MENYANTAP telur ayam bukan hal yang asing, bahan makanan ini hampir disantap setiap hari. Teman dari ayam adalah kalkun, keduanya datang dari jenis yang sama tapi berbeda. Kenapa kita tidak bisa menyantap telur kalkun sebebas melahap telur ayam? Ayam dan kalkun pada dasarnya sama, daging mereka memiliki rasa dan karakter yang sama. Bedanya hanya pada ukuran kalkun yang jauh lebih besar. Kita banyak menyantap telur ayam, kenapa tidak banyak melahap telur kalkun? Jawabannya adalah, bukan hanya karena meraka sama lalu lantas keduanya selalu sama. Jika dibandingkan, seekor ayam memproduksi telur sekitar 300 butir dalam satu tahunnya dan jumlah ini berlangsung secara konsisten. Ayam mulai menghasilkan telur saat usianya 20 minggu dan ukuran ayam yang tidak terlalu besar membuat peternak tidak memerlukan lahan yang sangat luas untuk menampung unggas ini. Setiap ayam juga tidak perlu duduk lama untuk mengerami telur karena sudah banyak dilakukan dengan cara modern. Sementara untuk kalkun berbeda jauh dengan ayam. Seekor kalkun hanya bisa memproduksi maksimal 100 telur pertahun dan umumnya tingkat produksi hanya tinggi saat musim semi datang. Kalkun mulai memproduksi telur ketika usianya sekitar 32 minggu. Ukuran tubuh yang besar juga membuat peternak harus memiliki lahan yang luas untuk memelihara kalkun, demikian juga dengan jumlah pakannya. Kalkun juga lebih agresif jadi agak sulit untuk memisahkan telur dari induknya. Bahkan jika ada telur kalkun di pasar, orang akan jauh memilih telur ayam karena pertimbangan harga dan ukurannya. Jadi meskipun terlihat dan terasa sama, ayam dan kalkun memiliki perbedaan yang besar. Apalagi soal telurnya, demikian seperti dilansir dari TheDailyMeal, Senin (3/10/2016). Baca Juga: 17 Awak Kapal Ikan Vietnam Non Justisia Dipulangkan (ndr) Ilustrasi telur kalkun dan telur ayam Foto: Dok. PixabayTelur goreng, dadar, rebus, maupun omelet semuanya merupakan makanan yang umum kita temui sehari-hari. Tetapi, hidangan tersebut biasanya menggunakan telur ayam. Padahal, selain ayam ada, lho telur kalkun yang keduanya cenderung sama —unggas dengan daging dan telur yang sama-sama dapat dimakan. Tapi, kenapa kita tidak makan telur kalkun? Mengutip The Daily Meal, jawabannya cukup singkat; hanya karena ayam dan kalkun terlihat sama tidak berarti mereka mirip. Beberapa faktor yang ada membuat para produsen kalkun memutuskan untuk tidak repot-repot menjual telur kalkun. Kalkun bertelur jauh lebih jarang dibandingkan burung lain; ayam atau bebek. Dalam setahun, ayam bisa menghasilkan sekitar 300 butir telur dengan jadwal yang cukup konsisten. Dimulai dari umur sekitar 20 minggu. Sedangkan, kalkun hanya bertelur sekitar 100 telur setahun, dan umumnya hanya terjadi selama musim semi. Mereka juga mulai bertelur pada usia yang lebih tua dari ayam, sekitar 32 minggu. Ilustrasi telur kalkun Foto: Dok. Pixabay“Kalkun memiliki siklus hidup yang lebih lama sehingga mereka membutuhkan waktu sekitar 7 bulan sebelum mereka dapat menghasilkan telur atau bertelur,” kata Kimmon Williams dari National Turkey Federation, kepada Modern Farmers. Selain itu, kalkun juga membutuhkan biaya yang lebih mahal untuk dibesarkan di pabrik —hewan ini membutuhkan lebih banyak ruang dan makanan daripada ayam. Rata-rata ayam memiliki berat sekitar 1,5 kilogram, sehingga tidak memakan terlalu banyak ruang. Berbeda dengan kalkun yang bisa mencapai berat rata-rata sekitar 7,7 kilogram. Lagipula, kalkun juga lebih banyak mengerami daripada ayam, sehingga memisahkan mereka dari telurnya bisa menjadi sebuah tantangan. Karena biaya produksi dan kelangkaannya, telur kalkun cenderung sedikit lebih mahal, biasanya sekitar USD 3 (Rp 42 ribu) per telur —harga yang bisa membuat kamu mendapatkan sekitar dua lusin telur ayam. Jadi, dari kacamata produsen, telur kalkun yang sudah dibuahi dan menjadi kalkun dinilai jauh lebih berharga daripada untuk konsumsi manusia. Beternak kalkun di sekolah, mengapa tidak. Berkembang biaknya satwa peliharaan, adalah sesuatu yang menggembirakan.
