra, Yajña harus berdasarkan Veda: b. Sraddha, Yajña harus dengan keyakinan: c. Lascarya, keikhlasan menjadi dasar utama Yajña: d. Daksina, memberikan dana kepada pandita: e. Mantra, puja, dan gita, wajib ada pandita atau pinandita: f. Nasmuta atau tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan Yajña hanya untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan: dan g. Anna Sevanam, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk makan bersama. Menurut Bhagavadaita XVII. 11, 12, dan 13 menyebutkan ada tiga kualitasYajña itu, yakni:a. Satwika Yajña: Satwika Yajña adalah kebalikan dari Tamasika Yajña dan Rajasana Yajñabila didasarkan penjelasan Bhagawara Gita tersebut di atas. Satwika Yajña adalahYajña yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.Syarat-syarat yang dimaksud, antara lain: 1. Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan Yajña sembarangan, apalagi di dasarkan pada keinginan diri sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui perhitungan hari baik dan buruk, Yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 772. Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan Yajñaragu-ragu. Berusaha berhemat pun dilarang di dalam melaksanakan Yajña. Hal ini mengingat arti Yajña itu adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana atau penyelenggara Yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan dari kegiatan Yajña. Apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya. 3. Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña. KalauGambar 2.6 Persembahan Canang Yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkanSumber: Dok. Pribadi (3-4-2015) seorang Sulinggih Dwijati atau Pandita. Tetapikalau Yajñanya kecil, cukup dipuput oleh seorang Pemangku atauPinandita saja.4. Dalam setiap upacara Yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkandaksina. Daksina adalah dana uang kepada Sulinggih atau Pinanditayang muput Yajña. Jangan sampai tidak melakukan itu, karena daksinaadalah bentuk dari Rsi Yajña dalam Panca Yajña.5. Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkinDharmagita. Hal ini juga disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña.Apabila biaya untuk melaksanakan Yajña tidak besar, maka suara gongatau Dharmagita boleh ditiadakan.78 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13b. Rajasika Yajña: Yajña yang dilakukan dengan penuh harapan akan hasilnya dan dilakukanuntuk pamer saja. Rajasika Yajña adalah kualitas Yajña yang relatif lebih rendah.Walaupun semua persyaratan dalam sattwika Yajña sudah terpenuhi, namunapabila Sang Yajamana atau yang menyelenggarakan Yajña ada niat untukmemperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka nilai Yajña itu menjadirendah. Dalam Siwa Purana dijelaskan bahwa seorang Dewa Kuwera, Dewa Siwauntuk menghadiri dan memberkahi Yajña yang akan dilaksanakannya. DewaSiwa mengetahui bahwa tujuan utama mengundang-Nya hanyalah untukmemamerkan jumlah kekayaan, kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya. Mengerti akan niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa, maka padahari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi mengirimputranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri undanganRaja itu. Dengan diiringi banyak prajurit, berangkatlah Dewa Gana ke tempatupacara. Upacaranya sangat mewah, semua raja tetangga diundang, seluruhrakyat ikut memberikan dukungan. Dewa Gana diajak berkeliling istana oleh raja sambil menunjukkankekayaannya berupa emas, perak, dan berlian yang jumlahnya bergudang-gudang.Dengan bangga, raja menyampaikan jumlah emas dan berliannya. Sementararakyat dari kerajaan ini masih hidup miskin karena kurang diperhatikan oleh rajadan pajaknya selalu dipungut oleh Raja. Mengetahui hal tersebut, Dewa Gana ingin memberikan pelajaran kepadaSang