Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan

Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan
Fitnah merupakan perilaku yang sangat dibenci Allah SWT. Jadi, alangkah baiknya kita menghindari sikap fitnah, bahkan harus dihindari. Dengan menghindari sikap fitnah ini, hidup Anda dan lingkungan masyarakat sekitar menjadi baik. Pokoknya masih banyak lagi hikmah menghindari sikap fitnah.

Hikmah menghindari sikap memfitnah yang lainnya adalah:

1. Kedamaian dan ketentraman, fitnah dapat menimbulkan kekacauan masyarakat, sebaliknya menghindari perilaku fitnah membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua orang.

2. Persaudaraan, tidak saling memfitnah tercipta persaudaraan di masyarakat, sebagian mereka menyayangi kepada sebagian yang lain.

Menghindari perilaku memfitnah akan menciptakan:

a. Persaudaraan diantara umat manusia,

b. Persaudaraan antar bangsa,

c. Persaudaraan antar manusia,

d. Persatuan dan kesatuan.

Rasulullah menganjurkan agar setiap orang yang beriman harus saling menguatkan, bersatu, tidak saling menggunjing, memfitnah, adu domba. Oleh karena itu, apabila setiap orang dapat memelihara diri dari sikap memfitnah, maka akan tercipta keharmonisan dan kedamaian hidup di tengah-tengah masyarakat. [mb]


Page 2

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa fitnah ini merupakan perilaku yang sangat keji. Pasti tidak ada manfaatnya memfitnah orang lain, yang ada hanya kemudharatan. Lalu apa saja dampak negatif dari fitnah? Untuk mengetahuinya, yuk ikuti penjelasan berikut.

Kesatuan dan persatuan masyarakat tercipta apabila anggota-anggotanya saling mempercayai dan kasih-mengasihi walaupun dalam masyarakat pluralis. Ini mengharuskan masing-masing anggota mengenal yang lain sebagai manusia yang baik, bahkan kalau dapat menganggapnya tidak memiliki keburukan.

Dengan menggunjing, mencari-cari kesalahan orang lain, keburukan orang lain ditonjolkan, sehingga rasa percaya dan kasih itu sirna.

Ketika itu, benih perpecahan tertanam. Mengguncing, menghina, merendahkan orang lain, apalagi memfitnah, berarti mencabik-cabik keutuhan masyarakat satu demi satu, sehingga pada akhirnya, meruntuhkan bangunan masyarakat dan sudah pasti masyarakat tersebut akan hancur.

Orang yang memfitnah juga bukan agamawan yang baik, karena agamawan yang baik akan melihat sisi positif pada sesuatau yang negatif, dan berusaha menemukan kebaikan dalam sesuatu yang terlihat buruk. [mb]


Page 3

Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan
Fitnah berarti menjelekkan orang lain dengan hal-hal yang tidak benar. Fitnah ini jika dilakukan, maka akan mendapatkan dosa. Apakah Anda mau mendapat dosa? Pasti tidak maukan. Jadi, janganlah memfitnah orang lain. Lalu apa saja sih bentuk-bentuk perbuatan fitnah ini? Berikut penjelasannya.

Pada umumnya, fitnah merupakan tuduhan yang dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelekkan atau merusak nama baik orang lain, padahal orang tersebut tidak pernah melakukannya. Misalnya, karena persaingan, seseorang difitnah mencuri padahal ia tidak mencuri.

Menurut Sayyid Quthub, bentuk fitnah tidaklah seperti yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, fitnah adalah fitnah terhadap agama Islam dan umatnya, baik itu ancaman, tekanan, dan teror secara fisik, maupun tatanan kehidupan yang merusak, menyesatkan dan menjauhkan umat manusia dari Allah SWT, seperti halnya menghalalkan segala sesuatu yang haram seperti free sexs, miras, narkoba, perampokan, korupsi dan lain sebagainya. Itu semua merupakan fitnah terhadap ajaran agama dan boleh diperangi dan itu semua merupakan fitnah yang lebih keji dari pembunuhan.

Artinya: ”Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah), dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir,” (QS. Al-Baqarah: 191).

Memang benar dalam ayat di atas disebutkan bahwa fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, tetapi apakah fitnah yang dimaksud dalam ayat tersebut sama artinya dengan fitnah yang kita gunakan sehari-hari. Mari kita lihat dalam konteks apa ayat ini diturunkan. Mengangkat senjata dan juga mememrangi kaum muslimin, tidak boleh meluas dengan memerangi siapa saja orang kafir yang ditemui. Orang kafir yang tidak melawan, yang mau berdamai, tidak membahayakan bagi dakwah Islam seperti kaum perempuan, anak-anak, orang-orang tua, para ahli ibadah yang kerjanya hanya semata-mata beribadah, tidak boleh diperangi.

Setelah perintah perang secara total dan pengusiran terhadap orang-orang kafir yang memusuhi dan memerangi bahkan mengusir umat Islam, barulah Allah SWT langsung mnyebutkan bahwa fitnah itu lebih berbahaya daripada pembunuhan. Dari konteks ayat jelas yang dimaksud dengan fitnah di sini bukanlah fitnah seperti yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Fitnah dalam Al-Qur’an itu menyangkut sikap orang kafir terhadap Islam dan umatnya. Menurut Sayyid Quthub yang dimaksud dengan fitnah dalam ayat ini adalah fitnah terhadap agama Islam dan umatnya, baik berupa ancaman, tekanan dan teror secara fisik, maupun berupa sistem yang merusak, menyesatkan dan menjauhkan umat manusia dari sistem Allah. Dan dalam tafsir Departemen Agama kata fitnah pada ayat tersebut diartikan menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.

Cara komunis dengan ideologi ateis menurut Sayyid Quthub termasuk salah satu bentuk fitnah terhadap agama yang boleh diperangi. Semua sistem yang mengharamkan pengajaran agama dan membolehkan pengajaran ateisme, sistem yang menghalalkan semua yang diharamkan Allah seperti zina dan minuman keras dan sebaliknya menganggap buruk semua keutamaan yang diajarkan agama serta semua sistem yang menghalangi masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama yang diyakininya adalah fitnah terhadap agama. [mb]


Page 4

Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan
Jika ada seseorang yang menuduh orang lain, pasti Anda menganggap itu sebagai fitnah. Dan Anda juga pasti pernah mendengar, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu apa sih sebenarnya fitnah itu? Dan apakah benar fitnah lebih kejam dari pembunuhan? Untuk mengetahuinya, silahkan ikuti penjelasan berikut.

Fitnah dalam Bahasa Arab disebut dengan kata “Fitnatun, fitanun”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata fitnah diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelaskan orang. Kata fitnah dalam Al-Qur’an mempunyai makna yang berbeda. Al-Raghib Al-Ashfahani, dalam mufrodhatnya, menjelaskan bahwa fitnah terambil dari akar kata fatanah yang pada mulanya berarti membakar emas untuk mengetahui kadar kualitasnya. Kata tersebut digunakan Al-Qur’an dalam arti “memasukkan ke neraka”, atau siksaan seperti dalam QS. Az-Zariyat/51: 13-15.

Artinya: “(Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (Dikatakan kepada mereka): ‘Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan,’” (QS Az Zariyat/ 51: 13- 15).

Kata fitnah juga digunakan, berdasar pemakaian asal kata di atas, dengan arti menguji, baik ujian itu berupa nikmat (kebaikan) maupun kesulitan (keburukan). Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Anbiya’: 35.

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan,” (QS. Al-Anbiya’: 35).

Di dalam Al-Qur’an kata fitnah terulang tidak kurang dari 30 kali, dan tidak satupun yang mengandung makna seperti dikemukakan oleh kamus besar bahasa Indonesia. Karena itu, tidaklah tepat mengartikan ayat “Al-Fitnatu Asyadu min Al-Qatl” (QS. Al-Baqarah: 217) dengan makna memfitnah membawa berita bohong dan menjelekkan orang lain (lebih kejam) atau lebih besar dosanya dari pada melakukan pembunuhan.

Artinya: ”…dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…,” (QS. Al-Baqarah: 217). [mb]


Page 5

Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan
Siapakah remaja itu? Remaja adalah wanita dan laki-laki yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Masa remaja merupakan masa yang sangat labil, ia mudah sekali emosi bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kata hatinya. Dalam kehidupan modernis ini, remaja memegang peran yang sangat urgen dalam menentukan arah bangsa. Remaja yang diharapkan menjadi tonggak yang akan memutar roda dan memberikan inspirasi baru dalam pembangunan masyarakat terutama dalam hal moralitas. Kini lambat laun simpatisan terhadap remaja berangsur memudar dari hati masyarakat. Kasus brutal yang dilakukan remaja semakin memperkuat stigma negatif pada diri mereka.

Pergolakan emosi yang dihadapi pada usia ini tidak diseimbangi dengan pembangunan diri dalam membentuk pribadi yang baik.

Emosi menjadi inti pokok dari persoalan kasus remaja masa kini. Tindakan ekstrim kadangkala terjadi karena gejolak emosi yang lagi mengalami goncangan. Emosi seringkali disulut oleh kondisi yang terjadi disebabkan karena adanya rasa ingin menyesuaikan diri di tengah-tengah masyarakat. Sikap ambivalensi dalam diri remaja juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada psikis remaja. Dalam satu sisi mereka ingin bebas dan di sisi lain mereka juga masih belum siap untuk menanggung beban yang akan diterimanya. Mereka dituntut untuk bersikap layaknya orang dewasa.

Emosi tidak hanya membawa dampak negatif, memang sifat benci, marah, dan penyakit hati lainnya itu muncul natural dari dalam diri, ketika kehadirannya tidak diterima di tengah-tengah masyarakat. Sehingga ia bersikap agresif untuk menarik simpati masyarakat. Perlunya bimbingan untuk mengarahkannya ke arah yang positif terlebih dahulu akan membangun inner adjustment (penyesuaian dalam diri) yang bakal memberikan pondasi bagi kepercayaan diri, serta kesadaran akan hakikat mereka sebagai khalifah yang bertugas untuk memakmurkan dan memperbaharui bumi menjadi lebih baik. Selain dampak negatif, emosi juga memberi dampak positif seperti luapan kasih sayang, senang, bahagia, dan sebagainya.

Emosi tidak dapat dibunuh tapi harus dibimbing agar dapat disalurkan pada hal-hal yang positif.

Bekal agama yang kuat bisa dijadikan pondasi serta terapi untuk membangun kematengan kepribadian. Islam memperkenalkan bimbingan konseling yang bersifat preventif, edukatif, dan rehabilitatif sebagai alternatif untuk memberikan bantuan bagi remaja. Bimbingan konseling Islam melihat ada tiga faktor yang mempengaruhi pergolakan emosi;

1. Faktor kognitif, faktor ini muncul dari alam bawah sadar yang dihasilkan oleh tumpukan proses dari pengalaman diri sendiri. Identifikasi ide-ide baru menjadi upaya yang cocok untuk merubah prilaku kita dari sudut pandang yang diperoleh.

2. Faktor prefektif, faktor yang muncul dari pengalaman emosional yang selalu mengalami goncangan dan kadangkala memberikan bekas di hati naluri yang dalam.

3. Faktor lingkungan, faktor yang memberikan sumbangsih kontribusi terbanyak  dan sangat dominan sekali dalam menentukan arah emosional. Kemunculannya biasa terjadi dari suasana dan sikap religiusitas dalam tubuh masyarakat. Adapun upaya yang bisa membangun untuk menetralisir sifat negatif yang timbul darinya dengan cara relaksasi, logoterapi, dan konseling non direktif.

