Apa yang dimaksud dengan kalibrasi pada proses permesinan

Hasil pengukuran yang dilakukan oleh beberapa alat sejenis belum tentu menunjukan hasil yang sama, meskipun alat tersebut memiliki kesamaan tipe. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,  seperti lingkungan, operator, dan metode pengukuran.

Tentunya, dari kegiatan pengukuran tersebut diharapkan dapat menghasilkan batas ukur yang sama, baik dalam bidang keamanan, kesehatan, transaksi, dan keselamatan.

Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur yang sama, alat ukur tersebut perlu memiliki ketelusuran standar nasional atau internasional. Cara untuk memberikan jaminan bahwa alat yang digunakan memiliki ketelusuran pada standar nasional ataupun internasional adalah dengan melakukan kalibrasi.

Menurut ISO/IEC 17025 & Vocabulary of Metrology (VIM), kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran.

Seacara umum kalibrasi merupakan perbandingan antara pengukuran (standar) yang diketahui dengan pengukuran standar menggunakan instrument dan setiap alat ukur memiliki standar keakuratan yang akan diuji.

Kalibrasi alat ukur memiliki dua tujuan yaitu untuk memeriksa keakuratan instrumen dan menentukan ketertelusuran pengukuran. ahli kalibrasi juga menemukan bahwa adanya berbedaan hasil pengukuran pada alat ukur sebelum dan sesudah kalibrasi.

Kegiatan kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan mikrometer eksternal sehingga keakuratan skala menjadi parameter utama untuk kalibrasi. Selain itu, untuk kalibrasi skala, digunakan alat pengukur slip yang sudah dikalibrasi.

Mengapa kalibrasi itu penting?

Keakuratan semua alat ukur akan menurun dari waktu ke waktu. Namun, penurunan akurasi juga dapat disebabkan oleh adanya aliran listrik atau lingkungan manufaktur yang berbahaya (misalnya adanya tumpahan minyak, metal chips dll.). Perubahan tersebut bergantung pada jenis instrumen dan lingkungan tempat penggunaannya, dimana faktor tersebut dapat menjadi penyebab menurunya kualitas keakuratan dalam jangka waktu pendek atau lama.

Intinya adalah kalibrasi dapat meningkatkan keakuratan alat ukur, sedangkan alat ukur yang akurat dapat meningkatkan kualitas produk.

Manfaat Kalibrasi

Bagi industri manufaktur, proses pengukuran pada instrumen harus terkalibrasi hingga mendapatkan hasil yang akurat. Kegagalan untuk melakukan kalibrasi di bidang manufaktur dapat disebabkan oleh cedera pada tenaga ahli atau bahkan adanya bencana alam.

Manfaat kalibrasi bagi industri manufaktur adalah:

  • Pemenuhan kualifikasi persyaratan ISO/QMS
  • Keakuratan hasil pengujian terhadap output produksi
  • Kepentingan pengendalian produksi yang baik
  • Panduan dalam membaca alat ukur yang digunakan
  • Panduan dalam membuat laporan berdasarkan data yang akurat

Kapan perusahaan harus mengkalibrasi alat ukur?

Sebenarnya penentuan waktu untuk mengkalibrasi tergantung pada perusahaan itu sendiri. Karena, instrument atau alat ukur yang dimiliki menjadi tanggung jawab perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat meminta saran dari laboratorium yang sudah terkualifikasi mengenai waktu yang tepat untuk mengkalibrasi instrument dan alat ukur.

Penentuan waktu kalibrasi sebenarnya bisa diperkiran seperti mengganti oli kendaraan. Misalkan, alat ukur harus dikalibrasi saat mencapai 400 jam penggunaan atau setahun sekali dari masa pemakaian.

Biaya dan risiko terkait dengan alat pengukur yang tidak dikalibrasi bisa jauh lebih tinggi daripada biaya pada alat ukur yang terkalibrasi. Oleh karena itu, disarankan bahwa alat ukur tersebut dikalibrasi secara teratur oleh perusahaan yang memiliki reputasi baik.

www.tempcon.co.uk
www.surecontrols.com
www.quora.com

Filosofi kalibrasi 

Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.


Definisi Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional. Kalibrasi bisa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional bahan – bahan acuan tersertifikasi, serta mengikuti petunjuk didalam ISO/IEC 17025:2005. Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Dengan kata lain: Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Tujuan kalibrasi

  • Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrumen ukur.
  • Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
  • Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.  
  • Menentukan apakah peralatan masih layak digunakan sesuai dengan fungsinya. 
  • Deteksi, korelasi, melaporkan dan mengeliminasi setiap variasi keakuratan alat uji.


Manfaat Kalibrasi

  • Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
  • Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
  • Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. 


Prinsip Dasar Kalibrasi

  • Obyek Ukur (Unit Under Test)
  • Standar Ukur (Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi)
  • Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat)
  • Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)


Kalibrasi diperlukan untuk:

  • Perangkat baru
  • Suatu perangkat setiap waktu tertentu
  • Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
  • Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
  • Ketika hasil observasi dipertanyakan

Kalibrasi pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, terdapat direktorat metrologi yang memiliki standar pengukuran (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi perangkat yang dikalibrasi. Direktorat metrologi juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara (dan, seringkali, negara lain) dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat yang digunakan. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisa ketidakpastian.

Persyaratan Kalibrasi

  • Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
  • Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
  • Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang terakreditasi
  • Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran udara, dan kedap getaran
  • Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak

Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.


Prosedur Kalibrasi 1. Identifikasi alat yang dikalibrasi 2. Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External ) 3. Menyiapkan alat / bahan 4. Melakukan kalibrasi 5. Membuat laporan kalibrasi 6. Evaluasi hasil kalibrasi 7. Sesuai standar - Ya ( Mencatat / memasang label kalibrasi ) - Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ► Laporan ► Membuat laporan kerusakan ► Prosedur perbaikan alat )

CARA KALIBRASI MESIN KONVENSIONAL

1. Daftar alat yang dikalibrasi 2. Manual alat yang dikalibrasi ( Standar / nilai bias alat yang diperbolehkan ) 3. Personil kalibrasi yang terlatih ( Sertifikat dari laboratorium kalibrasi yang telah terakredirasi ) 4. Jadwal kalibrasi alat    - Internal (dilakukan sendiri).    - External (dilakukan oleh pihak luar). 5. Laporan kalibrasi 6. Catatan alat yang telah dikalibrasi 7. Cek form kalibrasi    - Nomor seri alat yang dikalibrasi    - Personil kalibrasi

   - Cros cek alat ke lapangan



Ketentuan – Ketentuan Pokok Kalibrasi 
Sifat Umum Alat Ukur 
Alat ukur merupakan alat yang dibuat manusia sehingga ketidaksempurnaan adalah ciri utama. Ketidaksempurnaan dapat diketahui melalui istilah Rantai Kalibrasi. Istilah Rantai Kalibrasi antara lain:

1. Kepekaan (Sensitivity)

Kemampuan Alat ukur menerima, mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran). Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah, sesuai denagn prinsip kerja yang diterapkan.

2. Histerisis (Histerysis)

Perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan (mulai dari skala Nol sampai skala maksimum kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala Nol). Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.

3. Keterbacaan (Readability)

Keterbacaan skala dengan penunjuk digitallebuh tinggi dibandingkan dengan keterbacaan skala dengan jarum penunjuk.

4. Kestabilan Nol (Zero Stability)

Suatu penyimpangan yang membesar tetapi dengan harga yang tetap atau berubah-ubah secara rambang tak stabil, dikarenakan ketidakkakuan system pemegang alat ukur atau benda ukur, kelonggaran system pengencang atau keausan sistem pemosisi.

5. Pengembangan (Floating)

Kadang-kadang terjadi pula jarum penunjuk dari alat ukur yang digunakan posisinya berubah-ubah. Atau kalau penunjuknya dengan sistem digital angka paling kanan atau angka terakhir berubah-ubah. Kejadian seperti ini dinamakan pengambangan. Kepekaan dari alat ukur akan membuat perubahan kecil dari sensor diperbesar oleh pengubah. Makin peka alat ukur makin besar pula kemungkinan terjadinya pengambangan. Untuk itu, bila menggunakan alat-alat ukur yang mempunyai jarum penunjuk pada skalanya atau penunjuk digital harus dihindari adanya kotoran atau getaran, juga harus digunakan metode pengukuran yang secermat mungkin.

6. Pergeseran (Shifting, Drift)

Pergeseran adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Kejadian seperti in sering disebut dengan istilah pergeseran, banyak terjadi pada alat-alatukur elektris yang komponen-komponennya sudah tua.


7. Kepasifan / Kelambatan Reaksi (Passivity)

Kepasifan Kadang-kadang sewaktu dilakukan pengukuran terjadi pula bahwa jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan harga yang kecil. Atau dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur Untuk alat-alat ukur mekanis kalaupun terjadi kepasifan atau kelambatan gerak jarum penunjuknya mungkin disebabkan oleh pengaruh pegas yang sifat elastisnya kurang sempurnya. Pada alat ukur pneumatis juga sering terjadi kepasifan ini misalnya lambatnya reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan tekanan udara. Hal ini disebabkan volume udaranya terlalu besar akibat dari terlalu panjangnya pipa penghubung sensor dengan ruang perantara.

Selang kalibrasi

Pertanyaan yang sering muncul dalam program kalibrasi adalah tentang frekuensi kalibrasi. Alat yang sering digunakan tentu cenderung lebih sering dikalibrasi daripada alat yang jarang digunakan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk instrumen berbasis elektronik, karena jarangnya digunakan justru cenderung merusak, karena itu alat harus dipanaskan setiap hari selama waktu tertentu.
Secara umum selang kalibrasi ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1.                  Kemantapan alat ukur / bahan ukur

2.                  Rekomendasi pabrik

3.                  Kecendrungan data rekaman kalibrasi sebelumnya

4.                  Data rekaman perawatan dan perbaikan

5.                  Lingkup dan beban penggunaan

6.                  Kecenderungan keausan dan penyimpangan

7.                  Hasil pengecekan silang dgn peralatan ukur lainnya

8.                  Kondisi lingkungan

9.                  Akurasi pengukuran yang diinginkan

10.              Bila peralatan tidak berfungsi dengan baik

Menyatakan selang kalibrasi dapat berupa waktu kalender misal sekali setahun, berupa waktu pakai misal 1000 jam pemakaian, berupa banyaknya pemakaian misal 1000 kali, dan berupa kombinasi dari cara tersebut tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Istilah dalam kalibrasi alat ukur :

1. Resolusi

Nilai skala terkecil / suatu ekspresi kuantitatif dari kemampuan alat penunjuk untuk perbedaan yang cukup berarti antara nilai yang terdekat dari jumlah yang ditunjukan.

2. Akurasi

Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi kedekatan terhadap harga sebenarnya dari objek yang diukur.

3. Presisi

Kecenderungan data yang diperoleh dari perulangan mengindikasikan kecilnya simpangan ( deviasi ).

4. Reaptibility
Ukuran variasi statistic data yang dihasilkan bila pengukuran dilakukan oleh personal, perlengkapan, serta ruangan dengan kondisi yang lama.

5. Readability

Kemampuan dari indra manusia dalam membaca data yang dihasilkan oleh suatu instrument.

Sumber- 1. Prosedur Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari. 2. Kalibrator Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi 3. Tenaga pengkalibrasi Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi skala. 4. Periode kalibrasi Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya. 5. Lingkungan Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat penerangan dan sebagainya. 6. Alat yang dikalibrasi

Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.

Hasil Kalibrasi antara lain:

1).Nilai Obyek Ukur

2).Nilai Koreksi/Penyimpangan

3).Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil                                                     pekerjaan yang diukur & analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)

Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

CARA KALIBRASI MESIN NONKONVENSIONAL

MESIN-MESIN CNC (MESIN-MESIN NON KONVENSIONAL)

Selama manusia bekerja dengan logam-logam, maka ia akan terus mencari cara-cara dan prosesproses untuk memperbaiki pekerjaan itu, 4 (empat) fase perkembangan pengerjaan logam

 1. Penggunaan kekuatan otot.

 2. Pemanfaatan sumber kekuatan.

 3. Peningkatan kemampuan dengan cara-cara kendali.

 4. Peningkatan kemampuan dengan penambahan “kecerdasan”.

 Cara pengendalian mesin Dengan memberikan semua informasi kepada mesin untuk dapat menghasilkan produk atau hasil tertentu. Untuk mesin konvensional : Informasi diberikan dengan memutar roda tangan (hand wheel) atau mengubah saklar. Operator mengambil informasi itu dari gambar, tabel, dll, serta memeriksa gerak perubahan mesin itu dengan pertolongan pembagian skala.  Pada mesin CNC (Computerized Numerical Control) : Informasi diberikan melalui kendali terpadu dan perintah tersebut di terjemahkan secara jelas bagi mesin itu. Sistem kendali kode nomor NC (Numerical Control), Kendali NC pertama kali digunakan thn 1952 di Amerika Serikat. Kendali NC dilakukan dengan bantuan angka-angka dan huruf-huruf dalam bentuk koordinat-koordinat melalui pertolongan kode-kode yang telah di standarisasi untuk menghasilkan gerakan-gerakan mesin dan perkakasnya yang dikehendaki. Suatu peralatan elektronika menerjemahkan sifat-sifat yang diberikan dalam perintah- perintah, serta memeriksa pula apakah mesin benar-benar mengerjakannya dengan baik. Sistem kendali kode nomor yg berbasis komputer (CNC : Computerized Numerical Control). Sistem kendali dengan penomoran generasi pertama dilakukan menggunakan tabung-tabung electron, sehingga penggunaannya terbatas hanya sampai beberapa proses saja di sebabkan tingginya biaya. - Dengan penemuan teknologi semikonduktor, biaya bisa di tekan lebih rendah sehingga teknologi numerical control bisa makin berkembang.  Sistem kendali tahap berikutnya dengan menggunakan rangkaian terpadu (Integrated Circuit : IC). Sistem kendali ini di rancang dengan cara hard wire logic (kendali dengan jalur/ kawat tetap), karena semua fungsi dalam jalur/ kawat. Program benda kerja dapat terbaca pada sebuah pita berlubang. Tahun tujuh puluhan di hasilkan kendali CNC yang pertama. Cara kendali dilakukan dengan komputer. Program benda kerja yang berisi informasi kendali ini dapat di ubah dan di simpan. Karena kemudahannya bagi pemakai, system kendali berbasis komputer ini tahun demi tahun meningkat pesat. Permasalahan yang muncul pada penggunaan mesin konvensional :

