Apa makna dari lirik lagu Damai Bersamamu?

Pagi ini tiba-tiba aku memutar lagu-lagu Chrisye dari Youtube.  Sejak SD aku memang menyukai lagu-lagunya, sejak ia menyanyikan lagu pada LCLR (Lomba Cipta Lagu Remaja) yang diselenggarakan oleh Radio Prambors.

Aku pun mengikuti album-albumnya, hampir semua punya walaupun sekarang entah pada kemana karena dipinjam dan tak kembali.  Tapi aku punya koleksi lagu-lagu digitialnya sebagai pengganti.  Di awal-awal albumnya, lirik lagu-lagunya banyak menggunakan kata-kata sansekerta.  Saat itu bersama Jockie Suryoprayogo dengan lagu-lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra.

Lagu-lagunya juga  menjadi dasar dari film percintaan yang dibintangi oleh Rano Karno dan Yessi Gusman.  Lagu-lagu ciptaan Guruh Sukarno Putra itu masih sangat kuingat seperti Gita Cinta dari SMA dan Puspa Indah Taman hati.

Mulai aku SMA arah lagunya mulai bergeser lagi,  menjadi lagu-lagu pop yang lebih ringan.  Yang paling kuingat adalah pada album Hip Hip Hura.  Lagunya tetap cantik dengan suaranya yang khas dan tak tertandingi.

Yang mengharukan dan menambah simpatiku adalah dia kemudian menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa religius seperti Damai bersamaMu, Shalawat badar, Ketika tangan dan kaki berkata dan Jika surga dan neraka tak pernah ada.  Lagu yang terakhir ini kalau tidak salah dari kisah sufi.  Di akhir-akhir hidupnya kalau tidak salah dia masih menyimpan keinginan untuk membuat album khusus religi.  Aku pun sebenarnya menunggu, tetapi apa daya Tuhan berkehendak lain dengan memanggilnya keharibaan-NYA.

Kisah di balik penciptaan lagu Ketika Tangan dan Kaki berkata berikut ini menambah takjub betapa keimanan Chrisye sangat mantab.  Semoga Allah menerima Iman Islam mu, semoga Allah mengampuni segala dosamu, semoga engkau ditempatkan di tempat terbaik oleh-NYA.

Krismansyah Rahadi (1949-2007): Ketika Mulut, Tak Lagi Berkata
Oleh: Taufiq Ismail

Apa makna dari lirik lagu Damai Bersamamu?

Di tahun 1997, saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “Bang, saya punyasebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas… Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?”

Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan.

Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, ” Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.

Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahi minasy syaithonirrojim.”Alyauma nakhtimu ‘alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun” saya berhenti.

Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.”

Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.

Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon,” Chris, alhamdulillah selesai”. Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.

Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal,

2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan.

Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi.Menangis lagi. Yanti (istri Chrisye) sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa takberdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.

“Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…” kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai.

Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah

karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalamanbatin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna pengadilan hari akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis, menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.

Chrisye terkejut. ” Kenapa Bang, kurang?”

Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. “Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ‘ kan?”

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisyesenang, saya pun senang.

Apa makna dari lirik lagu Damai Bersamamu?

Pada subuh hari Jumaat, 30 Mac 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat.

Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.

Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

Hayatilah lagu ini dengan sebenar-benarnya…

Sumber :

http://profil-insan.blogspot.com/2008/02/chrisye-1949-2007-ketika-tangan-dan.html

Posted on 27/02/2011 at 05:27 in Inspiratif   |  RSS feed |   Reply   |   Trackback URL

Lagu chrisye damai bersamamu apakah lagu Kristen?

Damai Bersamamu merupakan lagu rohani yang bersifat universal, liriknya yang menggambarkan seseorang yang berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, konon liriknya diambil dari potongan ayat Alkitab, tetapi nyatanya lagu ini telah beberapa kali diaransemen ulang, baik penyanyi rohani Kristen maupun rohani ...

Lagu damai bersamamu chrisye tahun berapa?

1996Damai Bersama MU / Dirilisnull

Jangan biarkan damai ini pergi ciptaan siapa?

Johnny SahilatuaDamai Bersama MU / Komposernull