Berapa lama bayi di NICU karena pernapasan?

Endro Priherdityo | CNN Indonesia

Jumat, 12 Agu 2016 06:46 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kematian anak di bawah usia 5 tahun telah lama menjadi sorotan banyak pihak termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu penyebab hal tersebut adalah kelahiran prematur.Bayi yang lahir terlalu dini berhubungan dengan berat lahir rendah yang berkontribusi sebesar 37,5 persen pada angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012.Sementara Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang jadi rujukan nasional mencatat jumlah kelahiran prematur mencapai 42,44 persen pada 2013.
Selain berat badan rendah, bayi prematur juga kerap mengalami masalah pernapasan atau apnea prematur.Apnea merupakan kondisi ketika pernapasan bayi atau manusia berhenti dan sering terjadi selama beberapa detik yang kemudian diikuti dengan penurunan pengambilan oksigen secara ekstrim. Salah satu tanda yang menyertai apnea adalah detak jantung yang melambat.Namun, terinspirasi dari cara tradisional dan cara manusia purba bertahan hidup, peneliti University of California Los Angeles (UCLA) menemukan sebuah alat sederhana untuk menghadapi kondisi apnea.Alat tersebut berbentuk seperti kotak pager dengan kabel yang dihubungkan dengan cakram kecil dan kemudian ditempatkan pada permukaan kulit di atas sendi tangan dan kaki.Menurut Ronald Harper ahli neurologi David Geffen School of Medicine UCLA, alat ini bekerja berlandaskan teori evolusi, yaitu manusia purba berlari merangkak sehingga dapat diasumsikan saraf di tangan masih terlibat dalam memberikan sinyal ke otak bahwa tubuh sedang berjalan.

"Ketika kaki berpijak di tanah dan berjalan, tubuh melenturkan otot dan sendi sarat saraf yang memberi sinyal ke otak bahwa tubuh tengah berjalan," kata Harper melansir laman resmi kampus tersebut.

"Pesan ini berpasangan dengan saraf lainnya di otak yang mengatur pernapasan dan mengirimkan sinyal ke organ untuk mengambil lebih banyak oksigen. Beruntungnya, cara ini bahkan sudah ada sejak bayi masih sangat muda," lanjutnya.Kasus apnea pada bayi prematur disebabkan karena sistem pernapasan belum sepenuhnya sempurna. Sistem pernapasan pada bayi prematur menolak atau tidak dapat menerjemahkan sinyal tubuh untuk bernapas.Karena paru-paru bayi belum sepenuhnya terkembang sehingga tak sanggup menangkap oksigen sesuai kebutuhan, ini dapat mengarah pada kondisi berbahaya bagi sang bayi.Dan ketika pernapasan berhenti, walau hanya sejenak, ini menyebabkan penurunan asupan oksigen yang diikuti dengan melambatnya denyut jantung. Kombinasi ini sanggup merusak paru-paru dan mata, melukai pembuluh darah, dan mempengaruhi sistem hormon, hingga cedera pada otak.Beragam cara banyak dilakukan oleh rumah sakit modern, seperti menelungkupkan bayi, memasukkan udara ke paru-paru, hingga memberikan kafein untuk menstimulus otak, namun belum ada yang benar-benar efektif.Beberapa cara tradisional di Indonesia mirip dengan yang dilakukan oleh para peneliti ini. Di Indonesia, para suster atau bidan biasanya mengelus-elus kulit bayi untuk merangsang bernapas.Ketika para peneliti kemudian menguji alat tersebut pada 15 bayi prematur dengan pengaturan enam jam menyala dan enam jam mati selama 24 jam, hasilnya mengejutkan.Hasil saat alat dinyalakan menunjukkan bahwa jumlah asupan oksigen rendah bayi menurun hingga 33 persen dan jumlah terhentinya pernapasan menurun 40 persen. Pemberian alat ini juga menurunkan rasio denyut jantung rendah hingga 65 persen, yang berarti jantung lebih optimal mengirimkan darah ke organ vital."Penggunaan alat ini dalam jangka panjang dapat menurunkan jeda bernapas, menjaga kadar oksigen tetap normal, menstabilkan sistem kardiovaskular, dan membantu meningkatkan hasil perkembangan saraf pada bayi prematur," kata Kalpashri Kesavan, neonatologi Mattel Children Hospital UCLA yang ikut menemukan alat ini."Kami mungkin dapat membawa perubahan ini dengan sesuatu yang noninvasif, bebas obat-obatan, dan tidak memiliki efek samping. Dan tidak ada yang lebih baik dari itu."

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal PLOS One. (les/les)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Anda mungkin sudah sering mengenal istilah ICU atau intensive care unit. Ruangan ini biasanya digunakan untuk pasien yang perlu perawatan intensif dan hanya bisa digunakan untuk orang dewasa. Sementara itu, bayi baru lahir yang perlu perawatan intensif atau dalam kondisi kritis, akan dimasukkan ke dalam ruang NICU atau neonatal intensive care unit.

Ada beberapa kondisi yang membuat bayi perlu masuk ke ruangan ini, seperti kelahiran prematur hingga kondisi cacat lahir. Organ tubuh bayi-bayi yang masuk NICU, umumnya belum bisa menjalankan fungsinya secara mandiri setelah keluar dari rahim, sehingga membutuhkan berbagai alat bantu untuk bisa berfungsi.

Karena itulah bayi yang dirawat intensif biasanya akan dipasangi berbagai alat, seperti alat bantu napas dan alat untuk membantu kerja jantung. Bayi di NICU juga umumnya akan ditidurkan di dalam inkubator.

Mengenal ruang NICU lebih jauh

Bayi baru lahir yang membutuhkan perawatan intensif akan langsung dimasukkan ke dalam ruang NICU. Perlu diingat, tidak semua bayi yang masuk NICU pasti dalam keadaan sakit. Bisa jadi, ia hanya membutuhkan pengawasan yang lebih intensif dari bayi lainnya, namun organ-organ tubuhnya masih bisa bekerja dengan baik.

Jangka waktu perawatan di ruang NICU bisa berbeda-beda, bisa hanya beberapa jam, hari, hingga bulan. Di dalam ruangan ini, Si Kecil akan dirawat oleh tim rumah sakit yang terdiri dari dokter spesialis, perawat yang sudah berpengalaman menangani pasien NICU dan tim lain yang membantu.

Kondisi ini mengharuskan bayi baru lahir masuk NICU

Ada beberapa kondisi yang membuat bayi perlu dirawat di dalam ruang NICU, antara lain:

1. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu adalah salah satu kondisi yang paling sering dijumpai di NICU. Sebab, bayi yang lahir prematur belum siap untuk menghadapi dunianya sendiri di luar rahim ibu.

Tubuh bayi belum bisa mengatur suhu yang ideal untuk kesehatan organ. Selain itu, bayi prematur juga rentan mengalami penurunan berat badan yang drastis dan tanda-tanda vital seperti detak jantung maupun pernapasannya belum stabil.

2. Respiratory distress syndrome (RDS)

Kondisi ini terjadi apabila perkembangan paru-paru bayi belum terjadi secara optimal. Sehingga, bayi masih membutuhkan alat bantu untuk bisa bernapas.

3. Infeksi atau sepsis

Infeksi adalah salah satu kondisi yang paling banyak menyebabkan kematian pada bayi yang baru lahir. Semakin prematur bayi, maka risiko terkena infeksinya pun akan semakin tinggi. Sebab, sistem imun di tubuhnya belum terbentuk sempurna.

4. Hipoglikemia atau kadar gula darah rendah

Kadar gula darah yang rendah biasanya terjadi pada bayi-bayi yang lahir secara prematur. Selain itu, kondisi ini juga seringkali muncul pada bayi dengan infeksi maupun ibu yang menderita diabetes gestational.

5. Depresi perinatal

Adanya masalah saat proses persalinan bisa membuat aliran darah dan oksigen di tubuh bayi menurun drastis. Hal ini berisiko menyebabkan terjadinya cedera otak dan mengganggu tumbuh kembang bayi di masa mendatang.

6. Maternal chorioamnionitis

Kondisi ini terjadi saat plasenta maupun tali pusat mengalami infeksi dan peradangan, sebelum atau saat persalinan berlangsung. Hal ini membuat bayi berisiko tinggi terkena infeksi.

Selain keenam kondisi di atas, beberapa kondisi di bawah ini juga bisa meningkatkan risiko bayi perlu dirawat di ruang NICU:

  • Berat badan bayi saat lahir kurang dari 2,5 kg atau lebih dari 4 kg
  • Cacat lahir
  • Kejang saat lahir
  • Lahir sungsang
  • Bayi terlilit tali pusar
  • Ibu mengalami perdarahan
  • Air ketuban terlalu sedikit atau malah berlebihan

Kondisi di dalam ruang NICU

Saat bayi dirawat di dalam ruang NICU, orangtua masih bisa masuk dan menemani buah hatinya. Anggota keluarga lain juga dapat menjenguk. Namun biasanya rumah sakit mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah pengunjung maupun durasi kunjungan. Selain itu, orang yang akan menjenguk bayi di NICU harus dalam kondisi sehat.

Saat masuk ke dalam ruangan, Anda mungkin akan diinstruksikan untuk menggunakan lapisan baju bedah sekali pakai, masker dan sarung tangan. Sebelum masuk, Anda juga harus mencuci tangan hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan agar kondisi di dalam ruangan benar-benar tetap steril.

Saat memasuki ruangan, Anda akan mendengar suara alat dan banyak monitor yang dipasang di tubuh Si Kecil. Beberapa alat yang digunakan di ruangan ini antara lain:

• Inkubator

Inkubator adalah kotak khusus yang menjadi tempat tidur bayi. Alat ini dilengkapi dengan teknologi untuk menghangatkan bayi dan menjaga suhu dan kelembapan yang pas untuk kondisi tubuh bayi.

• Monitor

Tanda-tanda vital bayi, seperti detak jantung, frekuensi napas, tekanan darah, dan suhu tubuh akan ditampilkan monitor di sebelah tempat tidur atau inkubatornya. Alat ini juga akan berbunyi jika bayi mengalami henti napas.

• Infus

Agar nutrisi dan cairan yang dibutuhkan bayi bisa tetap terpenuhi, maka cairan infus akan diberikan pada pasien-pasien di NICU.

• Ventilator

Ventilator adalah alat bantu napas yang dimasukkan langsung ke tenggorokan untuk menuju ke paru-paru. Alat ini akan menjadi “pengganti” paru-paru sementara bagi bayi yang memiliki masalah pernapasan.

• Selang makan

Agar tetap bisa menyusu, biasanya bayi yang belum bisa minum dari botol akan dipasangi selang makan sebagai alat untuk memasukkan ASI ke tubuh.

• Kasur penghangat

Kasur ini memiliki teknologi penghangat, sehingga bayi tidak kedinginan selama berada di NICU.

• Phototerapy

Alat ini digunakan untuk bayi yang sakit kuning atau mengalami jaundice. Bayi akan diberikan paparan sinar hingga kondisinya membaik.

• Nasal cannula

Beberapa bayi ada yang membutuhkan oksigen tambahan, tapi tidak memerlukan ventilator. Pada kondisi ini, alat bernama nasal cannula lah yang akan digunakan. Bentuknya menyerupai selang oksigen yang dimasukkan ke hidung.

Selama bayi dirawat di NICU, orangtua bisa menggendong, menyentuh, menyusui, atau mengajaknya mengobrol. Namun semua itu harus melalui persetujuan dokter terlebih dahulu. Jika kondisi bayi dirasa tidak memungkinkan, maka Anda mungkin hanya diizinkan untuk mengamatinya.

Saat mengetahui buah hati harus dirawat di ruang NICU, orangtua tentu akan sedih dan merasa tertekan. Sehingga, Anda dan pasangan perlu saling menguatkan satu sama lain sambil tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan buah hati.