1. Untuk pembuatan suatu produk harus dilakukan penyetelan-penyetelan yang memakan banyak waktu, sering hanya 20 – 30 % jam kerja mesin yang digunakan untuk berproduksi. Sisa waktu lainnya digunakan untuk mengatur posisi, mengubah saklar, menukar peralatan, memasang benda kerja, membersihkan geram, dsb.

 2. Merealisasi bentuk profil/ kontur gabungan hanya mungkin dengan bantuan mal-mal khusus.

 3. Kualitas produk yang dihasilkan sangat tergantung kemampuan dan ketrampilan operator sehingga kualitas produk harus terus menerus di periksa.

 4. Biaya operasional yang relatif makin tinggi (mesin konvensional membutuhkan operator dengan upah yang makin tinggi & jam kerja produktif pertahun yang rendah). Keuntungan penggunaan CNC dibandingkan mesin konvensional :

 1). Waktu untuk setting mesin dapat seminimal mungkin yaitu hanya 1 (satu) kali pada waktu membuat programnya.

2). Untuk pengerjaan bentuk profil/ kontur tertentu yang kompleks sekalipun tidak memerlukan mal-mal khusus. Pada mesin bubut dengan peralatan gerak dan gesernya dapat melakukan pengerjaan-pengerjaan frais atau sebaliknya.

 3). Konsistensi kualitas produk lebih terjamin (tidak dipengaruhi kemampuan/ ketrampilan operator), sehingga pemeriksaan kualitas produk tidak perlu terus menerus (cukup sampling). Bentangan lengkung Q2 lebih kecil. Sehingga tampak bahwa konsistensi kualitas lebih terjamin dan ini menjadi skala prioritas dibandingkan kualitas yang tinggi. Dengan demikian banyaknya ukuran pemeriksaan dapat di reduksi sehingga biaya bisa di tekan.

 4). Biaya operasional relatif rendah sedangkan biaya investasi (pembelian) yang tinggi dapat di imbangi dengan tingkat produktifitas yang tinggi. Dahulu teknologi maju sangat mahal, sekarang semakin murah sehingga harga mesin CNC pun semakin murah

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan sistem kalibrasi

1. Daftar alat yang dikalibrasi 2. Manual alat yang dikalibrasi ( Standar / nilai bias alat yang diperbolehkan ) 3. Personil kalibrasi yang terlatih ( Sertifikat dari laboratorium kalibrasi yang telah terakredirasi ) 4. Jadwal kalibrasi alat    - Internal (dilakukan sendiri).    - External (dilakukan oleh pihak luar). 5. Laporan kalibrasi 6. Catatan alat yang telah dikalibrasi 7. Cek form kalibrasi    - Nomor seri alat yang dikalibrasi    - Personil kalibrasi

   - Cros cek alat ke lapangan

Ketentuan – Ketentuan Pokok Kalibrasi


Sifat Umum Alat Ukur
Alat ukur merupakan alat yang dibuat manusia sehingga ketidaksempurnaan adalah ciri utama. Ketidaksempurnaan dapat diketahui melalui istilah Rantai Kalibrasi. Istilah Rantai Kalibrasi antara lain:

1. Kepekaan (Sensitivity)

Kemampuan Alat ukur menerima, mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran). Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah, sesuai denagn prinsip kerja yang diterapkan.

2. Histerisis (Histerysis)

Perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan (mulai dari skala Nol sampai skala maksimum kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala Nol). Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.