Raja. Ketika sampai pada acara menikmati suguhan makanan dan minuman,Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 79maka Dewa Gana menghabiskan seluruh makanan yang ada. Bukan itu saja, seluruh perabotan berupa piring emas dan lain sebagainya semua dihabiskan oleh Dewa Gana. Raja menjadi sangat bingung sementara Dewa Gana terus meminta makan. Apabila tidak diberikan, Dewa Gana mengancam akan memakan semua kekayaan dari Sang Raja. Khawatir kekayaannya habis dimakan Dawa Gana, lalu Raja ini kembali menghadap Dewa Siwa dan mohon ampun. Lalu diberikan petunjuk dan nasihat agar tidak sombong karena kekayaan dan membagikan seluruh kekayaan itu kepada seluruh rakyat secara adil. Kalau menyanggupi, barulah Dewa Gana menghentikan aksinya minta makan terus kepada Raja. Dengan terpaksa Raja yang sombong ini menuruti nasihat Dewa Siwa yang menyebabkan kembali baiknya Dewa Gana. Pesan moral yang disampaikan cerita ini adalah, janganlah melaksanakan Yajña berdasarkan niat untuk memamerkan kekayaan. Selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualitas Yajña tersebut menjadi lebih rendah. c. Tamasika Yajña: Yajña yang dilakukan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa didasari oleh kepercayaan. Tamasika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan motivasi agar mendapatkan untung. Kegiatan semacam ini sering dilakukan sehingga dibuat Panitia Yajña dan diajukan proposal untuk melaksanakan upacara Yajña dengan biaya yang sangat tinggi. Akhirnya Yajña jadi berantakan karena Panitia banyak mencari untung.80 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Bahkan setelah Yajña dilaksanakan, masyarakat mempunyai hutang disana-sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan dilakukan karena sangat tidakmendidik. Bagaimana pelaksanaan Yajña menurut Kitab Mahabharata dalamusaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini?Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikut dengan baik!Uji Kompetensi: 1. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat yang wajib dipedomani dalam melaksanakan Yajña! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Anda di rumah. 2. Sebutkan tiga kualitas Yajña yang Anda ketahui! 3. Diantara kualitas yajna yang ada yang manakah sudah dilaksanakan oleh masyarakat lingkungan sekitar Anda? Jelaskanlah! 4. Amatilah lingkungan sekitar Anda, kualitas yajna yang manakah yang paling sering dilaksanakan? Diskusikanlah dengan orag tua Anda, kemudian buatlah laporannya masing-masing!Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 81D. Mempraktikan Yajña Menurut Kitab Mahabharata dalam Kehidupan Perenungan: Ya indra sasty-avrato anu v pam-adevayuá, svaiá sa evair mumurat po yam rayi sanutar dhei ta tataá. Terjemahannya: Tuhan Yang Maha Yang Maha Esa, orang yang tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah lamban dan mengantuk, mati oleh perbuatannya sendiri. Berikanlah semua kekayaan yang dikumpulkan oleh orang semacam itu, kepada orang lain’ (Rg Veda VIII. 97. 3). Memahami Teks: Beryajña bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya walau bagaimana dan dimanapun mereka berada. Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh Yajña adalah utama. Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat bermanfaat dan bekualitas-utama, mendekatlah kepada- Nya dengan tali kasih karena sesungguhnya Gambar 2.7 Mempersiapkan Upakara Yajna Sumber: Dok. Pribadi (3-4-2014) 82 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Tuhan adalah Maha pengasih. Kitab Bhagawadgita menjelaskan sebagai berikut:’Ye tu dharmy m tam ida yathokta paryup sate,sraddadh n mat-param bhakt s te ’tiva me priy á’Terjemahannya: Sesungguhnya ia yang melaksanakan ajaran dharma yang telah diturunkandengan penuh keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai tujuan, penganut inilahyang paling Ku-kasihi, karena mereka sangat kasih pada-Ku (Bhagawadgita XII.20). Kasih-sayang adalah sikap yang utama bagi yang melaksanakan. Denganmembiasakan hidup selalu bersahabat sesama mahkluk, terbebas dari keakuandan keangkuhan, sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orangterkasih selalu puas dan mantap dalam mengendalikan diri, berkeyakinanyang teguh, terbebas dari kesenangan, kemarahan, dan kebingungan. Dia yangtidak mengharapkan apapun, murni dan giat, tidak terusik dan ia yang tidakmemiliki pamrih apapun. Demikian juga orang-orang terkasih adalah merekayang terbebas dari pujian dan makian, pendiam dan puas dengan apapun yangdialaminya. Persembahan apapun yang dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena beliau bersifat mahakasih.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 83Daksina dan Pemimpin YajñaMendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awammaka terbayang dengan salah satu bentuk jejahitan yang berbentuk serobong(silinder) terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang,kelapa, telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuatuntuk tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang Guru (DewaSiwa) dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.Makna kata daksina secara umumadalah suatu penghormatan dalam bentukupacara dan harta benda atau uang kepadapendeta/pemimpin upacara. Penghormatanini haruslah dihaturkan secara tulus ikhlas.Persembahan ini sangat penting dan bahkanmerupakan salah satu syarat mutlak agarYajña yang diselenggarakan berkualitas(satwika yadnya). Selanjutnya tentang Gambar 2.8 Persembahan Aswamedhapentingnya daksina dalam Yajña, dikisahkan Sumber: Dok. https://www.sebagai berikut: facebook.com (3-5-2013)Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepadaPandawa untuk menyelenggarakan upacara Yajña yang disebut Aswamedhayadnya. Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual danspiritual negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh (kotor)akibat perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyatPandawa tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang.84 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Atas anjuran Sri Krishna, di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa,Pandawa melaksanakan Aswamedha Yajña itu. Sri Krishna berpesan agar Yajñayang besar itu tidak perlu dipimpin oleh pendeta agung kerajaan tetapi cukupdipimpin oleh seorang pendeta pertapa dari keturunan warna sudra yang tinggaldi hutan. Pandawa begitu taat kepada segala nasihat Sri Krishna, Dharmawangsamengutus patihnya ke tengah hutan untuk mencari pendeta pertapa keturunanwarna sudra. Setelah menemui pertapa yang dicari, patih itu menghaturkan sembahnya,“Sudilah kiranya Anda memimpin upacara agama yang benama AswamedhaYajña, wahai pendeta yang suci”. Mendengar permohonan patih itu, sang pendetayang sangat sederhana lalu menjawab, “Atas pilihan Prabhu Yudhistira kepadasaya seorang pertapa untuk memimpin Yajña itu saya ucapkan terima kasih.Namun kali ini saya tidak bersedia untuk memimpin upacara tersebut. Nantiandaikata kita panjang umur, saya bersedia memimpin upacara AswamedhaYajña yang diselenggarakan oleh Prabhu Yudistira yang keseratus kali. Mendengar jawaban itu, sang utusan terperanjat kaget luar biasa. Ia langsungmohon pamit dan segera melaporkan segala sesuatunya kepada Raja. Kejadianini kemudian diteruskan kepada Sri Krishna. Setelah mendengar laporan itu, SriKrishna bertanya, siapa yang disuruh untuk menghadap pendeta, Dharmawangsamenjawab “Yang saya tugaskan menghadap pendeta adalah patih kerajaan”. SriKrishna menjelaskan, upacara yang dapat dilangsungkan bukanlah atas namasang Patih, tetapi atas nama sang Raja. Karena itu tidaklah pantas kalau oranglain yang memohon kepada Pendeta. Setidak-tidaknya Permaisuri Raja yangharus datang kepada pendeta. Kalau permaisuri yang datang, sangatlah tepatPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 85karena dalam pelaksanaan upacara agama, peranan wanita lebih menonjoldibandingkan laki-laki. Upacara agama bertujuan untuk membangkitkan premaatau kasih sayang, dalam hal ini yang paling tepat adalah wanita.Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsalalu memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta ditengah hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan beberapairingan menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai bahasa yanglemah lembut Drupadi menyampaikan maksudnya kepada pendeta. Di luardugaan, pendeta itu bersedia untuk memimpin upacara yang agung itu. Pendetaitu kemudian dijemput sebagaimana tatakrama yang berlaku. Drupadimenyuguhkan makanan dan minuman ala kota kepada pendeta. Karena tidakperah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta menikmati hidangan tersebutmenurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan etika di kota. Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara itu sukses menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan terdengar suara genta dari langit. Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta maupun hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan kepada Gambar 2.9 Sikap Tulus pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai Umatdi Pura Besakih dengan daksina untuk pendeta, berarti upacaraSumber: Dok. https://www. facebook.com (3-4-2013)86 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13itu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang menyelenggarakan upacaraberarti gagal melangsungkan Yajña. Gagal atau suksesnya Yajña ditentukan pulaoleh sikap yang beryajña. Kalau sikapnya tidak baik atau tidak tulus menerimapendeta sebagai pemimpin upacara, maka gagalah upacara itu. Sikap danperlakuan kepada pendeta yang penuh hormat dan bhakti merupakan salah satusyarat yang menyebabkan upacara sukses. Setelah mendengar wejangan itu, Drupadi segera menyiapkan Daksina untukpendeta. Setelah pendeta mendapat persembahan Daksina, tidak ada juga suaragenta dan hujan bunga dari langit. Melihat kejadian itu, Sri Krishna memastikanbahwa di antara penyelenggara yajna ada yang bersikap tidak baik kepadapendeta. Atas wejangan Sri Krishna itu, Drupadi secara jujur mengakui bahwaia telah mentertawakan Sang Pendeta pemimpin yajñanya walaupun dalam hati,yaitu pada saat pendeta menikmati hidangan tadi. Memang dalam agama Hindu,Pendeta mendapat kedudukan yang paling terhormat bahkan dipandang sebagaiperwujudan Dewa. Karena itu akan sangat fatal akibatnya kalau ada yangbersikap tidak sopan kepada pendeta. Beberapa saat kemudian setelah Drupadiberdatang sembah dan mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga darilangit dan disertai suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda YajñaAswamedha itu sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran “Daksina”yang dipersembahkan oleh yang berYajña kepada pendeta pemimpin Yajña dalamupacara Yajña. Bagaimana Yajña yang dipersembahkan oleh umat sedharmadapat meningkatkan kesejahtraan (Jagadhita) dan kebahagiaan hidup (Moksha)dalam kehidupan ini? Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikutdengan baik!Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 87Uji kompetensi: 1. Bagaimanakah praktik pelaksanaan Yajña menurut kitab Mahabharata bila dikaitkan dengan kehidupan beragama Hindu di tanah air kita? Jelaskanlah! 2. Apakah yang ketahui tentang “daksina” terkait dengan kehidupan beragama Hindu di lingkungan sekitar Kamu? Jelaskanlah! 3. Buatlah rangkuman untuk masing-masing pokok bahasan berdasarkan sumber teks yang terdapat pada Bab II (Yajña dalam Mahabharata) materi pembelajaran ini sesuai petunjuk khusus dari Bapak/Ibu guru yang mengajar! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah. 4. Amatilah gambar berikut ini, buatlah deskripsinya! Gambar 2.10 Puja Yajña Sumber: Dok. Pribadi (15-4-2012)88 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13BAB MokshaIII Brahma-bh taá prasann tm , na úocati na k nkûati, samaá sarveûu bh teûu, mad-bhaktiý labhate paràý.Terjemahannya: Setelah menjadi satu dengan Brahmanjiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu-birahi, memandang semua makhluk-insanisama, ia mencapai pengabdian kepada-Kuyang tertinggi (Bhagawadgita, XVIII.54). Gambar : 3.1 Perjalanan Hidup Manusia Sumber ; http://unikahidha. ub.ac.id (11-7-2013) Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 89Banyak orang yang lahir dan hidup di dunia ini me- rindukan agar dapat hidup sejahtera dan bahagia (Moksha), apa dan bagaimanakah semuanya itu dapat diwujudkan? Renungkanlah bait sloka tersebut di atas!A. Ajaran Moksha Perenungan: “Semua yang ada ini berasal dari yang satu, setelah banyak menurut waktu, keadaan, dan tempatnya kembali menuju yang satu”. Apakah yang perlu diketahui oleh seseorang untuk dapat mewujudkan Moksha dalam hidup ini? Diskusikanlah dengan teman sekitar, dan atau orang tuamu masing-masing di saat sedang berkumpul di rumah. Buatlah catatan dari hasil diskusi yang anda lakukan, untuk dapat dipakai bahan diskusi di kelas, lakukanlah! Dalam agama Hindu, kita diajarkan Lima prinsip keyakinan yang disebut Panca Sraddha yaitu meliputi keyakinan tentang adanya Brahman, Atman, Karma Pala, Punarbhawa, dan Moksha.Gunada (2013:25) menjelaskan bahwa Panca Sraddha adalah dasar untuk mencapai tujuan kehidupan tertinggi. Kepercayaan terhadap Moksha yang menjadi tujuan puncak (paramartha) agama Hindu 90 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13menegaskan bahwa Hindu senantiasa menyelaraskan antara dasar dan tujuan.Agama Hindu merumuskan empat tujuan hidup yang disebut Catur Purushàrtha,yaitu dharma (kebenaran), artha (kesejahteraan), kama (keinginan/kenikmatanduniawi), dan Moksha (kebebasan sejati). Moksha berasal dari bahasa Sanskerta,dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksha berartikelepasan, kebebasan (Semadi Astra, dkk, 1982:1983). Dari pemahaman istilah,kata Moksha dapat disamakan dengan nirwana, nisreyasa atau keparamarthan.Moksha adalah alamnya Brahman yang sangat gaib dan berada di luar bataspikiran manusia. Moksha bisa disamakan dengan Nirguna Brahman. Tidak adabahasa manusia yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam Mokshaitu. Moksha hanya dapat dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya. AlamMoksha bukan sesuatu yang bersifat khayal, tetapi suatu yang benar-benar ada,karena demikian dikatakan oleh ajaran kebenaran (agama). Moksha adalahkepercayaan tentang adanya kebebasan yaitu bersatunya antara Atman denganBrahman. Moksha dapat juga disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasanjiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Bila seseorang sudahmengalami Moksha dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukumkarma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi) serta dapat mengalamiatau mewujudkan Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian). KamusBesar Bahasa Indonesia menjelaskan, Moksha: tingkatan hidup lepas dari ikatankeduniawian; kelepasan; bebas dari penjelmaan kembali (Tim, 2001:752). Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam pengertian Moksha ialahterlepasnya Atman dari ikatan maya, sehingga menyatu dengan Brahman. BagiPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 91orang yang telah mencapai Moksha berarti mereka telah mencapai alam Sat cit ananda. Sat cit ananda berarti kebahagiaan yang tertinggi. Setiap orang pada hakikatnya dapat mencapai Moksha, asal mereka mengikuti dengan tekun jalan yang ditunjuk oleh agama. Moksha itu dapat dicapai di dunia ini artinya semasih kita hidup, dan dapat pula dicapai setelah hidup ini berakhir. Seseorang yang menyadari akan hal itu, maka yang bersangkutan akan berupaya untuk menumbuh-kembangkan dalam dirinya usaha untuk melepaskan diri yang sejati dari keterikatan itu. Upaya dan usaha melepaskan diri secara sadar inilah dapat mengantarkan manusia menuju Moksha. Ketidak-sadaran dengan keterikatan dapat menumbuhkan penderitaan yang berkepanjangan. Agama mengajarkan ada banyak usaha yang dapat ditempuh untuk mewujudkan semuanya itu. Di antara usaha-usaha itu antara lain; dengan berperilaku yang baik, berdana-punya, berYajña, dan tirthayatra. Usaha itu dapat dilakukan secara bertahap dan didasari dengan niat yang baik dan suci. Dengan demikian seseorang dapat terlepaskan dari keterikatan duniawi. Umat Hindu percaya akan dapat membebaskan dirinya (pikiran dan perasaannya) dari ikatan keduniawian, pengaruh suka dan duka yang muncul dari tri guna serta dapat mencapai kelepasan itu. Kitab suci Bhagavadgita menjelaskan sebagai berikut: “Yad sattve pravåddhe tu, pralayaý y ti deha-bhåit, tadottama-vid ý lokàn, amal n pratipadyate”.92 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13Terjemahan: Apabila sattva berkuasa di kala penghuni-badan bertemu dengankematian, maka ia mencapai dunia suci tempat mereka, para yang mengetahui(Bhagavadgita XIV. 14). Renungkanlah Makna sloka di atas bila ingin mencapai alam Moksha,Buatlah narasinya sesuai petunjuk Bapak/Ibu guru yang mengajar di kelasmu! Membebaskan diri dari pengaruh tri guna adalah usaha yang sangat berat,tetapi pasti dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada disiplin. Penghayatandan pengamalan semua bentuk ajaran agama dalam hidup ini merupakan wujudkongkret dari pengamalan sabda Tuhan yang ada dalam pustaka suci.Lakukanpemujaan dan kerja sebagaimana mestinya guna mewujudkan bhakti kita kepadaTuhan. Tanamkanlah keyakinan pada diri kita bahwa segala sesuatu berawal danberakhir pada Tuhan. Segala sesuatu tidak mungkin akan terjadi tanpa Beliauberperan di dalamnya. Setiap makhluk akan dapat mencapai Moksha, hanya sajaproses yang dilalui satu sama lain berbeda. Ada yang cepat dan ada pula yanglambat dan sebagainya. Bila seseorang dapat mengurangi sifat egoisnya terhadapsesuatu dan mengarahkan pikiran dan perasaannya pada Tuhan/Ida Sang HyangWidhi, maka secara perlahan-lahan dan pasti dapat menyatu dengan Brahman.Renungkan dan laksanakanlah makna sloka berikut ini dengan baik.Sattvaý sukhe sañjayati,rajaá karmani bh rata, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 93jn nam våtya tu tamah, pram de sanjayaty uta. Terjemahan: Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan kegiatan tetapi tamas, menutupi budi pekerti oh Barata, mengikat dengan kebingungan, (Bhagavadgita XIV.9). Tujuan utama manusia adalah untuk mewujudkan hidup yang bahagia dengan menyadari dirinya yang sejati. Setelah orang menyadari dirinya yang sejati barulah ia dapat menyadari Tuhan/Sang Hyang Widhi, yang meresap dan berada pada semua yang ada di alam semesta ini. Dalam kehidupan nyata di dunia ini masih sangatlah sedikit jumlah orang yang menginginkan untuk mendapatkan kebahagiaan rohani ”Moksha”, kebanyakan di antara mereka hanyut oleh kenikmatan duniawi yang penuh dengan gelombang suka dan duka. Kiranya setiap orang perlu menyadari bahwa tubuh ini adalah suatu alat untuk mendapatkan Moksha. Mokshanam sariram sadhanam yang artinya bahwa tubuh ini adalah sebagai alat untuk mencapai Moksha. Untuk dapat mewujudkan rasa bhakti ke hadapan-Nya kehadiran tubuh manusia sangat diperlukan, oleh karenanya peliharalah tubuh ini sebaik-baiknya. “Bhakty tv ananyay úakya aham evam-vidho ‘rjuna,

94 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13