Apakah bahaya batuk alergi pada anak?

Apakah bahaya batuk alergi pada anak?

Balita Anda batuk? Tidak selalu berarti ia sakit, lho! Tapi, jangan lantas mengabaikan batuknya.

Biasanya, orang tua mengasosiasikan batuk dengan gejala adanya gangguan pada saluran pernapasan. Namun, pada bayi dan balita seringkali batuk hanyalah suatu bentuk refleks yang dilakukan tubuhnya untuk menjaga kesehatan dan fungsi kerja organ. Batuk membantu membersihkan jalan atau saluran udara di tenggorokan dan dadanya!

Itu sebabnya, dr. Mardjanis Said, Sp.AK, Sub Bagian Pulmonologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mengatakan, “Orang tua sebaiknya tetap waspada terhadap batuk balita. Sebab, bayi dan balita biasanya peka terhadap pengaruh lingkungan, misalnya zat-zat atau bahan kimia, serta berbagai jenis kuman. Kalau tubuhnya sangat peka atau hipersensitif, zat atau bahan kimia dapat bersifat alergen, yakni merangsang timbulnya alergi.”

Batuk jenis apa? Berdasarkan penyebabnya, dr. Mardjanis membedakan batuk menjadi 2 kelompok, yakni:

  • Batuk alergi. Mungkin saja batuk karena alergi debu rumah, asap rokok, serpihan kulit atau bulu binatang, serbuk sari tumbuhan, makanan, zat-zat kimia yang disemprotkan, dan sebagainya. Batuk alergi ini dapat hilang secara spontan, asal alergen penyebabnya tidak ada atau dihilangkan.

    Dr. Mardjanis menambahkan, “Selama batuk alergi yang diderita tidak mengganggu aktivitasnya, sebenarnya anak tidak perlu minum obat.” Kalau batuknya sudah sangat mengganggu, misalnya menyebabkan sesak napas, barulah ia perlu diberi obat. “Konsultasi dengan dokter adalah jalan terbaik,” katanya lagi.

  • Batuk non-alergi. Batuk jenis ini disebabkan infeksi kuman, terutama jenis virus dan bakteri. Batuk non-alergi biasanya disertai demam dan gejala lainnya.

    “Pengobatan harus sesuai penyebabnya. Jika batuknya karena bakteri, obat yang diberikan biasanya antibiotika. Namun jika penyebabnya adalah virus, hingga kini masih belum ada pengobatan yang benar-benar mempan. Untungnya, jenis-jenis virus yang sering menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas, kebanyakan bukan dari jenis yang bersifat ganas. Anak dapat sembuh dengan sendirinya,” sambungnya.

    Demam atau panas yang biasa menyertai batuk non-alergi juga biasanya akan turun setelah 2-3 hari. Begitu pula batuk dan pileknya. Namun, jika kondisinya tidak juga membaik setelah 2-3 hari atau malah makin parah, segera bawa balita ke dokter.

Mudah dicegah. Sebenarnya, pencegahan batuk alergi mudah saja. Caranya? Kenali dulu jenis alergennya. Lalu, hindarkan balita terpapar atau melakukan kontak dengan alergen tersebut.

Salah satu jenis alergen yang paling sering menjadi “biang keladi” batuk jenis ini adalah debu rumah. Itu sebabnya, jagalah kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun lingkungan. Selain kebersihan rumah tetap terjaga, hipersensitivitas kecil dapat berkurang secara bertahap, atau bahkan hilang sama sekali sejalan dengan bertambahnya usia balita.

Cuma itu? Tentu tidak! “Kebiasaan berpola hidup bersih dan sehat dalam keluarga secara otomatis akan memperkecil serangan kuman penyakit penyebab batuk non-alergi, dan juga kuman-kuman penyakit lainnya,” tutur dr. Mardjanis.

Baca juga:

Halodoc, Jakarta - Rasanya hampir tiap orang pernah mengalami batuk-batuk, paling tidak sekali dalam seumur hidupnya. Nah, penyebab batuk ini beragam, bisa karena serangan bakteri, virus, atau pula akibat alergi yang idap tubuh. Lalu, bagaimana cara membedakan batuk akibat virus dan alergi? 

Sebenarnya agak sulit untuk membedakan apakah batuk yang kita alami akibat virus atau batuk alergi. Sebab keduanya memiliki gejala yang hampir sama. Misalnya, bersin, hidung berair, atau batuk-batuk. Meski begitu, terdapat beberapa perbedaan antara batuk akibat virus dan alergi. 

Baca juga: Kenali 5 Penyebab Batuk Berdahak yang Sering Diabaikan

Batuk Alergi, Gegara Sistem Imun

Batuk alergi ini dipicu akibat sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara berlebihan terhadap zat tertentu yang memicu alergi (alergen). Dalam kondisi ini, tubuh akan mengeluarkan zat kimia bernama histamin. Histamin inilah yang bisa menyebabkan saluran hidung bengkak dan membuat kita bersin atau batuk. 

Nah, gejala batuk alergen ini biasanya muncul begitu tubuh terpapar alergen, seperti: 

  • Serbuk sari tanaman.

