Berakhirnya zaman es membuat daratan-daratan yang semula terhubung menjadi terputus akibat naiknya tinggi muka air laut. Sejak saat itu pula Bekantan (Nasalis larvatus) terperangkap di pulau Kalimantan. Show Primata ini berevolusi dan menjadi monyet endemik wilayah Kalimantan, serta mempunyai ciri berbeda dari primata pada umumnya. Bekantan memiliki hidung mancung seperti umbi menggantung dan perut yang buncit. Berdasarkan PP No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, bekantan merupakan salah satu satwa yang harus dilindugi. Selain itu, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan bekantan ke dalam kategori Terancam Punah akibat hilangnya habitat hutan dan perburuan liar. Monyet bekantan juga terdaftar dalam CITES Appendix I. Mengenal BekantanBekantan yang menjadi maskot propinsi Kalimantan Selatan dan taman rekreasi Dunia Fantasi Ancol ini adalah fauna endemik Pulau Borneo, meliputi Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Bekantan sering disebut sebagai Monyet Berhidung Panjang atau Monyet Belanda karena memiliki ciri fisik berupa hidung yang panjang dan besar, serta warna bulu atau rambut cokelat kemerahan. Karakteristif fisik tersebut juga dikaitkan dengan mitos-mitos bekantan oleh masyarakat sekitar habitatnya. Dalam bahasa Inggris, monyet berhidung panjang dinamakan Long Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Oleh masyarakat lokal Kalimantan, bekantan juga dijuluki Pika, Kera Belanda, Raseng, Bahara Bentangan dan Kahau. Primana ini telah ditetapkan sebagai fauna identitas Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 29 Tahun 1990. TaksonomiBekantan merupakan salah satu dari dua spesies anggota genus Nasalis yang terdiri dari dua subspesies, yakni Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Spesies Navalis larvatus larvatus sebagian besar menghuni seluruh hutan Kalimantan, sedangkan spesies Nasalis larvatus orientalis hanya terdapat di bagian timur laut Pulau Kalimantan.
Satwa yang termasuk ordo Primata ini berada di habitat Taman Nasional Gunung Palung dan hutan-hutan Kalimantan, serta menjadi hewan primadona bersama Orangutan. Ciri dan MorfologiBekantan yang memiliki hidung menonjol atau panjang (sekitar 10 cm) adalah bekantan jantan. Hingga saat ini, belum diketahui apa fungsi hidung tersebut, namun sebagian besar dugaan disebabkan oleh faktor seleksi alam dan untuk menarik lawan jenis. Wajah monyet endemik Kalimantan ini berwarna kemerahan. Ukuran tubuh jantan dan betina pun berbeda, monyet jantan tumbuh mencapai 75 dengan berat hingga 24 kg. Sedangkan monyet betina tumbuh mencapai 60 cm dengan berat hingga 12 kg. Ciri khas lain dari monyet bekantan adalah perutnya yang besar atau buncit akibat konsumsi makanan yang tidak seimbang. Selain memakan buah-buahan, monyet belanda ini juga memakan biji-bijian dan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pencernaan. Berikut ini adalah ciri khas bekantan yang telah kami rangkum, yaitu:
Bekantan termasuk primata diurnal, yakni satwa yang beraktifitas pagi hingga sore. Menjelang sore, monyet ini akan mencari pohon di tepi sungai untuk tidur. Anggota kelompok lainnya akan mengikuti pemimpin jantan dan tidur saling berdekatan. Habitat dan MakananMonyet berhidung panjang merupakan primata yang hidup berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 10 hingga 20 ekor bekantan yang dipimpin satu ekor bekantan jantan yang paling kuat dan bertubuh besar. Monyet langka ini adalah satwa arboreal atau banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan jarang turun ke dasar lantai hutan. Primata endemik Borneo ini memiliki kemampuan bergerak di atas pohon yang sangat baik, yakni dengan cara bergantung, berayun, melompat dan gerakan-gerakan lainnya. Mereka banyak menghabiskan waktu di atas pohon secara berkelompok untuk tidur, serta memakan buah-buahan dan daun-daunan. Selain itu, monyet merah ini juga mempunyai kemampuan berenang dan menyelam yang sangat baik karena memiliki selaput pada bagian kaki dan tangan. Terkadang, monyet ini juga tinggal di daerah aliran sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain. Bekantan juga mendiami hutan pantai, hutan bakau, dan rawa-rawa di Kalimantan. Bekantan menyukai jenis-jenis makanan tertentu. Berdasarkan studi pengamatan perilaku makanan kesukaan bekatan di kawasan konservasi Surabaya, diperoleh data-data sebagai berikut:
