Halodoc, Jakarta - Bedong merupakan teknik membungkus tubuh bayi yang baru lahir dengan kain dan merupakan salah satu tradisi turun-temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, bedong dilakukan untuk membantu bayi merasa nyaman, agar dapat tidur dengan tenang. Namun, bagaimana jika bayi dibedong terus-menerus? Apa dampaknya bagi kesehatan Si Kecil sendiri?
Baca juga: Perhatikan Waktu Tidur Bayi untuk Tumbuh Kembang Si Kecil
Ibu mungkin akan melakukan langkah yang satu ini ketika Si Kecil lahir. Namun, apakah jika terus-menerus dilakukan tidak membahayakan kesehatannya? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membedong Si Kecil. Kegiatan yang satu ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menenangkan bayi yang baru lahir ketika mereka rewel dan sulit tidur.
Teknik yang dilakukan dengan membungkus bayi menggunakan kain akan membuat Si Kecil merasa seperti masih berada di dalam rahim. Selain akan merasa nyaman, bedong pada Si Kecil dapat mengurangi refleks kaget yang bisa saja membangunkannya saat tidur. Namun, ibu perlu berhati-hati, ya. Pasalnya, jika membedong bayi terlalu ketat justru akan mendatangkan bahaya.
Perlu ibu ketahui, bahwa bayi masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Jadi, jika ibu membedong Si Kecil dengan menarik kaki dan mengikatnya, hal ini justru akan menghambat pertumbuhan bayi. Dengan menarik bagian kakinya, akan menghambat perkembangan sendi kaki. Bahkan, saraf-saraf pada kakinya bisa saja mengalami masalah.
Baca juga: 6 Manfaat Membedong Bayi
Lepas Bedong Jika Si Kecil Memiliki Kondisi Ini
Tidak semua bayi akan menikmati ketika dibedong. Kadang, Si Kecil akan melakukan cara berikut ini untuk menunjukkan ibu jika mereka tidak suka dengan keadaannya. Jika Si Kecil berada pada kondisi 4 kondisi berikut. Ibu, jangan lupa lepas bedong pada Si Kecil, ya.
Merasa rewel dan menangis layaknya sedang memberontak. Hal ini menunjukkan Si Kecil tidak nyaman, bisa jadi ia merasa kepanasan.
Memberontak ketika hendak dipasangkan bedong. Hal ini terjadi setiap kali ingin membedong bayi.
Si Kecil akan menghindar dengan cara berguling, bahkan tengkurep. Jika ibu memaksakan untuk terus membedongnya, Si Kecil bisa saja kesulitan dalam bernapas.
Jika Si Kecil sudah mulai besar dan lebih suka bergerak bebas, membedongnya justru akan membuatnya tidak nyaman. Maka dari itu, ibu lebih baik tidak membedongnya ketika usianya beranjak dua bulan.
Bayi yang sedang menyusui, disarankan untuk tidak menggunakan bedong. Hal ini dilakukan agar tangannya bisa bebas menyentuh dan bergerak. Namun, jika sudah tidak dibedong dan Si Kecil masih rewel dan mengamuk, bisa jadi ia sedang mengalami masalah kesehatan lainnya.
Jika ibu menemukan Si Kecil dengan kondisi tersebut, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter ahli di aplikasi Halodoc untuk mengetahui langkah penanganan yang harus ibu lakukan. Jika Si Kecil positif mengidap masalah kesehatan, ibu dapat segera menanganinya guna menghindari komplikasi yang bisa saja terjadi.
Baca juga: Ini Barang Wajib untuk Bayi Baru Lahir
Tips Aman Membedong Bayi
Agar bayi tidak rewel, bedong dengan cara yang aman dan tidak berisiko. Berikut ini tips yang dapat ibu lakukan:
Pilih jenis kain yang nyaman dan lembut.
Jangan membedong bayi dengan terlalu kencang.
Jangan membedong bayi seharian penuh.
Cukup bedong bayi saat udara sedang dingin dan saat Si Kecil sedang tertidur. Dengan begitu, Si Kecil tetap dapat bergerak bebas dan tumbuh kembangnya tidak akan terganggu.
Kegiatan membedong bayi seolah sudah menjadi tradisi turun temurun di kalangan para orang tua. Kata orang zaman dulu, bedong dilakukan agar bayi selalu merasa hangat dan membuat kakinya tidak bengkok. Namun, apa bayi harus dibedong di zaman sekarang?
Apa Bayi Harus Dibedong?
Bedong bayi merupakan teknik membungkus bayi dengan kain dari bagian dada hingga ujung kaki, sehingga hanya bagian kepala hingga area pundak saja yang bebas. Teknik ini menyerupai suasana bayi ketika masih di dalam rahim sang Ibu.
Jika ditanya apa bayi harus dibedong, jawabannya tidak harus, Mums. Dokter Kimberly Edwards, dokter anak di Austin Regional Clinic, sebenarnya tidak lagi merekomendasikan teknik ini dilakukan di masa yang sekarang. Namun, bila bayi bisa ditenangkan saat rewel atau tidur lebih nyenyak dengan dibedong, ini boleh-boleh saja untuk dilakukan.
Salah-salah, Bedong Bayi Bisa Berdampak Buruk
Setelah mengetahui jawaban apa bayi harus dibedong, hal berikutnya yang harus Mums memperhatikan teknik bedong bayi. Pasalnya, bila bedong bayi tidak tepat, bisa membahayakannya, bahkan berujung pada kematian!
Walau kurang familier, ada sebuah kondisi bernama kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS) pada bayi di bawah 12 bulan tanpa penyebab yang jelas. SIDS kerap terjadi ketika bayi sedang tidur.
Bila bayi dibedong terlalu ketat, ia bisa saja mengalami kesulitan bernapas atau tidak bisa bernapas saat tanpa sengaja berganti posisi menjadi tengkurap. Sementara bila bayi dibedong terlalu longgar, kain bedong dapat tanpa sengaja menutupi mulut dan hidungnya saat tidur. Keduanya dapat membahayakan nyawa bayi karena mengakibatkan SIDS.
Risiko lain dari teknik bedong bayi yang tidak tepat adalah displasia panggul. Kondisi ini terjadi ketika pinggul tidak berkembang dengan seharusnya. Saat kaki diluruskan dan diikat terlalu kencang oleh bedong bayi, persendian si Kecil dapat terkilir dan tulang rawannya rusak. Padahal, penting untuk memberikan ruang bagi pinggul bayi bergerak secara leluasa.
Bedong juga bisa menyebabkan bayi kegerahan. Jadi, pastikan si Kecil tidak kepanasan selama dibedong. Tanda bayi kegerahan ialah:
- Berkeringat.
- Rambutnya basah dan lepek.
- Muncul ruam atau pipinya memerah.
- Napasnya terdengar berat.
Apa yang Perlu Dipertimbangkan dan Kapan Harus Berhenti Bedong Bayi?
Apa bayi harus dibedong jawabannya tidak selalu ya, Mums. Semuanya kembali lagi pada kondisi dan karakter masing-masing bayi. Jika si Kecil tampak senang dan nyaman selama dibedong, maka silakan dilakukan. Namun, bila si Kecil kelihatan semakin rewel dan kegerahan, maka sebaiknya hentikan.
Kebanyakan dokter anak dan American Academy of Pediatrics menyarankan orang tua berhenti membedong bayi ketika mencapai usia 2 bulan. Berdasarkan keterangan dari dr. Edwards, hal ini disebabkan bayi mulai bisa berguling di usia 4 bulan. Ditakutkan ketika ia berguling dan tengkurap dalam keadaan masih dibedong, si Kecil tidak bisa kembali ke posisi telentang dan kesulitan bernapas.
Selain itu, Mums juga perlu mempertimbangkan beberapa hal ini:
- Pastikan bayi selalu dalam pengawasan orang dewasa bila tidur sambil dibedong. Jangan sampai ia tidur dalam posisi tengkurap.
- Dokter Edward menyarankan teknik bedong yang tepat, yaitu dengan tidak membedong bayi terlalu ketat, sehingga pinggulnya masih bisa bergerak, tetapi posisi tangan tetap di dalam kain. Pastikan ada jarak seukuran tangan Mums antara dada bayi dan kain bedong.
- Jangan membedong bayi terus menerus. Berikan waktu untuk tubuhnya bergerak secara leluasa agar bisa berkembang secara optimal.
Nah, itulah jawaban apa bayi harus dibedong ya, Mums. Tenang saja, seiring waktu, si Kecil akan beradaptasi dan bisa menenangkan dirinya sendiri tanpa harus dibedong, kok! (AS)
Referensi
Harvard Medical School: Should you swaddle your baby?
Healthline: When Should I Stop Swaddling My Baby?