Oleh sebab itu, bimbingan konseling sangat dibutuhkan bagi seorang remaja dalam proses internalisasi jati diri. Mau tak mau seorang remaja harus memiliki konsulen atau guru spiritual yang akan membimbing psikis mereka dengan memberikan dorongan-dorongan positif seperti menanam nilai-nilai kesabaran, tawakal, serta berakhlakul karimah.

BERSAMBUNG


Page 6

Bagaimana cara menghindari perbuatan fitnah sebutkan
Para konsulen Islam dalam membimbing remaja berpedoman pada rumusan konsep yang telah dibangun oleh al-Ghazali dalam pembentukan psikis remaja. Hujjatul Islam Imam al-Ghozali merumuskan ruh, jasad, qolb, aql, dan nafs sebagai pemegang kendali yang sangat dan harus diperhatikan. Ruh sebagai alamat al-amr (controler), jasad diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan potensi diri, qolb sebagai tempat untuk mencapai tingkatan makrifat, aql sebagai sumber untuk mengukur tindakan kebenaran, dan nafs sebagai wadah dari syahwat. Kelima komponen ini memegang peran tersendiri, dan apabila diasah maka akan memberikan kontribusi yang baik dalam pengembangan potensi diri.

Ruh memegang kendali dalam menentukan arah emosi (controler). Allah meniupkan ruh-Nya pada diri manusia dalam keadaan pure, jasad sebagai wadah penempatan, secara esensial semuanya diatur oleh ruh. Sebagai pemegang kendali ruh bekerjasama dengan akal dan hati dalam memainkan perannya di ranah kehidupan, nafsu sebagai penghalang atau pengacau yang berada di tengah akal dan hati bertugas untuk menyimpangkan hal positif yang telah dibentuk keduanya ke arah yang negatif. Emosi negatif terlahir dari persimpangan yang dibuat oleh nafsu. Sedangkan emosi positif terjadi karena proses sinkronisasi dari aqal dan hati.

Pergolakan ruh diatur oleh akal dan hati yang mana keduanya sangat dipengaruhi oleh linkungan sekitar. Oleh sebab itu upaya penyesuaian diri harus digalahkan sejak dini untuk melatih kepribadian agar dapat berkompromi dengan lingkungan sekitar serta mampu untuk membentengi diri terhadap lingkungan yang buruk.

Sikap keterbukaan juga bisa menjadi upaya untuk memantapkan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi persoalan hidup yang dideranya.

Bimbingan Konseling hanya sekedar pemberian bantuan belaka pada individu yang bermasalah atau tidak dengan cara pengembangan potensi fitrah agar senantiasa selaras dengan ketentuan norma yang berlaku, dapat dirumuskan bahwasannya bimbingan konseling bertujuan untuk mewujudkan manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Yaitu manusia yang mampu menciptakan kondisi, memperoleh kesenangan dan kebahagiaan untuk dirinya sendiri, manusia yang benar-benar manusia, manusia yang mencapai taraf manusia sempurna. Fokus aplikatif dari bimbingan konseling (BK) itu berorientasi pada cara pengendalian emosi serta pengembangannya. Secara teoritik ada 5 cara untuk mengendalikan emosi:

1. Menghadapi emosi tersebut, 2. Jika memungkinkan tafsirkan kembali faktor penyulut terjadinya emosi, 3. Kembangkan sikap realitis dan humoris, 4. Mengatasi sumber problem yang menyebabkan terjadinya emosi,

5. Membanggun sistem penyadaran diri.

Terakhir, bimbingan konseling (BK) merupakan salah satu bentuk tawaran dari problem solving pada diri remaja, akan tetapi esensi dari penyelesaian masalah itu semua terletak pada diri individu. [si]