Dari pengamatan tersebut, bekantan sangat menyukai buah pisang dibanding sumber makanan lain yang diberikan. Akan tetapi, bekantan yang hidup liar umumnya lebih menyukai daun-daunan, karena sumber makanan inilah yang mudah ditemukan. Selain itu, monyet langka ini terkadang juga memakan beberapa jenis serangga. SebaranPopulasi bekantan dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan, terutama di habitat dekat sungai. Kawasan aliran sungai merupakan daerah yang paling rawan karena mengalami degradasi hutan tercepat akibat kegiatan manusia, seperti penebangan liar, pemukiman, dan sebagai lalu lintas pengangkutan hasil hutan berupa kayu. Berdasarkan persentase, bekantan yang berada di luar kawasan konservasi jauh lebih banyak dibanding di dalam area konservasi. 95% populasi monyet berhidung panjang ini hidup di luar kawasan konservasi, sehingga risiko keterancamannya semakin bertambah. Di pulau Kalimantan, perlindungan habitat dan populasi bekantan tersebar di 153 titik, antara lain: Diketahui, populasi bekantan saat ini sekitar 1.000 ekor yang hidup di alam liar dan taman nasional di Kalimantan dengan perkiraan luas 29.500 km2. PerkembangbiakanBekantan jantan memasuki usia produktif ketika berumur 7 tahun, sedangkan pada betina telah memasuki usia produktif pada umur 4 tahun. Dalam sekali reproduksi, umumnya induk bekantan akan menghasilkan satu anak. Betina akan mengalami masa kehamilan sekitar 166 hari atau 5-6 bulan. Mereka biasanya melahirkan pada malam hari dengan bayi berwajah biru dan bulu hitam jarang-jarang. Kemudian pada usia 3 atau 4 bulan bulu tersebut mulai lebat dan berubah warna. Anak bekantan akan hidup bersama induknya hingga berusia 4 tahun atau 5 tahun. baca juga: (A-Z) Daftar Hewan Endemik Indonesia (Lengkap) Kelompok bekatan yang berjumlah 10 hingga 20 ekor biasanya terdiri dari 1 penjantan yang akan diperebutkan oleh betina-betina pada musim kawin. Monyet langka ini memiliki umur hidup yang pendek atau hanya sekitar 13 tahun di alam liar. Sedangkan jika hidup di habitat konservasi, usianya dapat mencapai 30 taun. AncamanPopulasi bekantan saat ini terancam oleh kegiatan perburuan ilegal dan kerusakan habitat alami hutan. Alih fungsi hutan, illegal logging, serta kebakaran hutan memberikan pengaruh terhadap populasi di alam liar. Menurunnya populasi bekantan akan berdampak pada turunnya kualitas lahan basah. Selain itu, juga berpengaruh terhadap rantai makanan dan menyebabkan penurunan populasi macan dahan kalimantan. Perlunya aturan-aturan tegas dari pemerintah tentu sangat diharapkan, agar kelestarian bekantan dapat terus terjaga. Status KonservasiBekantan tersebar di hutan-hutan sekitar muara atau pinggiran sungai di Kalimantan, misalnya di tepi sungai Pulau Kaget dan Pulau Laut, Kalimantan Barat. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature and Natural Resources – IUCN Red List, bekantan termasuk dalam kategori Terancam (Endangered) dan juga termasuk primata yang terdaftar di dalam Appendix I oleh CITES – Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora sebagai satwa yang tidak boleh diperdagangkan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian LHK juga telah menerbutkan peraturan yang melindungi kelestarian bekantan melalui Permen LHK Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Permen LHK Nomor P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Pelestarian BekantanMenurut laporan yang kami himpun, para tahun 1994 populasi bekantan di Kalimantan diperkiran berjumlah 114.000 ekor. Namun dalam simposisum PHVA tahun 2004, populasi monyet hidung besar ini menurun drastis menjadi 25.000 ekor di alam liar dan di kawasan konservasi sekitar 5.000 ekor. Bahkan ada laporan bahwa kini jumlahnya kurang dari 1.000 ekor. Penurunan populasi tersebut menuntut peran pemerintah dalam mengupayakan perlindungan dan pelestarian. Beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk melestarikan satwa endemik Kalimantan ini, antara lain:
Selain upaya dari pemerintah, pada tahun 2016 tercatat adanya kegiatan dari si kembar Gabriella dan Giovanna untuk melindungi kelestarian bekantan. Kegiatan ini dinamakan The Bekantan Twins Project, yakni sebuah kegiatan penggalangan dana untuk pembangunan konservasi bekantan di Pulau Bakut. Mitos BekantanTerdapat legenda lokal yang menyebutkan jika pulau yang dihuni bekantan (pulau Kambang) merupakan perwujudan dari kapal milik Belanda yang ditenggelamkan. Mitos ini menyatakan bahwa bekantan berasal dari orang-orang Belanda. Ketika para tentara Belanda ingin menyerang kerajaan yang dipimpin oleh Datu Pujung dengan menyeberangi sungai Martapura, mereka dihadang oleh para pejuang Banjar. Namun karena kalah persenjataan, maka pejuang ini pun kalah dan Banjar hampir dikuasai Belanda. Selanjutnya, para pejuang Banjar yang terdesak berdoa agar diberi pertolongan. Doa ini pun terkabul dan kapal perang Belanda tenggelam bersama tentaranya. |