3. Keterbacaan (Readability)

Keterbacaan skala dengan penunjuk digitallebuh tinggi dibandingkan dengan keterbacaan skala dengan jarum penunjuk.

4. Kestabilan Nol (Zero Stability)

Suatu penyimpangan yang membesar tetapi dengan harga yang tetap atau berubah-ubah secara rambang tak stabil, dikarenakan ketidakkakuan system pemegang alat ukur atau benda ukur, kelonggaran system pengencang atau keausan sistem pemosisi.

5. Pengembangan (Floating)

Kadang-kadang terjadi pula jarum penunjuk dari alat ukur yang digunakan posisinya berubah-ubah. Atau kalau penunjuknya dengan sistem digital angka paling kanan atau angka terakhir berubah-ubah. Kejadian seperti ini dinamakan pengambangan. Kepekaan dari alat ukur akan membuat perubahan kecil dari sensor diperbesar oleh pengubah. Makin peka alat ukur makin besar pula kemungkinan terjadinya pengambangan. Untuk itu, bila menggunakan alat-alat ukur yang mempunyai jarum penunjuk pada skalanya atau penunjuk digital harus dihindari adanya kotoran atau getaran, juga harus digunakan metode pengukuran yang secermat mungkin.

6. Pergeseran (Shifting, Drift)

Pergeseran adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Kejadian seperti in sering disebut dengan istilah pergeseran, banyak terjadi pada alat-alatukur elektris yang komponen-komponennya sudah tua.


7. Kepasifan / Kelambatan Reaksi (Passivity) 

Kepasifan Kadang-kadang sewaktu dilakukan pengukuran terjadi pula bahwa jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan harga yang kecil. Atau dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur Untuk alat-alat ukur mekanis kalaupun terjadi kepasifan atau kelambatan gerak jarum penunjuknya mungkin disebabkan oleh pengaruh pegas yang sifat elastisnya kurang sempurnya. Pada alat ukur pneumatis juga sering terjadi kepasifan ini misalnya lambatnya reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan tekanan udara. Hal ini disebabkan volume udaranya terlalu besar akibat dari terlalu panjangnya pipa penghubung sensor dengan ruang perantara.

Selang kalibrasi

Pertanyaan yang sering muncul dalam program kalibrasi adalah tentang frekuensi kalibrasi. Alat yang sering digunakan tentu cenderung lebih sering dikalibrasi daripada alat yang jarang digunakan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk instrumen berbasis elektronik, karena jarangnya digunakan justru cenderung merusak, karena itu alat harus dipanaskan setiap hari selama waktu tertentu.
Secara umum selang kalibrasi ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Kemantapan alat ukur / bahan ukur
  2. Rekomendasi pabrik
  3. Kecendrungan data rekaman kalibrasi sebelumnya
  4. Data rekaman perawatan dan perbaikan
  5. Lingkup dan beban penggunaan
  6. Kecenderungan keausan dan penyimpangan
  7. Hasil pengecekan silang dgn peralatan ukur lainnya
  8. Kondisi lingkungan
  9. Akurasi pengukuran yang diinginkan
  10. Bila peralatan tidak berfungsi dengan baik

Menyatakan selang kalibrasi dapat berupa waktu kalender misal sekali setahun, berupa waktu pakai misal 1000 jam pemakaian, berupa banyaknya pemakaian misal 1000 kali, dan berupa kombinasi dari cara tersebut tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Istilah dalam kalibrasi alat ukur :

1. Resolusi

Nilai skala terkecil / suatu ekspresi kuantitatif dari kemampuan alat penunjuk untuk perbedaan yang cukup berarti antara nilai yang terdekat dari jumlah yang ditunjukan.

2. Akurasi

Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi kedekatan terhadap harga sebenarnya dari objek yang diukur.

3. Presisi

Kecenderungan data yang diperoleh dari perulangan mengindikasikan kecilnya simpangan ( deviasi ).

4. Reaptibility
Ukuran variasi statistic data yang dihasilkan bila pengukuran dilakukan oleh personal, perlengkapan, serta ruangan dengan kondisi yang lama.

5. Readability 

Kemampuan dari indra manusia dalam membaca data yang dihasilkan oleh suatu instrument.


Sumber- sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi 1. Prosedur Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari. 2. Kalibrator Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi 3. Tenaga pengkalibrasi Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi skala. 4. Periode kalibrasi Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya. 5. Lingkungan Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat penerangan dan sebagainya. 6. Alat yang dikalibrasi

Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.

Hasil Kalibrasi antara lain:

  • Nilai Obyek Ukur
  • Nilai Koreksi/Penyimpangan
  • Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
  • Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA