Arti sebuah pertunangan cerita dewasa facebook

Arti sebuah pertunangan cerita dewasa facebook
Ilustrasi wanita yang mengalami ghosting. Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media.

Solo -

Sikap ghosting atau melepaskan hubungan tanpa sebab dan kemudian menghilang memang dapat menimbulkan banyak pertanyaan bagi korbannya. Apalagi pelaku ghosting biasanya menghentikan seluruh komunikasi secara tiba-tiba, padahal sudah berkomitmen dalam menjalin hubungan.

Kejamnya ghosting ini dirasakan oleh Karin. Dalam liputan khusus Wolipop tentang Ghosting, Karin berbagi kisah sedihnya mengalami ghosting setelah bertuangan dan mulai mempersiapkan pernikahan. Si pria melakukan ghosting padanya tiga bulan setelah mereka bertunangan.

Berikut kisah selengkapnya seperti dituturkan oleh Karin:

Nama saya Karin (24 tahun), asli dari Solo, Jawa Tengah. Saya pacaran dengan orang ini, sebuat saja A sejak tahun 2019. Perbedaan usia kita sekitar 3 tahun.

Awalnya kita kenal lewat Instagram di 2017. Dia direct message saya. Tapi saya tidak terlalu menaruh perhatian. Pada 2019 awal dia mulai direct message saya lagi dan akhirnya saya gubris.

Kita akhirnya ketemu, dekat dan nyambung, yang mana ternyata circle dia pun juga sama dengan saya. Pada Maret 2019 dia nembak saya sewaktu kita lagi nonton konser, saya baru jawab seminggu kemudian, saya menerima dia.

Awal hubungan berjalan mulus, sempat ada kendala karena orangtua saya tidak setuju dengan pekerjaan dia yang hanya pengusaha ayam potong yang baru merintis. Tapi di situ saya meyakinkan orangtua saya bahwa A adalah orang yang baik dan bertanggung jawab, ya memang kenyataannya seperti itu. Kita sudah sangat dekat, keluarga saya dan keluarga dia sudah saling kenal satu sama lain.

Kami sering pergi bareng dengan keluarga satu sama lain. Ke luar kota jalan-jalan dan sebagainya. Hingga akhirnya November 2019 saat kita nonton konser yang kesekian kalinya dia memberikan cincin ke saya. Saat itu kita nonton konser Maliq & D'Essentials, saat lagu 'pilihanku' dia bilang, "Kamu mau gak menikah dengan aku, aku bakal ngeyakinin mama dan papa kamu kalo aku yang terbaik buat kamu." Dan akhirnya saya menerima dia.

Hubungan kita berjalan up and down pada saat itu. Banyak kendala dari keluarga saya, terutama mama saya yang masih susah untuk menerima dia. Dan dengan gentleman dia mendatangi papaku untuk bilang bahwa dia akan menikahi saya, yang mana papa saya waktu itu menyetujui. Pertengahan 2020 malam takbiran, waktu itu dia datang ke rumah saya, bilang ke mama dan papa saya mau melamar saya dalam waktu dekat. Setelah berdiskusi panjang akhirnya orangtua saya merestuinya.

Agustus 2020 kami resmi bertunangan. Hubungan kami berjalan lancar. Kalaupun ada masalah sedikit, kayak mau menikah di mana, tanggal berapa, mau prewedding model apa, dan mau menikah adat apa seperti itu. Dan semakin lama semakin menjurus ke yang nanti setelah nikah tinggal di mana, tabungannya bakal gimana dan lainnya.

Saya merrasa masalah mulai dari situ. Saya adalah orang yang mempunyai planning dalam hidup. Saya mempunyai target seperti di tahun ini saya harus punya A, bulan ini saya harus punya B. Nah dia orangnya yang terlalu let it flow, pasrahkan semuanya. Kita sering cekcok masalah tempat tinggal.

Oke, dia orangnya baik sekali. Penyayang, bertanggung jawab, sopan, rajin salat, dan humoris. Namun, saat marah dia bisa menjadi orang yang berbeda, dia suka membentak saya kalau kita bertengkar.

Kita bertunangan hanya tiga bulan. Waktu itu tanggal 26 November 2020 dia nganterin saya pulang ke rumah. Dia, ya seperti biasa, kita kumpul sama keluargaku bahas rencana pernikahan. Anehnya malam itu dia buru-buru mau pulang, yang biasanya dia bisa sampai malam di rumahku. Ya sudah mungkin capek, pikirku.

Tapi mamaku sudah punya firasat yang tidak enak waktu itu. Dia pulang jam 20.00 WIB. Biasanya selama perjalanan pulang dia telepon saya buat nemenin selama nyetir tapi pas itu dia nggak bales chat saya. Saya tanya kemana, di mana. Dia bales jam 22.00 WIB bilang kalau sudah sampai rumah dan mau tidur. Ya sudah akhirnya kita istirahat. Tanggal 27 November 2020 jam 06.00 WIB, dia chat saya bilang "Selamat pagi sayangku" dan saya jawab hal yang sama, lalu dia bilang mau ngurus ayam dulu.

Tiba-tiba jam 09.23 WIB dia chat saya panjang lebar yang intinya dia ingin menyudahi hubungan ini. Kayak disamber petir waktu itu. Saya telepon dia tapi nomer saya langsung diblokir, media sosial, semua akses saya diblokir. Saya menangis sejadi jadinya.

Orangtua saya mendatangi saya dan bertanya ada apa, saya ceritakan semuanya. Akses orangtua saya ke dia pun diblokir olehnya. Saya telepon bapak ibunya A dan jawabannya semua sama, mereka tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya ingin bertemu dia saat itu juga. Saya menangis, saya down. Seharian saya menangis menunggu kabarnya.

Siang hari sekitar pukul 14.00 WIB, kakak ipar dia (perempuan) menelepon saya, memaki-maki saya dan bilang bahwa sebenernya keluarga A tidak pernah setuju dengan saya. Mereka bilang saya wanita tidak baik, dan saya disuruh tidak mengganggu mereka lagi.

Hancur hati saya saat itu mendengarnya, saya tidak tahu salah saya apa. Saya telepon ibunya, dan ibunya hanya menjawab, "Ya sudah A sudah tidak mau denganmu sudah selesai. Saya menangis sejadi-jadinya, lalu jam 16.00 WIB, A menelepon saya dan memaki saya. Dia bilang kalau saya mengganggu dia dan keluarganya. Dia ingin hubungan ini berakhir.

Berat sekali rasanya waktu itu rasanya saya tidak sanggup untuk hidup. Dua minggu setelah saya putus dengan dia, saya buka Instagram dia, ada wanita comment di postingan dia dengan emoticon hati. Saya langsung menangis sejadi jadinya. Kenapa begitu cepat dia berpaling, apakah ini alasan sebenernya dia memutuskan saya.

Saya lalui hari saya berat sekali. Sampai sekarang saya tidak tahu salah saya apa. Oh ya, pernah pada Februari 2021 saya ke coffeshop bersama teman-teman saya, dan saya bertemu dia dengan wanita lain, yang mana wanita itu berbeda dengan wanita yang saya lihat di Instagramnya. Ya ampun hancur lagi saya lihatnya, menangis lagi saya. Begitu cepat dia gonta ganti pasangan. Begitu cepat dia pergi dengan wanita lain. Dan dia seolah olah tidak mengenal saya, tidak menyapa saya hanya menyapa teman-teman saya. Saya menangis lagi.

Sudah tiga bulan lebih sejak dia pergi. Saya masih berusaha buat melupakan dia. Masih suka nyesek dan sampai sekarang saya masih bertanya, apa sebenernya salah saya dengan dia hingga dia meninggalkan saya?

(gaf/eny)