Apa maksud buta huruf dalam alguran

Nabi Muhammad SAW adalah ummy tidak bisa baca dan tulis

Republika/Mardiah

Ilustrasi Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW adalah ummy tidak bisa baca dan tulis

Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO—Nabi Muhammad SAW dikenal Umat Muslim dijuluki seorang Ummy atau buta huruf, beliau tidak bisa membaca dan menulis. 

Baca Juga

Namun belakangan beredar di media sosial, pernyataan yang disandarkan kepada Imam ar-Ridha yang mengatakan sebaliknya. Nabi Muhammad SAW dalam pernyataan tersebut dikatakan sebagai orang yang bisa membaca, bahkan mengerti 70 bahasa. 

Sebutan ummy, dalam pendapat yang disandarkan kepada Imam Ar-Ridha itu, diambil dari tempat asal Rasulullah SAW yaitu Makkah yang merupakan Ummahatil Quro atau induk dari dari desa-desa. Pernyataan ini pun viral di media sosial dan menjadi diskusi hangat di Mesir. Bagaimanakah kebenarannya?

Dilansir dari Masrawy, Ahad (20/2/2022), mantan dekan di Universitas Al-Azhar, Dr Mukhtar Marzuq Abdel Rahim menyangkal pernyataan ini dan mempertanyakan sumbernya.

Menurutnya, pernyataan yang disandarkan kepada Imam ar-Ridha ini tidak bisa dipercaya dan bertentangan dengan Alquran dan hadits. Termasuk fakta yang terjadi pada Perjanjian Hudaibiyah. 

Marzuq mengatakan, perkara ini sebenarnya sederhana, bisa diketahui siswa, tak perlu ulama. Dalil-dalil terkait kebutahurufan Nabi Muhammad SAW sangat kuat. Di antaranya surat Al Ankabut ayat 48:

وَمَا كُنتَ تَتْلُوا۟ مِن قَبْلِهِۦ مِن كِتَٰبٍ وَلَا تَخُطُّهُۥ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّٱرْتَابَ ٱلْمُبْطِلُونَ

Artinya: “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS Al Ankabut ayat 48).

Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan, penjelasan ayat ini adalah: “Termasuk mukjizat-mukjizat-mu yang nyata (wahai Rasul) adalah bahwasanya kamu itu tidak dapat membaca kitab apa pun dan menulis huruf-huruf dengan tanganmu sendiri sebelum turunnya Alquran kepadamu. Dan mereka tahu itu. 

Sekiranya kamu itu dapat membaca atau menulis sebelum diwahyukan wahyu kepadamu, pastilah para penentang ragu-ragu perihal Alquran. Dan mereka akan mengatakan, “Dia telah mempelajarinya dari kitab-kitab terdahulu atau menyalinnya dari kitab-kitab tersebut.”

Marzuq mengatakan, adapun arti dari ayat  ويعلمهم الكتاب atau “Dan Kitab itu diajarkan kepada mereka”, berarti bahwa Alquran diajarkan dengan metode talqin atau talaqi. Bukan dengan cara baca tulis seperti pengajaran saat ini.  

“Buta huruf Rasulullah SAW adalah salah satu mukjizat dan indikasi kebenaran Rasul bukan sebuah aib,” ujarnya. 

Marzuq menukilkan pernyataan Abdul Halim Mahmud, bahwa kebutahurufan Rasulullah SAW mukjizat dari mujizat paling jelas buktinya terkait kebenaran risalah Rasulullah, dan bantahan terhadap tudingan orang musyrik bahwa apa yang beliau terima berasal dari ahlul kitab. 

Sumber: masrawy

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Klaten – Umat Islam harus peduli masalah ini, betapa banyaknya orang yang tidak bisa membaca Alquran. Bagaimana mau memahami Al Quran jika membaca saja tidak bisa, dan bagaimana mau mengamalkan. Menyikapi hal tersebut dibutuhkan kepedulian semua pihak agar jumlah buta huruf Al Quran dapat dikurangi, demikian disampaikan Ibrahim Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klaten saat melakukan sosialisasi dalam program pemberantasan buta huruf Al Quran di TK ABA Kahuman I Ngawen Klaten beserta seluruh PAI Kecamatan Ngawen (Selasa, 4/4).

