Apa yang kamu ketahui tentang wayang cokek

Editor: Redaksi Tgl: 10 February

Tari Cokek

Ciledugonline.com - Salah satu kesenian yang ada di DKI Jakarta adalah tari Cokek. Tari Cokek merupakan perpaduan antara kebudayaan Betawi dengan unsur China dan sudah ada sejak awal abad ke-20. 

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Cokek merupakan kesenian Betawi yang ditarikan dengan iringan gambang kromong. 

Kata Cokek berasal dari bahasa China "cukin", yaitu selendang yang panjangnya kurang dari satu meter yang dipakai oleh para penari wanita untuk menggaet pasangannya. 

Sejarah tari Cokek 

Berdasarkan berbagai keterangan, tari Cokek dulu dikembangkan oleh para tuan tanah China sampai menjelang Perang Dunia (PD) II. 

Kelompok tari tersebut masih dimiliki oleh orang-orang China peranakan. 

Ada pula yang mengartikan "cokek" sebagai penyanyi yang merangkap penari dan biasanya cokek dipanggul untuk memeriahkan suatu hajatan, saat kenduri, atau perayaan. 

Para Cokek disamping menyemarakan suasana pesta dengan nyanyian dan tarian, mereka juga membantu para tamu dalam perjamuan, seperti menuangkan minuman, menambah nasi atau lauk pauk dengan sikap luwes. 

Pada perkembangan selanjutnya, cokek diartikan sebagai tarian pergaulan yang diiringi oleh orkes gambang kromong dengan penari-penari wanita yang disebut wayang cokek. 

Para tamu diberi kesempatan untuk ikut menari bersama, berpasangan dengan para cokek. Orang-orang Betawai menyebutnya "ngibing cokek". 

Selama ngibing biasanya mereka juga sambil minum-minuman keras untuk menambah semangat menari. 

Dikutip dari buku BATAVIA 1740 – Menyisir Jejak Betawi (2010) karya Windoro Adi, para penari cokek belajar menari dari sejumlah guru tari yang khusus didatangkan dari China. 

Tak heran bila tarian cokek didominasi gerakan tarian China. 

Pada zaman dulu yang menari adalah perempuan belai yang menjadi budak. 

Pertunjukkan tari Cokek 

Tari Cokek sebelum dilakukan pertunjukkan, terlebih dahulu disajikan wayangan. Di mana para penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kramong. 

Tangan penari merentang setinggi bahu mengikuti gerakan kaki. Selanjutnya para penari mengajak penonton untuk menari bersama. 

Caranya dengan mengalungkan selendang pertama-tama kepada tamu yang dianggap terhormat. 

Ketika tamu yang diserahi selendang bersedia menari, maka mulailah penari dan tamu ngibing, menari berpasang-pasangan. 

Tiap pasangan berhadapan dengan jarak dekat tapi tidak saling bersentuhan. Tapi ada kalanya pasangan saling membelangkangi. 

Jika tempatnya luas, pasangan penari tersebut bisa melakukan gerakan memutar. 

Warna selendang ada beberapa seperti merah, hijau, ungu, kuning, merah muda, atau biru. 

Fungsi tari Cokek 

Tari Cokek merupakan salah satu bentuk tari pergaulan masyarakat Betawi sebagai perpaduan antara nilai-nilai kebudayaan Betawi dengan masyarakat luar. 

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), tari Cokek dipertunjukan pada perayaan pernikahan, selamatan keluarga, atau hiburan lainnya. 

Sebagai hiburan kesenian yang bersifat pergaulan, tari Cokek cukup populer dan berkembang di Jakarta dan daerah sekitarnya seperti Bekasi dan Tangerang. 

Sekarang tari Cokek tidak hanya di dominasi oleh warga keturunan China saja, tapi juga warga pribumi yang berbaur dengan warga keturunan China baik sebagai pemain dalam group seni atau sebagai penonton. 

Kostum tari Cokek 

Busana yang dipakai penari tari Cokek berupa baju kurung dan celana dari bahan semacam sutra dengan warna yang mencolok. 

Pada ujung bawah celana biasanya diberi hiasan dengankain yang serasi. Selembar selendang panjang terikat di pinggang dengan kedua ujungnya terjurai ke bawah. 

Rambut penari tersisir rapi ke belakang. Ada juga yang dikepang kemudian disanggulkan dengan bentuk tidak terlalu besar, lalu dihias dengan tusuk konde bergoyang-goyang. 

Kemudian diberi hiasan benang wol yang dikepang atau dirajut. Menurut istilah setempat disebut "burung hong". 

Burung hong menurut istilah berasal dari pembasteran kata "feng huang" yang berasal dari bahasa Hakka, China Daratan. 

Feng huang adalah burung mitologis, semacam burung pheonix yang dipercaya sebagai burung pembawa keberuntungan.

sumber: kompas 

Tari Cokek merupakan tarian yang berasal dari budaya Betawi tempo dulu. Dewasa ini orkestra (gambang kromong) biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan tarian, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Tari cokek ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian khas Tangerang ini diwarnai budaya Tionghoa, penarinya mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian cokek mirip sinetron dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penarinya.

Tari cokek

Pertunjukan tari cokek

Etimologidiambil dari nama selendang yang digunakan dalam tarian atau diambil dari nama Tuan Tanah Tionghoa, Tan Sio Kek.[1]InstrumenSuling,Gong,Kendang,Gendang,Sukong,Tehyan,KongahyanAsal
Jakarta, Indonesia

Wawayangan menjadi pembukaan dalam tari Cokek. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kromong. Rentangan tangannya setinggi kepala seirama gerakan kaki. Setelah itu mereka mengajak tamu menari bersama dengan mengalungkan selendang. Pertama-tama kepada tamu yang dianggap paling terhormat. Bila yang disertai selendang itu bersedia ikut menari, maka mulailah mereka menari berpasang-pasangan. Tiap pasangan berhadapan pada jarak yang dekat tetapi tidak saling bersentuhan. Adakalanya pasangan-pasangan itu saling membelakangi. Kalau tempatnya cukup leluasa biasa pula ada gerakan memutar dalam lingkaran. Pakaian penari cokek biasanya terdiri atas baju kurung dan celana panjang dari bahan semacam sutera berwarna.

Ada berbagai macam warna selendang yang ada, seperti merah, hijau, ungu, kuning, merah muda, biru dan sebagainya. Di ujung sebelah bawah celana panjang biasa diberi hiasan dengan kain berwarna yang serasi. Selembar selendang panjang terikat pada pinggang dengan kedua ujungnya terurai ke bawah rambutnya tersisir rapih licin ke belakang. Ada pula yang dikepang kemudian disanggulkan yang bentuknya begitu besar, dihias dengan tusuk konde bergoyang-goyang.

  • Tari Cokek Betawi dibawakan oleh staff WHO Indonesia

 

Artikel bertopik tarian di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

  1. ^ //www.selasar.com/tari/cokek/#a_Gambang_Kromong

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cokek&oldid=18968145"

Gamelan cokek adalah sebuah orkes kecil khas daerah ibu kota, Jakarta.[1] Musik gamelan ini sudah mulai berkembang saat Jakarta masih menyandang nama Batavia atau Betawi (menurut logat penduduk asli).[1] Adapun komponennya terdiri dari sebuah gambang kayu (Inggris:Xylophpne]], sebuah rebab, sebuah suling ditambah dengan sebuah kempul.[1] Selain alat-alat tersebut, sering kali pemain juga menambah instrumen musik yang lain, seperti kenong, ketuk, kecak, dan kendang.[1]

Kenong, salah satu komponen tambahan dalam permainan Gamelan cokek

Orkes ini biasanya digunakan sebagai musik pengiring sebuah permainan rakyat yang dikenal dengan nama wayang cokek.[1] Permainan yang satu ini merupakan kombinasi antara nyanyian dan tarian yang kerap kali dilakukan oleh wanita.[1] Menurut pengamatan budayawan Tionghoa yang bernama David Kwa, wayang ini semula tidak hanya menyanyi, namun juga membawakan peran dalam sebuah pertunjukan opera.[2] Hal ini diperkuat dengan adanya riwayat Oei Tamba Sia dalam Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia jilid 5, di mana Oei digambarkan memiliki hubungan dengan wayang si Botan.[2] Para penari dalam orkes kecil ini asal mulanya adalah budak-budak belian (Inggris:slave girls).[1] Seiring dengan waktu, akhirnya budak-budak tersebut diganti oleh wanita biasa yang berasal dari kalangan penduduk.[1] Saat pertunjukan, rambut mereka yang panjang terurai dikepang (koncet), sedang untuk pakaiannya, sering kali menggunakan baju kurung.[1]

  1. ^ a b c d e f g h i Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Inonesia.Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve.Hal 1067
  2. ^ a b "Senja Kala Wayang Cokek". Kompas Web. Diakses tanggal 24 Mei 2014. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_cokek&oldid=18620897"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA