Berikut ini merupakan tujuan gerakan non-blok kecuali

Berikut ini merupakan tujuan gerakan Non Blok, kecuali?

  1. Ikut serta membantu negara yang bertikai
  2. Mendukung pergerakan dekolonisasi di asia
  3. Menentang yang namanya imperialisme
  4. Mengurangi ketegangan blok barat dan blok timur
  5. Sebagai wadah perjuangan politik negara berkembang

Jawaban yang benar adalah: A. Ikut serta membantu negara yang bertikai.

Dilansir dari Ensiklopedia, berikut ini merupakan tujuan gerakan non blok, kecuali Ikut serta membantu negara yang bertikai.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. Ikut serta membantu negara yang bertikai adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban B. Mendukung pergerakan dekolonisasi di asia adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban C. Menentang yang namanya imperialisme adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban D. Mengurangi ketegangan blok barat dan blok timur adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban E. Sebagai wadah perjuangan politik negara berkembang adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. Ikut serta membantu negara yang bertikai.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

Presiden SBY berfoto bersama Menteri Luar Negeri anggota Non Blok saat pembukaan Konfrensi Tingkat Menteri dan Peringatan 50 tahun Pertemuan Gerakan Non-Blok di Nusa Dua, Bali, Rabu (25/5).(Antara)

Liputan6.com, Jakarta Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) sekarang adalah ikut serta mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan. Detail tujuan GNB ini adalah mendukung hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional negara-negara anggota sebagaimana tujuan GNB saat awal dibentuknya.

Awal mula dibentuknya dan tercetus tujuan GNB adalah dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April-2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954.

Untuk bisa mewujudkan tujuan GNB tersebut, negara anggota selalu menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Anggota GNB ikut serta mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional yang bisa membahayakan perdamaian dan keamanan dunia. Berikut Liputan6.com ulas lebih jauh tentang tujuan GNB (Gerakan Non Blok) dari berbagai sumber, Jumat (11/6/2021).

Awal mula tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah mendukung hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional negara-negara anggota. Tujuan GNB seiring dengan berjalannya waktu terus mengalami perkembangan guna menyesuaikan kondisi sesungguhnya. Melansir dari portal resmi Kementerian Luar Negri Republik Indonesia, tujuan GNB terpenting lainnya meliputi:

1. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah penentangan terhadap apartheid.

2. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah tidak memihak pada pakta militer multilateral.

3. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme.

4. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme; perjuangan menentang kolonialisme,  neo-kolonialisme, rasisme, pendudukan, dan dominasi asing; perlucutan senjata.

5. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai.

6. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional.

7. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional.

8. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.

9. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah ikut serta dalam pembangunan ekonomi negara berkembang.

10. Tujuan GNB (Gerakan Non Blok) adalah pengentasan kemiskinan dan lingkungan hidup.

Ada dua tipe tujuan GNB (Gerakan Non Blok), yakni tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan GNB ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sementara tujuan GNB ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuan GNB adalah untuk menuju perdamaian dan keamanan dunia.

Untuk bisa mewujudkan tujuan GNB tersebut, negara anggota menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok utama pembicaraan mereka yakni membahas berbagai persoalan yang berhubungan dengan tujuan GNB itu sendiri. Anggota GNB juga ikut serta mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional yang bisa membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.

Presiden Jokowi mengikuti KTT Virtual Gerakan Non-Blok didampingi oleh Menlu Retno Marsudi dan Menkes Terawan pada Senin 4 Maret 2020. (Dok: Biro Pers dan Media Istana)

Awal mula dibentuknya GNB adalah dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954.

Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955. Dalam konferensi ini dihadiri oleh wakil setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika.

Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya GNB (Gerakan Non Blok). Sebenarnya, tujuan KAA adalah untuk mengidentifikasi serta mendalami berbagai masalah dunia saat itu. Selain itu juga berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka dalam tataran hubungan internasional.

Sejak saat itu, proses pendirian Gerakan Non Blok kian mendekati kenyataan. Pada proses tersebut terdapat tokoh-tokoh pemegang kunci sejak awal yakni Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Sampai akhirnya lima tokoh tersebut dikenal sebagai pendiri Gerakan Non Blok.

Ada masa ketika peran GNB untuk masa depan menjadi pertanyaan besar dan banyak diragukan. Dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta pada tahun 1992, sebagian besar ketidakpastian dan keraguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi.

Pesan Jakarta, yang disepakati dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, adalah dokumen penting yang dihasilkan pada periode kepemimpinan Indonesia dan memuat visi baru GNB melansir portal resmi Kementerian Luar Negri Republik Indonesia, antara lain:

1. Mengenai relevansi GNB setelah Perang Dingin dan meningkatkan kerja sama konstruktif sebagai komponen integral hubungan internasional.

2. Menekankan pada kerja sama ekonomi internasional dalam mengisi kemerdekaan yang berhasil dicapai melalui perjuangan GNB sebelumnya.

3. Meningkatkan potensi ekonomi anggota GNB melalui peningkatan kerja sama Selatan-Selatan.

Presiden Jokowi mengikuti KTT Virtual Gerakan Non-Blok didampingi oleh Menlu Retno Marsudi dan Menkes Terawan pada Senin 4 Maret 2020. (Dok: Biro Pers dan Media Istana)

GNB (Gerakan Non Blok) lantas menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Sebab, sejak awal Indonesia telah memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Konferensi Asia  Afrika pada tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama Gerakan Non Blok. Inilah yang menjadi bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian Gerakan Non Blok.

Merdeka.com - GNB atau Gerakan Non-Blok adalah sebuah organisasi yang diciptakan dengan tujuan sebagai sarana bagi negara dunia ketiga menghadapi kubu Barat dan kubu Timur yang sedang bertikai pada saat itu, demi tercapainya perdamaian dan keamanan dunia. GNB sendiri adalah kekuatan multipolar yang menentang dominasi kekuatan bipolar pada masa Perang Dingin.

Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang dilaksanakan di Bandung pada tahun 1955 adalah proses awal lahirnya GNB. KAA diselenggarakan pada tanggal 18 - 24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka. GNB bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendalami permasalahan dunia dan berupaya memformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tatanan hubungan internasional.

Indonesia sendiri adalah negara yang sangat berperan penting dalam proses berdirinya organisasi ini. GNB telah menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendiriannya. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai sejarah pembentukan dan tujuan GNB yang menarik dipelajari.

2 dari 4 halaman

Penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 adalah proses awal lahirnya GNB. Dalam proses ini, terdapat beberapa tokoh yang memegang peran kunci sejak awal. Mereka adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.

Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 itu merupakan hasil dari pertemuan lima kepala negara yang sebelumnya berkumpul di Kolombo (Sri lanka) pada tanggal 28 April–2 Mei 1952. Pertemuan lantas dilanjutkan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954.

Dua pertemuan atau konferensi inilah menjadi cikal bakal diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 18 April – 25 April 1955. Dalam konferensi ini, telah hadir setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika. Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB).

3 dari 4 halaman

Dilansir dari kemlu.go.id, GNB sebagai sebuah organisasi berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, pada 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, dan Yugoslavia.

Dalam KTT I GNB, negara-negara pendiri berketetapan untuk menciptakan suatu gerakan, bukan suatu organisasi, untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratis dalam membangun upaya kerja sama di antara mereka.

Pada KTT I GNB ini juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisinya sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.

4 dari 4 halaman

Tjuan GNB pada awalnya difokuskan pada upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan,dan integritas nasional negara-negara anggota. Tujuan GNB yang penting lainnya adalah:

  • penentangan terhadap apartheid; 
  • tidak memihak pada pakta militer multilateral; 
  • perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme; 
  • perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasisme, pendudukan, dan dominasi asing; 
  • perlucutan senjata; 
  • tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai; 
  • penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional; 
  • pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional; serta 
  • kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak. 

Sejak pertengahan 1970-an, isu-isu ekonomi mulai menjadi perhatian utama negara-negara anggota GNB. Untuk itu, GNB dan Kelompok 77 (Group of 77/G-77) telah mengadakan serangkaian pertemuan guna membahas masalah-masalah ekonomi dunia dan pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru (New International Economic Order).

Menyusul runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dan kekuatan militer-politik komunisme di Eropa Timur, muncul perdebatan mengenai relevansi, manfaat dan tujuan GNB. Muncul pendapat yang menyatakan bahwa dengan berakhirnya sistem bipolar pada konstelasi politik dunia, eksistensi GNB menjadi tidak bermakna.

Namun, sebagian besar negara mengusulkan agar GNB menyalurkan energinya untuk menghadapi tantangan-tantangan baru dunia pasca-Perang Dingin, di mana ketegangan Utara-Selatan kembali mengemuka dan jurang pemisah antara negara maju dan negara berkembang menjadi krisis dalam hubungan internasional.

Perhatian GNB lantas beralih ke masalah-masalah yang terkait dengan pembangunan ekonomi negara berkembang, pengentasan kemiskinan dan lingkungan hidup, yang mana hal ini telah menjadi fokus perjuangan GNB di berbagai forum internasional pada dekade 90-an.