Salah seorang Penyuluh Agama Islam PNS Kecamatan Ngawe, Ibrahim menyatakn bahwasosialisasi dan program pemberantasan buta huruf Al Qur’an merupakan tanggung jawab Kementerian Agama yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam.

“Pemberantasan buta huruf Al Quran merupakan salah satu dari 8 bidang yang harus dikuasi oleh penyuluh agama Islam Kementerian Agama bersama dengan seluruh komponen penyuluh dalam upaya pembinaan umat akan intensif dalam melaksanakan program ini”, tandas Ibrahim.

Bentuk program pemberantasan buta huruf Al Quran yaitu sosialisasi pada pendidikan anak usia dini, pada TK sebagai pembentuk generasi bangsa, penyuluh akan secara bergiliran mengadakan pembinaan dan penyuluhan untuk selalu mengarahkan peserta didik agar selalu belajar dan terus belajar dalam baca tulis Al Quran.

Karena, anak usia dini akan lebih cepat dalam menyerap dan memahami khususnya huruf Al Quran. Kegiatan ini Dalam upaya membumikan dan meningkatkan kecintaan serta memahami isi dari kandungan Al Quran, Kementerian Agama sebagai lembaga yang mempunyai tugas dibidang pembinaan umat.

Dalam pandangan Islam, pendidikan wajib dilaksanakan sepanjang hayat, sehingga kehidupan bagi seorang muslim adalah proses dan sekaligus lingkungan pembelajaran, termasuk belajar Al-Qur’an, yang tidak pandang usia. Asalkan ada kemauan, pasti ada jalan. Allah Ta’ala akan memudahkan perjalanan hamba-Nya mendekat kepada-Nya dengan membaca firman-firman-Nya yang mulia, terang Ibrahim.

Selain anak usia dini yang menjadi sasaran pembinaan, orang tua juga menjadi target untuk bisa membaca Al Quran, dan ini merupakan sebuah tantangan bagi penyuluh.

Hal senada dikatakan Dwi Nurhayati Kepala TK ABA Kahuman I Ngawen, program pemberantasan huruf Al Quran ini harus, wajib dan penting sekali bagi generasi umat, dan wajib diterapkan di TK ini.

“Kami ingin sekali pembinaan dari Kementerian Agama melalui penyuluh agama untuk bisa memberikan bantuan guru BTQ (Baca Tulis Quran) pada 30 TK di Kecamatan Ngawen secara  bergiliran,” pintanya.

Diharapkan dengan bantuan penyuluh agama, program-program yang telah diterapkan di TK akan lebih matang dan lebih baik, sehingga proses pembelajaran baca tulis Al Quran lebih efektif, cepat, dan mudah dipahami.(nardi_aj/Wul)

Assalamualaikum Dear Djoko Luknanto, Sila berikan saya dalil-dalil yang nabi adalah ummi (buta huruf). Karena seorang sahabat mengemail saya perkara di bawah ini. Wassalam M.Syah[]

Makna perkataan al-Qur'an ummiy telah dikelirukan oleh para ulama palsu Islam zaman dahulu. Mereka mengertikan kalimat tersebut kepada buta huruf. Lalu Nabi Muhammad, "Nabi yang ummiy" (7:157-158), dikatakannya tidak pandai membaca dan menulis. Ajaran mereka diterima tanpa ragu oleh hampir seluruh umat Islam sejak dari zaman dahulu hingga ke hari ini.

Sebenarnya, ajaran itu palsu. Kepalsuannya dapat didedahkan dengan menggunakan sumber rujukan utama bagi bahasa Arab iaitu kitab al-Qur'an. Ayat-ayat al-Qur'an yang mengandungi kalimat ummiy akan membuktikan bahawa ajaran mereka bukan sahaja palsu tetapi berbau fitnah yang amat besar dalam Islam. Antara ayat yang dimaksudkan berbunyi:

"Dia yang membangkitkan pada kaum yang ummiy seorang rasul di kalangan mereka untuk membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka," (62:2).

Ummiy

Kaum yang ummiy yang disebut di dalam ayat itu adalah kaum Arab. Orang-orang Arab pada zaman Nabi Muhammad difahamkan berada di tahap tinggi dalam kesusasteraan dengan karya-karya sastera yang bermutu dipamer dan digantung di Kaaba. Tentu itu tidak menggambarkan orang Arab jahiliah ketika itu berada dalam keadaan buta huruf. Mereka dikatakan jahililiah hanya dalam kepercayaan bukan dalam pelbagai bidang lain.

Kalimat ummiy, menurut al-Qur'an, bermaksud orang-orang yang tidak, atau belum, diberi sebarang Kitab oleh Allah. Ia juga bermaksud kaum Arab seperti yang telah disebut.

Kaum Yahudi pula telah diberi tiga buah Kitab melalui beberapa orang Nabi mereka. Mereka dipanggil ahli Kitab. Tetapi jiran mereka, orang-orang Arab, belum diberi sebarang Kitab pun sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad. Lantaran, orang-orang Arab dikatakan ummiy sebab belum menerima Kitab Allah.

Untuk menjelaskan lagi dipetik sebuah ayat yang menunjukkan dengan jelas perbezaan antara ahli Kitab (orang yang telah diberi Kitab) dengan kaum ummiy (yang belum diberi Kitab) atau buta Kitab. Firman-Nya:

"Dan daripada ahli Kitab ada yang, jika kamu mempercayakan dengan satu timbunan, dia akan mengembalikannya kepada kamu; dan antara mereka ada yang, jika kamu mempercayakan dengan satu dinar, dia tidak akan mengembalikannya kepada kamu, kecuali kamu selalu berdiri di atas (menagih) dia. Itu adalah kerana mereka berkata, 'Tidak ada jalan atas kami terhadap orang-orang ummiy (yang tidak diberi Kitab, iaitu orang Arab).' Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahuinya." (3:75)

Ayat di atas menunjukkan keengganan sesetengah orang Yahudi (ahli Kitab) untuk mengembalikan "hutang" kepada orang Arab, yang ummiy (yang tidak diberi Kitab, atau buta Kitab), atas sebab "tidak ada jalan" bagi mereka terhadap orang ummiy. Sikap macam itu seakan sama dengan apa yang disemat di iman sesetengah orang Islam terhadap orang yang mereka anggap kafir pada hari ini.

Satu lagi ayat al-Qur'an dipetik untuk memantapkan lagi hujah dalam menunjukkan perbezaan tersebut, berbunyi:

"Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi al-Kitab, dan orang-orang ummiy (yang tidak diberi Kitab), 'Sudahkah kamu tunduk patuh?'" (3:20)

Maka jelaslah iaitu kalimat ummiy tidak bermakna buta huruf, lantas, Nabi Muhammad bukanlah seorang yang tidak tahu membaca dan menulis. (Sila rujuk Kalimat ummiy di dalam al-Qur'an.)

Membaca

Selanjutnya, terdapat banyak ayat di dalam al-Qur'an yang mengisahkan Nabi disuruh oleh Allah supaya membaca ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang berada di kelilingnya. Itu menunjukkan Nabi pandai membaca. Antara ayat yang dimaksudkan adalah enam yang berikut:

"Dan kamu (Muhammad) bacakanlah kepada mereka cerita dua orang anak Adam dengan sebenarnya ...." (5:27)

"Katakanlah, 'Marilah, aku (Muhammad) akan membacakan apa yang Pemelihara kamu mengharamkan kamu ....'" (6:151)

"Demikianlah Kami mengutus kamu (Muhammad) kepada satu umat yang sebelumnya beberapa umat telah berlalu untuk membacakan mereka apa yang Kami mewahyukan kamu ...." (13:30)

"Dan sebuah al-Qur'an yang Kami membahagi-bahagikan, untuk kamu (Muhammad) membacakannya kepada manusia berjarak-jarak, dan Kami menurunkannya dengan satu penurunan." (17:106)

"Aku (Muhammad) hanya diperintah untuk menyembah Pemelihara tanah ini, yang Dia menjadikannya suci; kepunyaan-Nya segala sesuatu. Dan aku diperintah supaya menjadi antara orang-orang yang muslim, dan untuk membaca al-Qur'an ...." (27:91-92)

"Wahai ahli Rumah, Allah hanya menghendaki untuk menghilangkan kotoran daripada kamu, dan untuk membersihkan kamu, sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di dalam rumah-rumah kamu daripada ayat-ayat Allah ...." (33:33-34). Di sini, Nabi didapati membacakan ayat-ayat Allah kepada isteri-isterinya di rumah-rumah mereka.

Malahan, rasul-rasul Allah yang lain didapati pandai membaca kerana mereka ditugaskan untuk membaca ayat-ayat-Nya kepada manusia. Tugas itu adalah juga tugas Nabi Muhammad. Dua ayat yang berikut menjelaskannya:

"Kemudian orang-orang yang tidak percaya dihalau dalam kumpulan-kumpulan ke Jahanam, sehingga apabila mereka datang kepadanya, pintu-pintunya dibuka, dan penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, 'Tidakkah rasul-rasul datang kepada kamu daripada kalangan kamu sendiri, dengan membacakan kamu ayat-ayat Pemelihara kamu, dan memberi amaran kepada kamu terhadap pertemuan hari kamu ini?' Mereka berkata, 'Ia, benar ....'" (39:71)

"Dia yang membangkitkan pada kaum yang ummiy (orang Arab) seorang rasul (Muhammad) di kalangan mereka untuk membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka," (62:2)

Tambahan pula, adalah sukar untuk menerima hakikat bahawa seorang Nabi pilihan-Nya tidak tahu membaca walhal Dia menyuruhnya dan manusia lain supaya mengamalkan tabiat membaca, seperti firman-Nya - "Bacalah dengan nama Pemelihara kamu yang mencipta," (96:1)

Menulis

Bukan sahaja didapati, di dalam al-Qur'an, yang Nabi pandai membaca, malah, baginda juga didapati pandai menulis. Kebenaran itu telah diakui sendiri oleh orang-orang yang tidak percaya yang tinggal bersamanya. Firman-Nya:

"Mereka berkata, 'Dongeng orang-orang dahulu kala, yang dia menulisnya, yang diimlakkan kepadanya pada waktu awal pagi dan petang.'" (25:5)

Terjemahan ayat tersebut telah menimbulkan keraguan sesetengah pihak. Betulkah ayat itu diterjemahkan? Untuk mengikis keraguan, pertama, dikemukakan sebuah tafsir kepada ayat yang sama, oleh Prof. Dr. Hj. Mahmud Yunus (Tafsir Quran Karim, cetakan ke-19, 1979, halaman 525) yang berbunyi:

"Mereka berkata: (Qur'an ini) kabar-kabar dongeng orang-orang dahulu kala, yang dituliskan oleh Muhammad dan dibacakan (didiktekan) orang kepadanya pagi-pagi dan petang." (25:5)

Kedua, kalimat yang diterjemahkan kepada "menulisnya" ialah iktataba. Kalimat itu penting kerana, difahamkan, mempunyai pengertian "menulis nota terutamanya apabila orang kedua sedang mengimlakkan."

Dan akhir sekali, terdapat sebuah lagi ayat yang bukan sahaja menyokong ayat 25:5 tadi bahkan mampu untuk menghapuskan sama sekali keraguan terhadap Nabi yang dikatakan kini pandai membaca dan menulis, termasuk membaca dan menulis Kitab. Firman-Nya:

"Tidaklah sebelum ini kamu (Muhammad) membaca sebarang Kitab, atau menulisnya dengan tangan kanan kamu; jika demikian, tentulah orang-orang yang mengikuti yang palsu menjadi ragu-ragu." (29:48)

Ia menegaskan, Nabi tidak pernah membaca dan menulis sebarang Kitab sebelum menerima al-Qur'an. Bermaksud, selepas menerima al-Qur'an baginda telah membaca, dan menulis Kitab dengan tangan kanannya.

Seterusnya, ayat itu tidak menunjukkan pula bahawa baginda tidak pernah membaca dan menulis sesuatu yang selain daripada Kitab sebelum menerima al-Qur'an (misalan, membaca dan menulis apa yang diperlukan dalam urusan perdagangannya).

Dengan adanya bukti-bukti yang jelas daripada Allah, maka terdedahlah fitnah yang kian lama dilakukan oleh para ulama palsu Islam ke atas Nabi Muhammad yang mereka menyiarkan sebagai seorang yang tidak tahu membaca dan menulis, atau buta huruf. Sesungguhnya mereka menghina Nabi dengan berbuat demikian meskipun mereka mendakyahkan iaitu merekalah orang-orang yang paling mengasihinya.

Tanggapan 1

 Assalamu'alaikum wr. wb.,

Rasulullah SAW menyatakan dirinya tidak bisa membaca ketika bertemu Jibril pertama kali yang meminta beliau untuk membaca lembaran yang dibawanya.

"Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat membaca". Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca." Seterusnya malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya ..." (Qur'an 96:1-5) (Haekal)

Rasulullah Muhammad SAW juga menyatakan dirinya dan kaumnya "ummiy" dengan penegasan maksudnya "tidak menulis dan tidak menghisab" terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Umar "Nahnu ummatun ummiyyatun laa naktubu walaa nahsubu" (Kami ummat yang ummiy, tidak menulis dan tidak menghitung).

Hadits ini bisa menjelaskan makna "ummiy" pada QS. 7:157 ("... orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy...") memang berarti buta huruf. Sejarah hidup Rasulullah juga mengisyaratkan Rasulullah SAW tidak belajar membaca dan menulis, karena hidup bersama kakek dan pamannya bukan hidup yang berkecukupan sehingga waktunya habis untuk bekerja. Ahli sastra yang ada pada masa itu, saya kira, hanya kaum elit yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Sastra lisan mungkin sangat maju, tetapi sastra tulis belum tentu. Setahu saya, bangsa Cina salah satu (atau satu-satunya) bangsa yang punya kebudayaan tulis sejak dahulu yang dikenal maju sehingga ada hadits "Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina". (Catatan admin: tentang hadits ini silakan baca uraian penting di sini)

"Ummiy" tidak berarti bodoh, sehingga memaknai "ummiy" sebagai buta huruf tidak akan merendahkan kemuliaan Rasulullah. Salah satu sifat Rasul adalah cerdas (fathonah). Nabi Muhammad SAW "ummiy" bisa jadi Allah yang mengaturnya, agar Al-quran yang dibawanya tidak menimbulkan keraguan sebagai tiruan kitab-kitab sebelumnya.

"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim" (QS 29:48-49)

Wassalamu'alaikum wr. wb.,
T. Djamaluddin []

Tanggapan 2

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

Nabi Muhammad SAW Tidak mengenal Huruf

Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy Qaala fa Akhadzaniy faGhaththaniy Hatta- Balagha Minni lJahdu tsumma Arsalaniy fa Qaala Iqra' Qultu Maa Ana biQaariy Qaala fa Akhadzaniy faGhaththani Tstsaaniyata Hatta- Balagha Minni lJahdu tsumma Arsalaniy fa Qaala Iqra' Qultu Maa Ana biQaariy Qaala fa Akhadzaniy faGhaththani Tstsaalitsata Hatta- Balagha Minni lJahdu tsumma Arsalaniy fa Qaala Iqra' Bismi Rabbika Alladziy Khalaqa lInsa-na min

'Alaqi Iqra' wa Rabbuka lAkramu (Rawahu Bukhaariy).

Artinya:

Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu katanya: "Bacalah" Berkata (Nabi): "Aku tidak pandai membaca". Berkata (Nabi selanjutnya mencritakan) aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya (dan disuruhnya pula membaca). Maka berkata (Jibril): "Bacalah" Berkata (Nabi): "Aku tidak pandai membaca". Aku ditarik dan dipeluknya untuk kedua kalinya, sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya (dan disuruhnya pula membaca) Maka berkata (Jibril): "Bacalah" Berkata (Nabi): "Aku tidak pandai membaca". Aku ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya (dan disuruhnya pula membaca). Maka berkata (Jibril): Iqra' Bismi Rabbika Lladziy Khalaqa . Khalaqa lInsa-na min 'Alaqin . Iqra' wa Rabbuka lAkramu (diriwayatkan oleh Bukhari)

Shahih Bukhari di atas itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak dapat membaca (Nabi 3 kali disuruh membaca, 3 kali menyatakan tidak dapat membaca)

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

WaTlu 'Alayhim Naba Bnay A-dama bi lHaqqi (S. alMaaidah, 5:27),

artinya:

Dan tuturkan kepada mereka informasi tentang dua orang anak Adam dengan sebenarnya.
Bacalah (hai Muhammad) kepada mereka perkabaran dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) dengan sebenarnya. [terjemahan Mahmud Yunus].

And relate to them the story of the two sons of Adam with truth En vertel naar waarheid het verhaal van de twee zonen van Adam

En verhaal hun de geschidenis van de twee zonen van Adam

Tlu (alif, ta, lam), alif dituliskan tetapi tidak disebutkan, berarti tuturkan, ceritakan, informasikan, relate, vertel, verhaal. Sebenarnya terjemahan Mahmud Yunus dalam RASA BAHASA Indonesia tidak salah, oleh karena dalam bahasa Indonesia membaca itu tidak mesti dari tulisan. Biasa bukan kita dengar ungkapan "membaca" Al Fatihah dalam shalat, membaca do'a, orang buta membaca ayat. Jadi terjemahan "Bacalah (hai Muhammad) kepada mereka", tidaklah selalu dalam ma'na membaca dari sebuah tulisan, melainkan dapat pula membaca dari ingatan. Jadi terjemahan Mahmud Yunus dalam bahasa Indonesia dari ayat [5:27], tidak boleh dijadikan dalil bahwa Nabi Muhammad SAW dapat membaca huruf. Maka hendaklah orang hati-hati dalam memahamkan ayat Al Quran, haruslah bukan dari terjemahan, melainkan harus dikaji dalam bahasa aslinya yaitu Quranun 'Arabiyyun, bahasa Arab Al Quran.

Di bawah dikemukakan pula sejumlah ayat di mana Mahmud Yunus menterjemahkan (alif, ta, lam) dengan membaca. Satu ayat alifnya dibaca: Atlu, lima ayat hanya dituliskan alif tetapi tidak dibaca: Tlu, karena didepannya ada Wa dan Fa.

Qul Ta'aalaw Atlu Maa Harrama Rabbukum 'Alaykum (S. alAn'aam, 6:151),
katakan (hai Muhammad) marilah kamu aku tuturkan apa-apa yang diharamkan Maha Pengaturmu.

WaTlu 'Alayhim Nabaa Nuwhin (S. Yuwnus, 10: 71).
Dan tuturkan kepada mereka pekabaran mengenai Nuh.

WaTlu Maa Uwhiya Ilayka (.S. alKahf, 18: 27, S. al'Ankabuwt, 29:45),
Dan tuturkan apa yang Kuwahyukan kepadamu.

WaTlu 'Alayhim Nabaa Ibra-hiyma (S. asySyu'araa', 26:69).
Dan tuturkan kepada mereka pekabaran mengenai Ibrahim

WaLla-hu a'lamu bishshawab.
[H.Muh Nur Abdurrahman]

Beberapa artikel tentang Nabi Ummi sebagai pembanding dari artikel di atas dapat diperoleh di