  • Kecoak.

  • Debu.

  • Bulu hewan piaraan, seperti burung, anjing, atau kucing.

  • Spora dari jamur yang tumbuh di dalam rumah.

Batuk alergi biasanya juga disertai gejala lain, yaitu rasa menggelitik di tenggorokan. Batuk akibat alergi ini bisa saja memburuk pada malam hari, karena posisi tubuh akan lebih sering berbaring atau tidur. Kondisi ini membuat dahak akan tergenang di paru dan naik ke tenggorokan. Nah, hal inilah yang memunculkan refluk batuk.

Batuk Virus Munculkan Beragam Keluhan

Batuk terdiri dari dua jenis, yaitu akut dan kronis. Nah, kebanyakan  akut ini disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Nah, batuk yang disebabkan oleh virus contohnya pada penyakit flu. 

Baca juga: Cegah Flu dan Batuk, Ini Cara Membiasakan Anak Cuci Tangan

Di sini, pengidapnya tak hanya mengalami batuk saja, tetapi juga sederet gejala lainnya. Seperti pilek, demam, bersin, sakit tenggorokan, nyeri otot, lemas, menggigil, hingga sakit kepala. Dengan kata lain, batuk yang disebabkan oleh virus akan menimbulkan beragam keluhan lainnya. 

Keluhan atau gejala di atas tak muncul begitu saja, seperti halnya batuk akibat alergi (muncul begitu terpapar alergen). Gejala biasanya muncul 2–3 hari setelah tubuh terinfeksi virus. Hal yang perlu ditegaskan, batuk akibat virus ini bisa menular pada orang lain, berbeda dengan batuk akibat alergi. Batuk alergi tak menular, tetapi sebagian orang memiliki kecenderungan secara genetik untuk mengalaminya. 

Hati-Hati Bila Tak Kunjung Sembuh

Batuk yang tak kunjung sembuh rasanya enggak boleh dipandang remeh. Sebab bisa jadi kondisi tersebut menandai adanya masalah yang lebih serius. Salah satu contohnya adalah tuberkulosis (TB) atau TBC. 

TB merupakan penyakit yang menyerang paru-paru. Kita mesti hati-hati dengan penyakit ini, sebab TBC bisa mengakibatkan kematian bila tak ditangani dengan tepat. Mereka yang belum diperiksa dan diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. 

Baca juga:  5 Ciri Penyakit TBC yang Perlu Diwaspadai

Ingat, jangan sekali-kali meremehkan penyakit yang satu ini. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam banyak kasus TBC bisa sebabkan kematian pada pengidapnya. Nah, salah satu gejala umum dari TB adalah batuk yang terjadi secara terus (3 minggu atau lebih). 

Biang keladi dari penyakit paru ini disebabkan oleh infeksi kuman atau bakteri. Namanya Mycobacterium tuberculosis. Meski bisa menular lewat percikan ludah pengidapnya, tetapi penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan lama dengan pengidapnya. Dengan kata lain, enggak semudah penyebaran flu.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Apakah bahaya batuk alergi pada anak?

Referensi:Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Tuberculosis.WebMD. Diakses pada 2020. Allergy Shots: What to Know. WebMD. Diakses pada 2020. Is It a Common Cold or Allergies?Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Influenza (Flu).Kompas.com. Diakses pada 2020. Pahami, Ini Perbedaan Batuk karena Gejala Terinfeksi Virus Corona dan Batuk Biasa.

Batuk alergi pada anak apakah berbahaya?

Batuk akibat alergi, selama tidak sampai menyebabkan penderitanya mengalami sesak napas, gangguan tidur, lemas, atau muntah-muntah umumnya tidaklah berbahaya.

Apakah batuk alergi berbahaya?

Batuk alergi disebabkan oleh respons berlebih dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat pemicu alergi atau alergen yang sebenarnya tidak berbahaya.

Bagaimana mengatasi batuk alergi pada anak?

Penanganan Batuk Alergi pada Anak Untuk membantu meringankan gejala batuk yang dialami, dokter kemungkinan akan memberikan jenis obat seperti antitusif untuk menekan refleks batuk, antihistamin untuk meredakan gejala alergi, dan dekongestan untuk mengatasi hidung tersumbat, sesuai usia dan kondisi anak.

Berapa lama batuk alergi pada anak?

Batuk alergi tidak seperti pilek atau batuk berdahak biasa, dapat disertai hidung berair, mata berair, dan gatal. Bisa berlangsung selama berhari-hari sampai berbulan bulan, selama penyebab alergi masih ada.

Bagaimana penyembuhan batuk karena alergi?

Cara Mengatasi Batuk Alergi dan Batuk Biasa secara Alami.
Perbanyak minum air putih agar tubuh tetap terhidrasi..
Konsumsi cairan hangat pereda batuk, misalnya minuman mentol, madu, teh chamomile, atau teh jahe untuk meredakan rasa gatal di tenggorokan..

Apa penyebab batuk alergi pada anak?

Alergen yang dapat memicu batuk alergi di antaranya adalah makanan, tungau debu rumah, asap rokok, udara dingin, spora jamur, dan lain-lain.