1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Yang kedua, Ayat Kauniyah,yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Ayat kauniyah ini sering juga disebut dengan fenomena alam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Fushshilat ayat 53: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” Secara bahasa, makna ayat Qauliyah dan Kauniyah sebagai berikut: Qauliyah berasal dari kata QOOLA yang maknanya adalah perkataan atau UCAPAN, yakni ayat Allah berupa ucapan yang difirmankan pada Muhammad SAW. Kauniyah berasal dari kata KAANA yang maknanya adalah bukti. Secara istilah Kauniyah maksudnya adalah ayat-ayat Allah yang tidak terfirmankan atau terucapkan atau tertuliskan namun bisa dibuktikan melalui keadaan atau pun kejadian. Hubungan antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21: “Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. 54:17, 22, 32, 40) Hikmah di Balik Ayat Kauniyah Dalam tausiyahnya, Ustaz Somad juga mengungkapkan pentingnya mempelajari ilmu falak atau alam semesta, seperti astronomi. Dengan mempelajari ilmu tentang alam semesta, umat Islam mampu mendalami kebesaran Allah melalui tata surya dan segala ciptaan-Nya. Berbicara takdir, Ustaz Somad menjelaskan bahwa manusia dihadapkan dengan dua jenis takdir, yaitu takdir yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Salah satu contoh seperti kejadian yang menimpa umat Sayidina Umar saat terkena wabah penyakit. Saat itu, Sayidina Umar memerintahkan umatnya untuk pindah ke tempat lain agar terhindar dari wabah. Namun, ada sahabat yang mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah takdir Allah dan su dah sepatutnya mereka menerimanya. Umar pun menegaskan bahwa keputusan untuk berhijrah demi menghindari wabah penyakit adalah upaya untuk mengubah takdir buruk ke takdir baik. Takdir yang dialami umat Sayidina Umar adalah salah satu contoh takdir yang dapat diubah, sedangkan takdir yang tidak dapat diubah adalah kematian dan datangnya hari akhir (kiamat). Pemahaman ilmu, tentu sangat penting dalam mendalami ayat-ayat kauniyah agar makna yang terkandung dapat diterima dengan tepat. Pengkajian ayat Kau niyah juga mengajari manu sia agar senantiasa hidup dalam keseimbangan antara keahlian secara intelektual dan kearifan secara spiritual, mengingat dalam mengkaji ayat Kauniyah, manu sia mampu untuk senantiasa meng ingat Allah, Surah Ali Imran ayat 191 me nyebutkan, “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil ber diri atau duduk atau dalam ke ada an berbaring dan mereka me mikirkan tentang penciptaan la ngit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Kandungan yang tersaji dalam ayat tersebut, kata Ustaz Somad, adalah keutamaan untuk selalu senantiasa mengingat Allah dikala senang ataupun sedih, di kala kaya maupun miskin, dan di kala sehat maupun sakit. Zikir, kata dia, juga dibuktikan dalam tiga hal, yaitu lisan yang selalu menyebut Allah, hati yang selalu mengingat Allah, dan perlakuan yang menganggungkan Allah. “Jadi, bukan hanya berzikir saja melainkan berpikir, sehingga terjadi keseimbangan antara intelektual dan spiritual,” Kewajiban Kita terhadap Ayat-ayat Allah “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5) Terhadap ayat-ayat qauliyah, kewajiban kita adalah tadabbur, yakni membacanya dan berusaha untuk memahami dan merenungi makna dan kandungannya. Sedangkan terhadap ayat-ayat kauniyah, kewajiban kita adalah tafakkur, yakni memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Dan untuk melakukan dua kewajiban tersebut, kita menggunakan akal pikiran dan hati yang telah Allah karuniakan kepada kita. Mengenai kewajiban tadabbur, Allah memberikan peringatan yang sangat keras kepada orang yang lalai melakukannya. Allah berfirman dalam QS Muhammad ayat 24: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” Dan mengenai kewajiban tafakkur, Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab). Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Tujuan Membaca Ayat-ayat Allah Simak lebih lanjut di Brainly.co.id – https://brainly.co.id/tugas/5256965#readmore |