Kini sepasang kalkun di sekolah sudah bertelur dan sedang mengeram. Wow .. senangnya. Setelah melewati masa remaja, sepasang kalkun kini menginjak dewasa, terjadi perkawinan dan bertelur. Mengalami proses kalkun bertelur, adalah pengalaman yang baru bagi warga sekolah. "Wah.. pak, kalkunnya sudah mengeram ..," kata Farrel sambil mengajak saya ke kandang Mini Zoo Semut. Memang, proses membujuk kalkun untuk mau mengeram di kotak yang disediakan, ini sempat membuat putus asa: dia tak mau masuk-masuk juga kumpulan telur yang diletakkan di dalam kotak kayu.
Keinginan kita agar kalkun Si Putih mengeram di tempat yang mudah terawasi, dan prosesnya dapat dilihat oleh siswa. Keinginan melihat proses mengeram dan menetasnya secara alami.
Putus asa dan khawatir, kalau telur-telur itu lama kelamaan sia-sia membusuk kalau tak segera dierami. Jadi, kalau beberapa hari lagi ia tak mau juga mengeram, telur akan dipindahkan masuk ke mesin tetas. Rupanya, selain tak cocok dengan kandang kayu u pengeraman, ia masih menunggu pelepasan telurnya yang terakhir.
SULITKAH BETERNAK ATAU MEMELIHARA KALKUN?
Sebagian petani kalkun mengaku kalau memelihara kalkun itu mudah, menyenangkan, dan menguntungkan. Karena harga jualnya jauh lebih tinggi dari unggas sejenis seperti bebek, ayam, itik.
Dari pengalaman di mini zoo sekolah Semut-Semut, memang kalkun dapat terkena penyakit. Semisal tidak mau makan hingga mati (pernah terjadi). Penyakit lain adalah lumpuh tidak mau berdiri, disebabkan lantai kandang lembab basah terkena tampias hujan di musim hujan.
Selebihnya, kalkun dapat menjadi teman bermain di sekolah. Jika dipegang, teman-teman kecil suka mengelus-elus kepalanya: "Ihh pak.. kok kepalanya panas?" .... Beberapa siswa suka minta bulu kalkun yang jatuh, yang berukuran sedang atau besar. Untuk disimpan di buku, sebagai pembatas. Juga kepingin dibuat pena, katanya, seperti jaman dahulu pena terbuat dari bulu angsa.
Siswa pun suka menggoda si kalkun jantan. Siswa menggoda dengan bergerak cepat kiri atau ke kanan kandang, maka kalkun jantan akan bergerak mengikuti seperti ingin mengejar. Si Putih sebenarnya bertelur sebanyak 14 butir. Tapi 1 butir pertama hilang entah kemana: diambil orang, pecah, atau dibawa pergi predator tikus/musang. Si Putih sekarang mengerami 13 butir telur. Telur berada di atas tanah lantai kandang, yang dibatasi bilah kayu bekas kotak buah, supaya telur tidak tergeser-geser keluar. Sebelumnya, ia sempat diminta masuk bertelur dan mengeram di dalam kotak, tapi tetap saja tidak mau meski sudah semua telur dipindah berada di kandang kotak kayu.
Akhirnya, diputuskan untuk memindahkan semua telur ke tanah, kembali seperti saat dia bertelur. Dibuat cerukan yang cukup lebar seperti si Putih lakukan. Kemudian seluruh telur diletakkan di situ. Diberi pembatas kotak kayu, agar kalkun jantan tidak mengganggu masuk ke area pengeraman. Alhamdulillah, setelah berjalan 2 hari telur ada di dasar lantai kandang, maka akhirnya kalkun si Putih mau duduk mengeram.
Proses mengeram ini peristiwa perdana bagi si Putih menjadi ibu kalkun. Mungkin belum sempurna sikap bertelur dan mengeram. Nanti kita tunggu hasilnya saja ... 28 hari lagi. (Bandingkan dengan masa eram telur ayam 21 hari. Lebih lama ya... ) Selama proses bertelur ini, ada beberapa hal menarik yang perlu dicatat: 1. Kalkun hewan yang tidak berisik, kecuali kalau lapar ia akan bersuara ribut. Memelihara banyak kalkun tidak mengganggu ketenangan belajar sekolah. 2. Bertelur tanpa berisik atau berkotek-kotek seperti ayam. Contohnya, di suatu pagi di pojok kandang yang terang, ada sebutir telur di atas cerukan lantai kandang beralaskan tanah dan sekam. Rupanya kalkun betina si Putih, yang tadinya remaja, sudah memasuki usia dewasa dan bertelur. Alhamdulillah. Sikapnya pendiam dan pemalu. Segera setelah bertelur, dia segera pergi ke tempat makan, selanjutnya mengais-ngais tumpukan sekam di sudut kandang yang agak lembab. 3. Telur kalkun lebih besar dari telur ayam. Warnanya putih bersih berbintik-bintik coklat. Bentuk ada yang membulat dan di sisi lainnya agak meruncing.
Suka bertelurnya di tempat yang rada gelap tersembunyi. Semula, karena kandang dibatasi, Si Putih bertelur di pojok yang terang. Namun, setelah sekat kandang dibuka, ia memilih TKP bertelur di pojok gelap di area bawah kandang kelinci. Itu bagian yang tergelap di kandang, namun kering dan bersih karena alas kelinci ditutupi dengan seng pelapis kandang. Karena kuatir telur diganggu predator tikus, maka setiap ada telur baru, diambil dan disimpan di boks plastik agar bersih tidak terkenai kotoran tanah, kotoran kelinci, atau serangga lain. 4. Uniknya, kalkun lebih suka bertelur di tanah, gak mau di kotak kayu. Ia menggali-gali lantai kandang dengan kuku cakarnya, sehingga terbentuk cekungan yang nyaman untuk didudukinya. Kadang berakibat telur yang ada terkena rimah-rimah sekam, dikuatirkan bisa menutupi pori-pori telur sehingga telur bisa gagal menetas. 5. Saat mau bertelur, pernah terjadi, kalkun jantan menginjak-injak badan si Putih yang sedang duduk. Wah bahaya nih... Eh ..... ternyata gak lama kemudian si Putih mengeluarkan telurnya, dengan berlumuran sedikit lendir bening --mungkin untuk memudahkan mengeluarkan telur dari saluran telur. Mungkin lho ya... kalkun jantan sedang memijat si betina agar mudah bertelur. 6. Masa bertelur yang panjang. Ternyata tidak setiap hari kalkun bertelur. Untuk mencapai 14 butir telur rasanya makan waktu hampir 1 bulan. Si Putih ini kadang bertelur 2 hari sekali, kadang tiap hari. Resikonya, telur yang terdahulu itu sudah berumur atau tua. Saat dierami berarti telur pertama usianya sudah 24 hari berada di luar. Apakah sel telur ini masih subur (fertile)? Kalau dalam penyimpanannya kurang baik, bisanya umur telur (ayam) sekitar 2 minggu. Selebihnya, telur tidak lagi mudah menetas atau inti sel telurnya telah mati. |