Apakah penyakit degeneratif dapat disembuhkan dengan teknologi stem cell

Edukasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sel punca atau yang lebih dikenal sebagai stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Mungkin istilah sel punca atau stem cell masih asing kedengarannya untuk beberapa orang, tapi perlu diketahui bahwa sebenarnya sel punca sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an. Apalagi sekarang ini, pengobatan dengan stem cell sangat marak dibicarakan di kalangan para ahli medis serta dokter.

Salah satu contoh stem cell yang paling sederhana adalah ketika kita mengalami luka pada kulit kita yang mempercepat kematian sel-sel kulit, maka nanti kulit kita akan membentuk lapisan-lapisan kulit baru untuk menutupi luka kita.

Untuk mendapatkan stem cell yang berkualitas, kita dapat mengambil dari plasenta dan tali pusat. Biasanya, saat bayi lahir, plasenta dan tali pusat akan dibuang karena dikira tidak memiliki manfaat. Tapi, siapa sangka bahwa ternyata di plasenta dan tali pusat-lah terkandung banyak stem cell. Mulai tahun 2000-an, telah dicari stem cell yang terkandung dalam plasenta dan tali pusat bayi tersebut.

Penelitian sel punca pertama kali dimulai pada tahun 1960 yang dilakukan oleh Ernest A. McCulloch dan James E. Till. Pada tahun 1988, mulai dilakukan terapi sel punca yang menggunakan darah tali pusat. 

Bahkan, Albert Einstein College of Medicine telah melakukan percobaan sel punca pada tikus. "Hasil penelitian ilmiah menunjukkan satu-satnya kondisi yang terpenting dalam pemeliharaan kesehatan secara optimal adalah dengan cara meningkatkan sirkulasi jumlah sel punca dalam tubuh." Pendapat ini disampaikan oleh Christian Drapeau yang merupakan seorang peneliti. Penelitian sel punca masih berlanjut hingga saat ini untuk mendapatkan penemuan yang baru mengenai sel punca.

Nah, stem cell sendiri dapat diperoleh dengan melakukan teknik transplantasi. Berdasarkan sumbernya, teknik transplantasi terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah transplantasi dari sumsum tulang belakang yang digunakan sebagai pengobatan leukemia dan anemia aplastik. Untuk memperolehnya, sumsum tulang diambil dari panggul pendonor lalu disuntikkan pada pembuluh vena pasien. Sayangnya, transplantasi ini memiliki resiko terkontaminasi virus yang tinggi.

Kedua, transplantasi stem cell darah tepi. Pada peredaran darah tepi ini, jumlah stem cell memang tidak sebanyak pada sumsum tulang belakang. Tapi, transplantasi ini memiliki keuntungan lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih mudah untuk tumbuh. Namun, transplantasi ini jga memiliki kekurangan yaitu tidak sekuat transplantasi sumsum tulang belakang sehingga keduanya digabungkan/dicampur agar lebih kuat.

Ketiga, transplantasi stem cell tali pusat. Pada tali pusat atau plasenta, ternyata memiliki stem cell yang sama dengan sumsum tulang belakang. Transplantasi stem cell tali pusat ini telah menyembuhkan banyak penyakit contohnya penyakit leukemia dan masih banyak lagi.

Sifat khusus dari sel punca sendiri ada dua. Pertama, sel punca dapat membelah diri meskipun sudah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama. Kedua, sel punca dapat diinduksi menjadi suatu jenis sel tertentu dalam koncisi tertentu. Sel tersebut dapat berupa sel jaringan dan sel organ yang memiliki tugas sendiri.

Selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas, stem cell terbagi menjadi empat jenis berdasarkan sumber asalnya. Yang pertama adalah sel punca embrio, yang bisa didapatkan melalui embrio saat memasuki fase blastosit serta bersifat pluripoten.

Kedua, sel punca fetal yaitu sel yang masih bersifat primitif dan bisa ditemukan di organ-organ fetus atau janin seperti sel punca hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell yang terkandung di dalam fetus memiliki sifat pluripoten yang akan berkembang menjadi jaringan tubuh berbeda yang cepat.


Page 2

Sel punca atau yang lebih dikenal sebagai stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Mungkin istilah sel punca atau stem cell masih asing kedengarannya untuk beberapa orang, tapi perlu diketahui bahwa sebenarnya sel punca sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an. Apalagi sekarang ini, pengobatan dengan stem cell sangat marak dibicarakan di kalangan para ahli medis serta dokter.

Salah satu contoh stem cell yang paling sederhana adalah ketika kita mengalami luka pada kulit kita yang mempercepat kematian sel-sel kulit, maka nanti kulit kita akan membentuk lapisan-lapisan kulit baru untuk menutupi luka kita.

Untuk mendapatkan stem cell yang berkualitas, kita dapat mengambil dari plasenta dan tali pusat. Biasanya, saat bayi lahir, plasenta dan tali pusat akan dibuang karena dikira tidak memiliki manfaat. Tapi, siapa sangka bahwa ternyata di plasenta dan tali pusat-lah terkandung banyak stem cell. Mulai tahun 2000-an, telah dicari stem cell yang terkandung dalam plasenta dan tali pusat bayi tersebut.

Penelitian sel punca pertama kali dimulai pada tahun 1960 yang dilakukan oleh Ernest A. McCulloch dan James E. Till. Pada tahun 1988, mulai dilakukan terapi sel punca yang menggunakan darah tali pusat. 

Bahkan, Albert Einstein College of Medicine telah melakukan percobaan sel punca pada tikus. "Hasil penelitian ilmiah menunjukkan satu-satnya kondisi yang terpenting dalam pemeliharaan kesehatan secara optimal adalah dengan cara meningkatkan sirkulasi jumlah sel punca dalam tubuh." Pendapat ini disampaikan oleh Christian Drapeau yang merupakan seorang peneliti. Penelitian sel punca masih berlanjut hingga saat ini untuk mendapatkan penemuan yang baru mengenai sel punca.

Nah, stem cell sendiri dapat diperoleh dengan melakukan teknik transplantasi. Berdasarkan sumbernya, teknik transplantasi terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah transplantasi dari sumsum tulang belakang yang digunakan sebagai pengobatan leukemia dan anemia aplastik. Untuk memperolehnya, sumsum tulang diambil dari panggul pendonor lalu disuntikkan pada pembuluh vena pasien. Sayangnya, transplantasi ini memiliki resiko terkontaminasi virus yang tinggi.

Kedua, transplantasi stem cell darah tepi. Pada peredaran darah tepi ini, jumlah stem cell memang tidak sebanyak pada sumsum tulang belakang. Tapi, transplantasi ini memiliki keuntungan lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih mudah untuk tumbuh. Namun, transplantasi ini jga memiliki kekurangan yaitu tidak sekuat transplantasi sumsum tulang belakang sehingga keduanya digabungkan/dicampur agar lebih kuat.

Ketiga, transplantasi stem cell tali pusat. Pada tali pusat atau plasenta, ternyata memiliki stem cell yang sama dengan sumsum tulang belakang. Transplantasi stem cell tali pusat ini telah menyembuhkan banyak penyakit contohnya penyakit leukemia dan masih banyak lagi.

Sifat khusus dari sel punca sendiri ada dua. Pertama, sel punca dapat membelah diri meskipun sudah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama. Kedua, sel punca dapat diinduksi menjadi suatu jenis sel tertentu dalam koncisi tertentu. Sel tersebut dapat berupa sel jaringan dan sel organ yang memiliki tugas sendiri.

Selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas, stem cell terbagi menjadi empat jenis berdasarkan sumber asalnya. Yang pertama adalah sel punca embrio, yang bisa didapatkan melalui embrio saat memasuki fase blastosit serta bersifat pluripoten.

Kedua, sel punca fetal yaitu sel yang masih bersifat primitif dan bisa ditemukan di organ-organ fetus atau janin seperti sel punca hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell yang terkandung di dalam fetus memiliki sifat pluripoten yang akan berkembang menjadi jaringan tubuh berbeda yang cepat.


Apakah penyakit degeneratif dapat disembuhkan dengan teknologi stem cell

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 3

Sel punca atau yang lebih dikenal sebagai stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Mungkin istilah sel punca atau stem cell masih asing kedengarannya untuk beberapa orang, tapi perlu diketahui bahwa sebenarnya sel punca sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an. Apalagi sekarang ini, pengobatan dengan stem cell sangat marak dibicarakan di kalangan para ahli medis serta dokter.

Salah satu contoh stem cell yang paling sederhana adalah ketika kita mengalami luka pada kulit kita yang mempercepat kematian sel-sel kulit, maka nanti kulit kita akan membentuk lapisan-lapisan kulit baru untuk menutupi luka kita.

Untuk mendapatkan stem cell yang berkualitas, kita dapat mengambil dari plasenta dan tali pusat. Biasanya, saat bayi lahir, plasenta dan tali pusat akan dibuang karena dikira tidak memiliki manfaat. Tapi, siapa sangka bahwa ternyata di plasenta dan tali pusat-lah terkandung banyak stem cell. Mulai tahun 2000-an, telah dicari stem cell yang terkandung dalam plasenta dan tali pusat bayi tersebut.

Penelitian sel punca pertama kali dimulai pada tahun 1960 yang dilakukan oleh Ernest A. McCulloch dan James E. Till. Pada tahun 1988, mulai dilakukan terapi sel punca yang menggunakan darah tali pusat. 

Bahkan, Albert Einstein College of Medicine telah melakukan percobaan sel punca pada tikus. "Hasil penelitian ilmiah menunjukkan satu-satnya kondisi yang terpenting dalam pemeliharaan kesehatan secara optimal adalah dengan cara meningkatkan sirkulasi jumlah sel punca dalam tubuh." Pendapat ini disampaikan oleh Christian Drapeau yang merupakan seorang peneliti. Penelitian sel punca masih berlanjut hingga saat ini untuk mendapatkan penemuan yang baru mengenai sel punca.

Nah, stem cell sendiri dapat diperoleh dengan melakukan teknik transplantasi. Berdasarkan sumbernya, teknik transplantasi terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah transplantasi dari sumsum tulang belakang yang digunakan sebagai pengobatan leukemia dan anemia aplastik. Untuk memperolehnya, sumsum tulang diambil dari panggul pendonor lalu disuntikkan pada pembuluh vena pasien. Sayangnya, transplantasi ini memiliki resiko terkontaminasi virus yang tinggi.

Kedua, transplantasi stem cell darah tepi. Pada peredaran darah tepi ini, jumlah stem cell memang tidak sebanyak pada sumsum tulang belakang. Tapi, transplantasi ini memiliki keuntungan lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih mudah untuk tumbuh. Namun, transplantasi ini jga memiliki kekurangan yaitu tidak sekuat transplantasi sumsum tulang belakang sehingga keduanya digabungkan/dicampur agar lebih kuat.

Ketiga, transplantasi stem cell tali pusat. Pada tali pusat atau plasenta, ternyata memiliki stem cell yang sama dengan sumsum tulang belakang. Transplantasi stem cell tali pusat ini telah menyembuhkan banyak penyakit contohnya penyakit leukemia dan masih banyak lagi.

Sifat khusus dari sel punca sendiri ada dua. Pertama, sel punca dapat membelah diri meskipun sudah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama. Kedua, sel punca dapat diinduksi menjadi suatu jenis sel tertentu dalam koncisi tertentu. Sel tersebut dapat berupa sel jaringan dan sel organ yang memiliki tugas sendiri.

Selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas, stem cell terbagi menjadi empat jenis berdasarkan sumber asalnya. Yang pertama adalah sel punca embrio, yang bisa didapatkan melalui embrio saat memasuki fase blastosit serta bersifat pluripoten.

Kedua, sel punca fetal yaitu sel yang masih bersifat primitif dan bisa ditemukan di organ-organ fetus atau janin seperti sel punca hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell yang terkandung di dalam fetus memiliki sifat pluripoten yang akan berkembang menjadi jaringan tubuh berbeda yang cepat.


Apakah penyakit degeneratif dapat disembuhkan dengan teknologi stem cell

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 4

Sel punca atau yang lebih dikenal sebagai stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Mungkin istilah sel punca atau stem cell masih asing kedengarannya untuk beberapa orang, tapi perlu diketahui bahwa sebenarnya sel punca sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an. Apalagi sekarang ini, pengobatan dengan stem cell sangat marak dibicarakan di kalangan para ahli medis serta dokter.

Salah satu contoh stem cell yang paling sederhana adalah ketika kita mengalami luka pada kulit kita yang mempercepat kematian sel-sel kulit, maka nanti kulit kita akan membentuk lapisan-lapisan kulit baru untuk menutupi luka kita.

Untuk mendapatkan stem cell yang berkualitas, kita dapat mengambil dari plasenta dan tali pusat. Biasanya, saat bayi lahir, plasenta dan tali pusat akan dibuang karena dikira tidak memiliki manfaat. Tapi, siapa sangka bahwa ternyata di plasenta dan tali pusat-lah terkandung banyak stem cell. Mulai tahun 2000-an, telah dicari stem cell yang terkandung dalam plasenta dan tali pusat bayi tersebut.

Penelitian sel punca pertama kali dimulai pada tahun 1960 yang dilakukan oleh Ernest A. McCulloch dan James E. Till. Pada tahun 1988, mulai dilakukan terapi sel punca yang menggunakan darah tali pusat. 

Bahkan, Albert Einstein College of Medicine telah melakukan percobaan sel punca pada tikus. "Hasil penelitian ilmiah menunjukkan satu-satnya kondisi yang terpenting dalam pemeliharaan kesehatan secara optimal adalah dengan cara meningkatkan sirkulasi jumlah sel punca dalam tubuh." Pendapat ini disampaikan oleh Christian Drapeau yang merupakan seorang peneliti. Penelitian sel punca masih berlanjut hingga saat ini untuk mendapatkan penemuan yang baru mengenai sel punca.

Nah, stem cell sendiri dapat diperoleh dengan melakukan teknik transplantasi. Berdasarkan sumbernya, teknik transplantasi terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah transplantasi dari sumsum tulang belakang yang digunakan sebagai pengobatan leukemia dan anemia aplastik. Untuk memperolehnya, sumsum tulang diambil dari panggul pendonor lalu disuntikkan pada pembuluh vena pasien. Sayangnya, transplantasi ini memiliki resiko terkontaminasi virus yang tinggi.

Kedua, transplantasi stem cell darah tepi. Pada peredaran darah tepi ini, jumlah stem cell memang tidak sebanyak pada sumsum tulang belakang. Tapi, transplantasi ini memiliki keuntungan lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih mudah untuk tumbuh. Namun, transplantasi ini jga memiliki kekurangan yaitu tidak sekuat transplantasi sumsum tulang belakang sehingga keduanya digabungkan/dicampur agar lebih kuat.

Ketiga, transplantasi stem cell tali pusat. Pada tali pusat atau plasenta, ternyata memiliki stem cell yang sama dengan sumsum tulang belakang. Transplantasi stem cell tali pusat ini telah menyembuhkan banyak penyakit contohnya penyakit leukemia dan masih banyak lagi.

Sifat khusus dari sel punca sendiri ada dua. Pertama, sel punca dapat membelah diri meskipun sudah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama. Kedua, sel punca dapat diinduksi menjadi suatu jenis sel tertentu dalam koncisi tertentu. Sel tersebut dapat berupa sel jaringan dan sel organ yang memiliki tugas sendiri.

Selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas, stem cell terbagi menjadi empat jenis berdasarkan sumber asalnya. Yang pertama adalah sel punca embrio, yang bisa didapatkan melalui embrio saat memasuki fase blastosit serta bersifat pluripoten.

Kedua, sel punca fetal yaitu sel yang masih bersifat primitif dan bisa ditemukan di organ-organ fetus atau janin seperti sel punca hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell yang terkandung di dalam fetus memiliki sifat pluripoten yang akan berkembang menjadi jaringan tubuh berbeda yang cepat.


Apakah penyakit degeneratif dapat disembuhkan dengan teknologi stem cell

Lihat Edukasi Selengkapnya