Apa artinya mengampuni tidak hanya 7 kali 6 sampai 70 7

Kunci untuk mengalami pemulihan gambar diri adalah MENGAMPUNI orang yang pernah melukai hati kita dan MENERIMA diri sendiri apa adanya.

Apa yang dimaksud Tuhan Yesus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali?

1. Angka 7 adalah angka sempurna, dimana Allah memberkati hari ke 7 dan menjadikannya hari Sabat [kelegaan/ perhentian] - Kejadian 2:2-3.

2. Angka tujuh adalah angka pembalasan seperti kasusnya Kain yang membunuh Habel sehingga Tuhan membalaskan kepada kain 7 kali lipat, bahkan Lamekh dibalas 77 kali lipat [Kejadian 4:24].

3. Angka tujuh berhubungan dengan perhitungan batas maksimal umur manusia, kalau Tuhan memberikan kekuatan hingga lebih dari yang ditentukan, itu adalah sebagai anugrah dari Tuhan [Mazmur 90:10].

4. Tradisi Israel, setelah 7 kali 7 tahun= 49 tahun], maka tahun ke-50 akan menjadi tahun Yobel di mana terjadi PEMBEBASAN TOTAL bagi mereka yang menjadi budak [Ulangan.16:9-11].

Catatan: 

💟 Ketika Petrus menyodorkan angka 7 dalam pertanyaannya kepada Yesus, ia mewakili banyak di antara kita: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" [Matius 18:21].

💟 Banyak rabi Yahudi pada masa itu bahkan mematok batasnya pada angka 3. Tidak ada lagi pengampunan untuk pelanggaran ke-4. Mungkin Petrus merasa ia sudah terlalu bermurah hati untuk mengampuni pada pelanggaran ke-7.

💟 Jawaban Yesus datang sebagai satu kejutan bagi Petrus: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" [Matius 18:22]. Frasa terakhir dalam teks Yunaninya dapat juga diterjemahkan dengan tujuh puluh tujuh [77] kali.

💟 Jawaban Yesus ini mengingatkan kita akan pernyataan Lamekh [dalam arti yang terbalik] dalam Kejadian 4:21, "Sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat."

💟 Tentu Yesus tidak bermaksud mematok batas pengampunan pada pelanggaran yang ke-490 atau yang ke-77. Ia tentu juga tidak bermaksud meniadakan aspek disiplin dan sanksi bagi pembuat pelanggaran [jelas dalam Matius 18: 15-17].

💟 Yang Ia tekankan adalah bahwa kesediaan kita untuk memberi pengampunan bagi saudara yang bersalah kepada kita tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pelanggarannya. Pengampunan harus selalu tersedia bagi saudara kita, tidak peduli berapa kali ia bersalah terhadap kita. Unlimited.

💟 Itulah juga yang Yesus maksudkan dalam Lukas 17:4, "Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Unlimited.

💟 Walaupun demikian, mari kita berasumsi secara harfiah bahwa batas akhir jumlah pelanggaran yang dapat diampuni adalah 490. Di sinilah kata-kata hikmat dari Charles Spurgeon perlu kita hayati: "Sampai tujuh puluh kali tujuh kali, kata Yesus kepada Petrus. Kita belum mencapai itu. Tapi jika kita sudah mencapainya, mari kita memulai lagi tujuh puluh kali tujuh kali yang lain, karena Allah telah mengampuni pelanggaran kita berkali-kali dalam jumlah yang tak terhitung".


BACA JUGA: RAHASIA MENGAMPUNI [MATIUS 18:21-35]

💟 Bayangkan apa yang terjadi jika Allah menghitung berapa banyak kali kita telah berdosa terhadap-Nya. Mazmur 130:3: "Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" Pengampunan-Nya selalu tersedia ketika kita menyesal dan memohon ampun dari-Nya.

💟 Jadi, kita boleh saja menghitung berapa kali seseorang telah bersalah terhadap kita sebelum kita mempertimbangkan untuk memberi pengampunan. Kalau sudah mencapai angka 490 mari kita hitung ulang dari awal lagi. Karena paketnya unlimited.

Catatan: Kalau kita ingin memberlakukan pengampunan Kristiani, ada tiga hal yang kita perlukan: [1]. Kita harus belajar mengerti. Kalau seseorang melakukan sesuatu, tentu ia mempunyai alasan. Kalau ia kelihatan canggung, kurang sopan dan mudah marah, mungkin ia sedang merasa kuatir atau menanggung rasa sakit. Kalau ia memperlakukan kita dengan kebencian atau kecurigaan, mungkin ia telah salah paham, keliru-mengerti kita, atau memperoleh keterangan yang tidak benar mengenai perkataan atau perbuatan kita. Mungkin juga ia adalah seorang korban lingkungan hidupnya atau memang mempunyai warisan permasalahan. Mungkin juga ia memiliki pembawaan khusus, sehingga pergaulan dan hidupnya menjadi persoalan baginya. Untuk menghadapi orang yang demikian itu, maka pengampunan adalah tindakan utama dan yang pertama harus kita tempuh. Jadi baiklah kalau kita belajar mengerti orang lain, sehingga kita mengetahui sebagian, atau seluruh alasan dari tindakan-tindakannya. [2] Kita harus belajar melupakan. Selama kita memiliki rasa dendam terhadap luka hati yangkecil saja, maka tidak ada harapan bahwa kita akan bisa mengampuni. Kita seringkali mengatakan, “Aku tak bisa lupa akan ucapan atau perlakuan A terhadap aku, di tempat......pada waktu..... Ucapan dan perlakukannya menyakitkan.” Ucapan kita seperti itu adalah ucapan yang berbahaya, sebab pada akhirnya kita sendirilah yangs ecara manusiawi tidakmemungkinkan lagi untuk melupakan hal yang tidak menyenangkan itu. Kita sendiri melestarikan ingatan itu dui dalam benak kita. Memang belajar melupakan adalah suatu usaha yang tidak selalu mudah, bahkan sulit, tetapi juga bukan suatu usaha yang selalu gagal. Memberi pengampunan adalah tanda orang besar, dan melupakan kesalahan orang lain adalah perbuatan yang mulia. Hanya Roh Kudus sajalah yang dapat membersihkan dan menghapuskan segala ingatan kita tentang kepahitan-kepahitan masa lampau. [3] Kita harus belajar mengasihi. Kasih Kristiani, adalah kebajikan dan kehendak baik yang tidak mengenal batas, yang tidak bertujuan lain kecuali kebaikan tertinggi bagi orang lain, tanpa peduli akan perlakuan dan tindakan orang lain tersebut kepada kita. Kasih yang demikian itu hanya akan ada di dalam hati kita, kalau Kristus, yang adalah Kasih itu sendiri, ada di dalam diri kita. Dan Kristus akan ada di dalam diri kita hanya kalau kita mengundang-Nya.

Demikianlah, kiranya kita dimengertikan, bahwa agar kita diampuni, maka kita harus mengampuni. Dan itu adalah syarat yang hanya dapat kita penuhi karena kuasa Kristus saja.

Kesimpulan :


Kita harus selalu mengampuni / MEMBEBASKAN orang yang bersalah kepada kita SEMASA UMUR HIDUP kita dengan hati yang tulus tanpa harus diingat-ingat kembali. Inilah BUAH PERTOBATAN YANG SEMPURNA sebagai seorang pengikut Kristus di mana kita diharuskan membalas perbuatan jahat dengan perbuatan baik.

MENGAMPUNI 70X7X [MATIUS 18:21-22]

Ditulis Oleh: Melben

Bacaan [Matius 18:21-35]

Setiap orang pernah merasa jengkel dan marah. Marah merupakan reaksi seseorang saat menemui sesuatu yang tidak benar dan membuat perasaannya terluka. Itu wajar! Dengan marah, hal yang tidak benar bisa diubah. 

Namun marah bisa menjadi tidak baik saat berubah menjadi amarah dan dendam. Meyimpan amarah, kejengkelan, dendam menjadikan perang batin yang hebat dalam diri kita. Hal itu membuat hidup kita terganggu. Terganggunya hidup perlu diubah. Dan upaya untuk mengubahnya adalah dengan pengampunan. 

Perikop perumpamaan tentang pengampunan sebagaimana ditulis dalam Matius 18:21-35 tentunya bukan perikop yang asing bagi kita, sebab perikop ini amat populer dan kerap dibahas. Sekalipun perikop ini kerap dibahas, bukan berarti perikop ini mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengampuni kesalahan sesama bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Apalagi bila kita merasa intensitas luka dalam batin itu terasa kuat.

Pengampunan merupakan tindakan yang sengaja dilakukan, berangkat dari kesadaran diri bahwa dengan mengampuni hidup dimerdekakan. Apa maknanya? Melalui perikop ini kita akan menghayati makna pengampunan yang memerdekakan itu.

Pertanyaan Petrus pada Tuhan Yesus, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” [Mat. 18:21] merupakan pertanyaan seorang murid yang ingin belajar tentang pengampunan dari gurunya. Sebenarnya, ketika Petrus bertanya, apakah ia harus mengampuni sampai tujuh kali, itu sudah merupakan sebuah keberanian yang besar. Jika saja Tuhan Yesus menjawab dengan “ya”, sanggupkah Petrus? 

Seseorang bisa mengampuni sampai tujuh kali sudah bisa dikatakan merupakan sebuah prestasi, sungguh tidak mudah melakukan itu. Pada umumnya orang sudah akan menyerah bila ia sudah mengampuni sebanyak tiga kali; bahkan banyak orang yang satu kali mengampunipun sudah sulit. Dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak cukup orang mengampuni sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Siapa yang sanggup melakukannya? 

Agar para murid memahaminya, Tuhan Yesus mengajar para murid dengan menggunakan perumpamaan tentang hamba yang hutangnya dihapuskan, tetapi ia menagih temannya yang berhutang kepadanya dalam jumlah yang sangat tidak berarti dibandingkan utangnya sendiri. Atas kejahatannya itu si hamba dihukum. Perumpamaan ini mengajarkan pengampunan yang harus dinyatakan kepada orang lain yang bersalah kepada kita. Apa yang bisa kita simpulkan?

1. Dendam adalah hutang. 

Melalui perumpamaan hamba yang tidak mengampuni kesalahan orang lain kepadanya dilihat sebagai hutang. Hutang merupakan beban yang menindih kehidupan dan tidak memerdekakan. Sebagaimana hutang harus dibayar, demikian juga dengan hutang kepada sesama karena menyimpan dendam. Dengan apa hutang dibayar? Dengan pengampunan. Bila kita mendendam pada orang lain, kita akan dipenjarakan oleh perasaan kebencian kita. 

Selain dipenjara kebencian, kita juga terhalang untuk menerima ampunan dari Tuhan. Kita bisa mengingat perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 6:14-15,”Karena jikalau mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu yang di sorga juga tidak mengampuni kesalahanmu”.   

2. Pengampunan adalah pelunasan yang memerdekakan. 

Bila dendam diibaratkan sebagai hutang, maka pengampunan adalah bentuk pelunasan. Saat kita berhutang dan hutang itu dapat dilunasi, perasaan bahagia pasti ada dalam diri. Demikian juga dengan pengampunan. Dengan menyatakan ampunan pada orang yang bersalah, di sana kita memerdekakan diri, sehingga muncul ketenangan dalam batin.  Siapa yang dimerdekakan? Yang dimenangkan adalah diri sendiri dan sesama.

Karena pengampunan itu memulihkan semua, maka hidup ini menjadi bermakna setiap hari bila kita mengikuti ajaran Tuhan Yesus. Mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali berarti pengampunan yang tanpa batas. Pengampunan itu lahir dari dalam batin yang menyadari bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, khilaf serta memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.  

Mengampuni 70 x 7 kali sebagai pengampunan tanpa batas juga mengajak kita untuk menyadari  bahwa, sejatinya mengampuni bukan melupakan. Kita perlu menyadari bahwa manusia adalah makhluk memori. Memori dalam diri manusia menjadi penyimpan berbagai rupa kejadian, termasuk kesalahan orang lain dan terkadang ketika kita mencoba melupakan kesalahan orang lain, kita seolah makin menancapkan duri dalam daging. 

Ingatan-ingatan masa lalu saat disakiti muncul begitu rupa dan otak kita kembali membuka memori-memori lama itu. Mengampuni, bukan melupakan. Dalam pengampunan kita membuat frame atau cara pandang baru dalam relasi bersama sesama agar semua pihak dipulihkan. Ketika kita mengampuni, kita sedang melepas emosi-emosi negartif dalam diri. Kita dipulihkan, sesama juga dipulihkan. 

Dalam kenyataan sehari-hari, kita juga kerap menemukan orang-orang yang berkata,”Lha saya sudah mengampuni dia. Kok dia masih begitu terus dan tidak berubah.” Banyak orang berpikir bahwa dengan memberikan ampunan, orang yang diampuni hidupnya berubah. 

Pemikiran itu perlu direnungkan kembali. Kita perlu menyadari bahwa mengampuni itu tidak menjamin yang diampuni berubah. Ketika kita mengampuni, kitalah yang diubah. Kita diubah semakin sabar, kuat, memandang kehidupan secara positif dan kita diubah menjadi pribadi yang dewasa dalam kasih Kristus.

Kedewasaan dalam kristus karena hidup yang mengampuni itu didasarkan pada pemahaman bahwa pengampunan itu adalah anugerah. Seorang bernama Jared Pingleton mengatakan bahwa, pengampunan berasal dari Allah, diberikan kepada orang lain, kemudian kepada diri sendiri. Semuanya saling berhubungan. Barangsiapa sulit mengampuni orang lain, ia sulit mengampuni diri sendiri. Ini berbahaya. Mengapa berbahaya? 

Seseorang yang tidak dapat mengampuni diri sendiri mudah terjatuh ke dalam berbagai tindakan jahat dan rentan terhadap gangguan hidup baik fisik maupun mental. Maka pengampunan itu memiliki daya pemulih yang hebat untuk fisik maupun mental. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengampunan itu memulihkan hal-hal yang terkait dengan kondisi mentalitas kita seperti: depresi, kecemasan, kebencian, iri hati, perasaan sakit, kecanduan, luka batin dan rasa bersalah. 

Selain itu, pengampunan juga memulihkan kehidupan secara utuh, sehingga menjadikan hidup jadi sehat. Dalam mental dan fisik yang sehat, seseorang akan dipenuhi dengan harapan-harapan, percaya pada sesama, optimis, tensi normal, keluarga utuh, gereja utuh, masyarakat menjadi baik, dsb.

Pengampunan yang diajarkan Tuhan Yesus dinyatakan pada kita dan kita menyambutnya sebagai anugerah. Sesungguhnya siapakah kita ini? Kita adalah manusia yang penuh dosa. Namun Allah berkenan menyatakan ampunan pada kita. Sebagai orang yang telah diampuni Tuhan, kitapun wajib menyatakan ampunan pada sesama.

Page 2

Kami adalah manusia-manusia biasa yang memiliki berjuta kekurangan, namun kami tahu bahwa kami telah hidup di dalam Kristus, dengan darah yang mahal Ia memberikan kami kehidupan yang bebas dari perbudakan dosa. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, di dalam-Nya, kami dan juga Anda telah beroleh kehidupan kekal. Maka kami juga sadar akan kebesaran dosa-dosa kami.

Kami memiliki kesadaran yang besar bahwa kehidupan kami bukan kami lagi, melainkan Yesus yang hidup dalam kami. Kami telah menjadi manusia baru, yang PRODUKTIF HANYA UNTUK KEMAJUAN INJIL. Maka melalui Komunitas KTMPL. Kami bersama-bersama akan terus memperjuangkan kehidupan LITERASI untuk kemajuan kehidupan Kristen yang lebih mengenal Kristus dan memuliakan Allah saja. Dan setiap kita kiranya memiliki api yang menyala di dalam hati dan pikiran sehingga dibukakan begitu pentingnya Literasi, dalam konteks ini membaca dan menulis. Roh Kudus kiranya memampukan.

Ada pun, Visi dan Misi Komunitas kami seperti yang terterai di bawah;

Visi dan Misi Komunitas Teolog Muda Penggerak Literasi [KTMPL]. 

Visi

Menjadi komunitas yang unggul dalam melayani melalui literasi dan cinta firman Tuhan yang berdampak secara holistik dalam lingkungan nasional maupun internasional. 

Misi: 

1] Membangkitkan spirit literasi dalam diri kaum muda untuk melayani melalui tulisan dan cinta firman Tuhan.

2] Menghasilkan karya literasi yang bercirikan teologi dan misional. 

3] Mempublikasikan karya literasi melalui buku, video, media elektonik, dan media sosial dalam melayani.

Kami membuat blog ini dengan maksud berbagi pengalaman iman dan ilmu seputar teologi. Pada dasarnya, teologi itu menyenangkan [asik] apabila dipelajari. Menyenangkan karena teologi itu menghibur – membawa kita kepada Allah dan hidup sesuai kebenaran-Nya. Kiranya melalui blog ini, para pembaca sekalian mendapat berkat rohani. Soli Deo Gloria.

Ketua: Billy Steven Kaitjily

Sekretaris: Murni Kristiani Harefa

Bendahara: Yolanda Thresia Agnes Pongoh

Bid. Kerja Sama Pemerintah: 

~Novita Indriani Rorong

~Agusthinus Sahureka

~Imanuela Pandu

Bid. Penelitian: 

~Yesri Esau Talan

~Pardomuan Marbun

~Haposan Lumbantoruan

~Yulius Enisman Harefa

Bid. Publikasi: 

~Agung Raditia Wy

~Oskar Berto Frans Betty

~Tiara Wijaya

~Novi Lesnussa

IT: Atiar

Penasehat: Agus Alfrido Samosir

Anggota KTMPL

  • Arianto Tasey
  • Daniel A. Sitanggang
  • Dhebby Soru
  • Evan D. Sinaga
  • Leo Candra
  • Melben Nainupu 
  • Nerman Naetasi
  • Sinuyu Waruwu

Buku-buku yang Ditulis oleh KTMPL

1. Allah & Penderitaan Orang Percaya [Luwuk Banggai: Pustaka Star’s Lub, 2020].

2. Seni Membangun Keluarga Kristen Bahagia [Luwuk Banggai: Pustaka Star’s Lub, 2021].

3. Hidup Kristen di Tengah Perubahan Zaman: Kumpulan Tulisan dalam Rangka Mensyukuri Ulang Tahun Pdt. Thomas Herry Yaluluan [Luwuk Banggai: Pustaka Star’s Lub, 2021].

4. Menghayati dan Mensyukuri Karya Yesus Kristus [Luwuk Banggai: Pustaka Star’s Lub, 2021].

Terimakasih telah berkunjung, TUHAN YESUS MEMBERKATI

Klik DISINI jika ingin menghubungi kami

Video yang berhubungan