Mengapa kebijakan pemerintah sangat efektif untuk mengatasi kesenjangan sosial Show
Bagaimana cara guru BK dalam menerapkan pembelajaran di era globalisasi zaman sekarang Sosiologi bidang sosial contohnya perubahan cuman dia orang yg paling baik menurut ku ........kalo kalian .....:( sebutkan dan jelaskan perbedaan masalah sosial menurut surjono sukanto? yang merupakan objek kajian sosiologi adalah..... sebutkan dan jelaskan faktor pendorong terbentuknya masyarakat Indonesia Bagaimana tindakan guru bk jika siswa nya mengalami perubahan tingkah laku yang sangat signifikan? sebutkan 5 contoh motivasi ektrinsik dan 5 contoh motivasi ekstrinsik Pertumbuhan kebudayaan dimasyarakat tidak selalu sama pertumbuhan kebudayaan tersebut ada yang tumbuh secara cepat namun ada pula yang lambat adanya p …
Oleh Zumrotun Solicha Jember - Disadari atau tidak, era globalisasi dan mudahnya mendapatkan informasi melalui berbagai sarana teknologi dapat memengaruhi masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan anak-anak dan kalangan muda (ABG), bahkan setiap saat mereka bisa mengakses informasi yang dibutuhkan melalui telepon selulernya. Di satu sisi, globalisasi membawa dampak yang positif bagi masyarakat, namun disisi lain globalisasi dapat menimbulkan dampak negatif seperti dis-orientasi, dislokasi, atau krisis sosial-budaya dalam masyarakat, serta semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme. "Saat ini, konsumerisme tidak hanya terjadi di perkotaan, namun sudah merambah ke pedesaan. Ini sangat berbahaya, kalau tidak dicegah sejak dini," kata pengamat sosial dari Universitas Jember (Unej) Drs Hadi Prayitno MKes. Menurut dia, perilaku konsumtif anak-anak berdampak pada pergeseran gaya hidup (lifestyle) yang dapat berpengaruh pada kepekaan sifat sosial mereka, sehingga cenderung mengabaikan dan tidak peduli dengan lingkungan sosial. "Pandangan anak-anak tentang kehidupan sosial yang baik dan buruk cenderung kabur karena mereka mengalami pergeseran nilai dengan gaya hidup yang hedon dan individual," tuturnya. Gaya hidup hedonis merupakan suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup seperti senang membeli barang mahal yang disenanginya, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. "Dengan mental yang demikian, anak-anak kita secara tidak langsung cenderung dituntun untuk pragmatis dan mau serba instan, tanpa ada usaha serta kerja keras," paparnya. Hadi mengaku prihatin dengan budaya konsumerisme yang sudah melekat di dunia anak-anak, bahkan tidak sedikit orang tua justru mengajarkan anak-anak untuk berperilaku konsumtif tanpa mereka sadari. "Kadang-kadang ibu atau bapaknya sudah mengajari anak untuk memilih barang-barang yang harganya mahal dan bagus tanpa mereka sadari bahwa anak yang bersangkutan akan mengikuti pola konsumtif," paparnya. Dosen jurusan Kesejahteraan Sosial di FISIP Unej itu mengemukakan banyak faktor yang memengaruhi anak untuk berperilaku konsumtif antara lain keluarga dan lingkungan karena keduanya saling berkaitan. "Orang tua yang sibuk bekerja cenderung memenuhi segala keinginan anaknya dan memanjakan dengan materi yang berlimpah, padahal pola mendidik anak seperti itu salah dan menjadikan anak berperilaku konsumtif," katanya. Lingkungan masyarakat yang heterogen dan tren gaya hidup hedonis juga mempengaruhi anak dan kalangan remaja terjebak dalam budaya konsumerisme, sehingga memicu seseorang berperilaku konsumtif secara berlebihan. Saat ini, lanjutnya, banyak orang yang beranggapan bahwa tujuan merupakan hal yang penting, sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu tidak pernah dilalui dengan baik dan menginginkannya secara cepat. "Orang tua, lingkungan masyarakat dan pihak sekolah terkadang mengabaikan proses bagaimana anak itu bisa berhasil atau sukses, namun mereka lebih mementingkan bagaimana anak itu bisa sukses dengan cara yang instan," ucapnya. Hadi menilai budaya konsumerisme saat ini sudah semakin parah, sehingga perlu adanya upaya bagaimana mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif dan hal tersebut harus dilakukan secara masif dari lingkungan terkecil dan sejak dini. "Pemerintah sebenarnya juga memiliki peranan yang cukup besar dalam mendidik anak-anak supaya tidak konsumtif yakni melalui perubahan kurikukum dari tingkat SD hingga perguruan tinggi," tukasnya. Dengan demikian, kurikulum pendidikan harus lebih ditekankan bahwa jangan memproduk anak didik sebagai tukang tetapi sebagai "entrepreneur" yang andal dan kreatif menciptakan sesuatu barang. Anak dan Iklan Selain itu, kata dia, propaganda iklan melalui media, baik media cetak maupun elektronik membuat masyarakat hilang kesadaran untuk mengetahui secara benar tentang fungsi dari barang yang mereka gunakan. "Hampir setiap hari kita melihat tayangan sejumlah iklan dan hal itu membuat kita berperilaku konsumtif dan berlomba-lomba untuk mengikuti tren busana dan penampilan sesuai dengan iklan yang ditayangkan," katanya. Sementara pengamat sosiologi Universitas Jember Hery Prasetyo M Sosio mengatakan anak-anak merupakan sasaran pasar yang empuk bagi budaya konsumerisme karena banyak produk iklan menawarkan sejumlah barang yang dibutuhkan anak-anak. "Banyak produk iklan yang ditayangkan di sejumlah media mampu memikat anak untuk segera membelinya, sehingga mereka cenderung berperilaku konsumtif," tuturnya. Anak-anak adalah mangsa kapitalisme yang empuk karena mereka tidak berpikir apa dan mengapa mereka mengonsumsi barang yang ditawarkan oleh sebuah produk iklan di media. "Anak-anak adalah sasaran pasar, dihujani dengan beragam produk yang tak tentu manfaatnya karena mereka tidak punya kesadaran dan daya kritis, sehingga anak-anak selalu jadi objek," tuturnya, menjelaskan. Budaya konsumerisme anak, lanjut dia, dapat berpengaruh pada sikap anak yang mudah "destruktif" dalam artian bahwa anak cenderung menuntut hak-haknya tanpa melakukan kewajibannya terlebih dahulu. "Contoh yang paling sederhana adalah peranan guru saat ini menjadi terbatas dalam mendidik karena anak-anak menuntut hak asasi manusia (HAM) secara berlebihan, sehingga tidak mau dipukul atau dimarahi ketika melakukan kesalahan di dalam kelas," tuturnya. Dengan budaya konsumerisme itu, lanjut dia, tidak banyak tersedia ruang untuk anak lebih kreatif dan menciptakan sesuatu, namun mereke cenderung untuk berperilaku konsumtif. "Banyaknya kasus tawuran pelajar, bahkan wartawan yang dipukul oleh sejumlah pelajar merupakan salah satu bentuk destruktif, akibat budaya konsumerisme yang kini semakin menggurita," tukar pengajar teori sosial jurusan Sosiologi FISIP Unej itu. Anak hanya dihadapkan dalam ruangan konsumsi dan konsumsi, sehingga tidak ada ruang untuk mengajarkan mereka menciptakan sesuatu, meski sistem budaya dan pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan hal tersebut. "Peran keluarga cukup besar dalam membentuk perilaku anak untuk tidak konsumtif, namun apakah orang tua berani untuk membatasi ruang gerak konsumsi anak," ucap dosen sosiologi kontemporer di FISIP Unej itu. Selain itu, kata dia, pemerintah seharusnya mampu membangkitkan sistem pendidikan dengan akar budaya Indonesia, sehingga anak berada di lingkup sosial dan budaya konsumerisme dapat dicegah sejak dini. Kondisi masyarakat yang tidak bisa menahan hasrat belanja yang begitu besar dengan propaganda iklan yang mudah masuk dalam alam bawah sadar manusia menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat. Sementara, guru SMA Muhammadiyah 3 Jember, Abdul Ghafur mengatakan pihak sekolah kewalahan dalam mengarahkan dan mengendalikan budaya konsumerisme di kalangan anak didiknya. "Pantauan di sekolah sangat terbatas selama beberapa jam, justru peranan orang tua lebih besar untuk mengurangi perilaku konsumtif, namun upaya itu harus dibarengi dengan kedisiplinan anak dalam mematuhi orang tua," tuturnya. Menurut dia, peranan orang tua, guru, dan masyarakat cukup besar dalam membatasi ruang konsumsi anak karena tidak semua barang yang dikonsumsi mereka bermanfaat. "Banyaknya tayangan iklan di media memengaruhi anak untuk membeli barang-barang yang seharusnya tidak dibutuhkan, sehingga perlu adanya nasihat orang tua atau guru untuk mengarahkan anak-anak dalam membeli sesuatu yang bermanfaat," katanya. Pengajar Pendidikan Kewarganegaraan itu mengaku prihatin terhadap kemerosotan moral di kalangan anak-anak dan remaja karena kemajuan kehidupan ekonomi yang selalu menekankan pemenuhan kebutuhan material sebagai dampak budaya konsumerisme. "Sebagian masyarakat menjadi kaya dalam materi, tetapi miskin dalam rohani, sehingga banyak kenakalan remaja yang diwujudkan dalam perkelahian antarpelajar dan tindakan kriminalitas," paparnya. Kalau hal itu terus dibiarkan dan tidak diimbangi oleh pengetatan aturan dan peranan semua pihak, lanjut dia, pendidikan dengan karakter bangsa yang dicanangkan Menteri Pendidikan M. Nuh, hanya menjadi pepesan kosong. "Konsumerisme, hedonisme, hilangnya rasa kesantunan dan etika bersosialisasi di kalangan anak-anak atau remaja mengakibatkan sebuah polemik yang harus ditindak lanjuti oleh semua pihak, agar jati diri bangsa tidak punah begitu saja," ucap Abdul Ghofur yang juga anggota DPRD Jember itu. Apabila semua pihak sudah tidak peduli dengan persoalan itu, lanjut dia, maka disadari atau tidak perilaku konsumerisme secara perlahan-lahan dapat menjadi ancaman yang serius bagi masa depan bangsa ini.()-(*) Editor : Chandra Hamdani Noer COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur
Kunjungan Ketua DWP KJRI Perth ke ANTARA Jatim
Kolaborasi Marsha Timothy & Oka Antara banyak petik pesan di film terbaru
Kunjungan Astra Group di ANTARA Jatim
Pemprov dan ANTARA Jatim sepakat memasukkan kurikulum jurnalistik bagi ASN
Kerja sama LKBN Antara Biro Jatim dengan BPSDM Jatim
Khofifah sajikan buah langka untuk Kabiro ANTARA Jatim di Grahadi
Power Metal berkunjung ke Antara Jatim
Silaturahim Kabiro ANTARA Jatim di Jember untuk jajaki kerja sama
Unej jajaki kerja sama dengan LKBN ANTARA Jatim
ANTARA Jatim tawarkan kerja sama inovasi produk kuliner ke perhotelan
ANTARA Jatim kembangkan kerja sama dengan Pelindo
Bawaslu Surabaya buka pendaftaran calon Panwaslu kecamatan
Bawaslu Probolinggo, buka pendaftaran 72 panwascam untuk Pemilu 2024
Sebanyak 14 orang hari pertama pendaftaran rekrutmen panwascam di Situbondo
Hari pertama pendaftaran Panwascam Jember banyak peminat
Harga telur ayam ras di pasar tradisional Jember mulai turun |