Apa dampak mengkonsumsi makanan cepat saji?

KOMPAS.com - Makanan cepat saji cenderung tinggi kalori, banyak mengandung gula, garam, lemak trans, lemak jenuh, dan bahan pengawet.

Melansir Medical News Today, sejumlah studi telah membuktikan beragam dampak negatif makanan cepat saji pada kesehatan.

Efek samping konsumsi makanan cepat saji yang rendah nutrisi tersebut bisa dirasakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Baca juga: 8 Cara Tetap Sehat Ketika Makan Fast Food

Dampak negatif makanan cepat saji bagi tubuh

Melansir Healthline, secara ringkas, berikut dampak negatif konsumsi makanan cepat saji pada kesehatan:

  • Sakit kepala

Asupan tinggi sodium seperi makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko sakit kepala.

Apa dampak mengkonsumsi makanan cepat saji?

Ada beberapa makanan yang pantang dikonsumsi ibu hamil, seperti beberapa seafood yang mengandung merkuri tinggi.

  • Jerawat

Makanan cepat saji seperti kentang goreng serta roti burger dan pizza umumnya tinggi karbohidrat dan lemak yang bisa memicu timbulnya jerawat.

  • Gigi berlubang

Asupan tinggi gula dan karbohidrat makanan cepat saji dapat meningkatkan kadar asam yang bisa merusak enamel gigi. Akibatnya, gigi jadi rentan berlubang.

  • Depresi

Studi menyebut mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan berpengawet dapat meningkatkan risiko depresi sebesar 51 persen.

  • Perut kembung dan bagian tubuh bengkak

Konsumsi garam berlebihan dari makanan cepat saji dapat membuat perut terasa kembung dan sejumlah bagian tubuh bengkak.

  • Berat badan naik

Makanan cepat saji umumnya mengandung lebih banyak kalori ketimbang makanan sehat. Penumpukan kalori ini dapat menyebabkan berat badan naik dan obesitas.

  • Napas jadi pendek-pendek

Konsumsi kalori berlebihan dari makanan cepat saji yang berdampak pada berat badan juga bisa menyebabkan napas jadi pendek-pendek. Terlebih jika tidak diimbangi kebiasaan aktif bergerak.

  • Tulang jadi rapuh

Komplikasi obesitas dapat meningkatkan risiko patah tulang dan tulang keropos (osteoporosis). Orang yang kelebihan berat badan perlu rajin berolahraga untuk mendukung kesehatan tulang.

  • Tekanan darah tinggi

Makanan cepat saji umumnya mengandung banyak sodium atau garam. Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

  • Gula darah melonjak

Makanan cepat saji jamak mengandung karbohidrat sederhana yang mendorong pengeluaran hormon insulin secara intens. Gula darah pun jadi melonjak.

  • Diabetes tipe 2

Pengeluaran hormon insulin yang intens dan terus-menerus dalam jangka panjang dapat memicu kondisi resistensi insulin biang penyakit diabetes tipe 2.

  • Kolesterol naik

Gorengan yang jadi sajian utama makanan cepat saji mengandung lemak trans yang bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

  • Penyakit jantung dan stroke

Kenaikan kadar kolesterol dan gula darah akibat kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

  • Masalah reproduksi

Studi menemukan bahan kimia phthalate ada dalam sejumlah produk makanan cepat saji dan olahan. Bahaya paparan zat kimia ini dalam kadar tinggi bisa mengganggu kesuburan dan meningkatkan risiko bayi lahir cacat.

Baca juga: Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Frozen Food buat Anak

Untuk meminimalkan dampak negatif makanan cepat saji, baiknya Anda cermat mempertimbangkan kandungan nutrisi dari asupan yang akan Anda konsumsi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Kalori berlebih yang bersumber dari makanan cepat saji bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang tak terkendali. Akibatnya, Anda memiliki berat badan di atas normal yang membuat risiko asma dan sesak napas meningkat.

Lemak pada makanan cepat saji yang berlebih di dalam tubuh dapat memberikan tekanan pada organ jantung serta paru-paru. Hal ini umumnya ditandai dengan rasa sesak saat berjalan, menaiki dan menuruni tangga, atau saat berolahraga.

Bahkan, mengutip Healthline, penelitian membuktikan bahwa anak yang mengonsumsi makanan cepat saji tiga kali seminggu lebih berisiko terkena asma.

3. Membuat tulang dan gigi keropos

Apa dampak mengkonsumsi makanan cepat saji?

Makanan cepat saji banyak mengandung karbohidrat dan juga gula. Kedua bahan ini dapat meningkatkan tingkat keasaman di mulut Anda.

Jika mulut terlalu asam, hal ini bisa memecah enamel (lapisan pelindung) gigi. Saat enamel gigi menghilang, bakteri dapat dengan mudah menetap dan melubangi gigi Anda.

Jika makanan cepat saji menjadikan lebih gemuk dari yang seharusnya, Anda berisiko tinggi terkena patah tulang saat jatuh. Pasalnya, kepadatan tulang akan menurun dan semakin rapuh karena tidak mampu menopang beban lebih dari kemampuannya.

Apa dampak dari mengkonsumsi makanan cepat saji?

Makanan siap saji yang tinggi akan kalori dan karbohidrat tersebut mampu menyebabkan lonjakan gula darah dalam tubuh Anda. Dan hal itu dapat mengubah kadar insulin normal. Jika Anda sering mengonsumsi makanan ini, maka Anda berisiko lebih besar terkena resistensi insulin dan diabetes tipe 2.

Bagaimana cara mengatasi dampak dari mengkonsumsi makanan cepat saji?

Cara Efektif Menghilangkan Kecanduan Fast Food.
Rencanakan Menu Makan. ... .
Konsumsi Cukup Serat. ... .
Konsumsi Cukup Protein. ... .
4. Siapkan Camilan Sehat. ... .
Variasikan Menu Penuh Warna. ... .
6. Berikan Sugesti bahwa Fast Food Tidak Sehat. ... .
7. Cukupi Waktu Istirahat. ... .
8. Hindari Stres..

Jelaskan apa saja dampak positif dan negatif pada makanan cepat saji?

3 Dampak Positif makanan cepat saji, Makanannya sangat praktis..
Kesehatan pada makanan cepat saji tidak terjamin ksehatannya..
Kemungkinan makanan cepat saji tidak sehat dan bergizi bagi tubuh..
Akan dapat penyakit dalam mengkonsumsi makanan cepat saji secara terus menerus..

Apakah makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan?

Tidak hanya obesitas, makanan cepat saji juga memiliki dampak buruk lain bila dikonsumsi secara berlebihan, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal.