Amatilah keluargamu hal-hal apa saja yang berpotensi untuk menjadi keluarga ideal

pinterest.id

Dasar yang pertama yang harus jadi landasan membangun keluarga ideal yang benar adalah adanya ketauhidan. Tauhid ini erat kaitannya dengan kepatuhan terhadap Tuhan (Allah). Ini jadi penting karena pernikahan sendiri merupakan salah satu wadah ibadah muslim untuk menggenapi agamanya. Tentu saja salah satunya adalah karena pernikahan adalah ibadah terlama dibanding ibadah lainnya.

Pernikahan tentu saja juga diharapkan dapat mendekatkan kita terhadap Allah. Tak jarang bukan kamu mendengar kata semoga jodoh dunia akhirat, semoga langgeng sampai surga? tentu saja untuk bisa menggapainya diperlukan ketauhidan yang mendalam, karena dasarnya adalah ibadah.

Visi-misi yang jelas

Apa tujuan pernikahan yang kamu gelar? Sama halnya seperti ketika kita melaksanakan sesuatu, perlu adanya tujuan yang jelas agar dapat mengatur strategi yang tepat untuk mencapainya, juga agar lebih punya hubungan yang hangat dalam menjalaninya.

Kamu sudah menentukan visi pernikahan dengan pasangan? pernikahan seperti apa sih yang ingin kamu bangun nanti? Coba bicarakan mendalam bersama pasangan kamu, mau di bawa kemana pernikahanmu nanti. Apa mimpi bersama yang harus kalian capai?

Baca juga : PERSIAPAN MENTAL MENUJU PERNIKAHAN, WAJIB TAHU!

Jiwa untuk belajar

Jiwa pembelajar adalah sikap yang wajib dimiliki oleh setiap orang untuk membangun keluarga ideal. Mempunyai kehidupan baru, berarti juga memiliki tanggung jawab baru. Untuk dapat memenuhinya, sudah tentu kita harus tahu ilmunya.

Belajarlah untuk senantiasa maju, menjadi lebih dewasa dalam bersikap. Termasuk juga salah satunya adalah belajar memahami pasangan. Semaki kita mengenal pasangan kita, semakin tahu dan paham juga bagaimana kita harus bersikap. Pada akhirnya, hubungan akan lebih harmonis, rumah tangga akan terasa lebih nyaman dijalani, sampai ke hati.

Kemampuan mengelola keuangan

Tahu kan kalau ekonomi jadi salah satu hal penting yang juga dipikirkan oleh setiap rumah tangga? Bahkan, masalah finansial, disebut-sebut menjadi salah satu penyebab banyak terjadinya perceraian. Cerdas mengelola gaya hidup jadi satu kunci yang perlu kita terapkan baik sebelum maupun pasca menikah. Diskusikan hal ini juga ya dengan pasanganmu!

Bekerjasama

Menikah itu kan melibatkan dua pihak, jadi tau dong kalau tanggung jawab mengelola dan menjalankannya juga butuh kerjasama? mengatur agar suasana pernikahan jadi menyenangkan tidak hanya berbagi tugas soal tanggungjawab jadi istri dan suami. Tapi juga soal jadi menantu, orang tua dan semua tanggungjawab peran lainnya setelah menikah. Bangun kerjasama yang epic untuk membangun keluarga ideal kalian nanti.

MADANINEWS.ID, JAKARTA —  Banyak pasangan suami-istri yang mengimpikan keluarganya menjadi keluarga yang ideal. Pasalnya, bagi mereka keluarga ideal merupakan cerminan dari kesuksesan dalam menata dan merawat keluarga. Namun di balik impian tersebut, bagaimana sebenarnya Islam merumuskan makna keluarga ideal?

Keluarga ideal dalam Islam dapat juga dikatakan sebagai keluarga yang saleh. Di dalamnya tertanam nilai-nilai yang ditargetkan oleh Islam yang meliputi ketenangan, mawaddah dan rahmah, sebagaimana disinyalir dalam Alquran surah al-Rum ayat 21 berikut:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

Kemudian hubungan antara suami-istri didalamnya digambarkan oleh Allah SWT sebagai Selimut atau pakaian yang memiliki konotasi makna menjaga, menutup, hiasan, mendekatkan dan menempelkan sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 187 berikut:

“هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ”

“Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”.

Hanya saja dalam peroses perjalanannya, mewujudkan keluarga ideal serta saleh dengan target serta gambaran yang telah digariskan oleh islam diatas tidak semudah membayangkannya. Perlu usaha yang istiqamah, tekad  yang kuat serta kesabaran yang luas untuk bisa mewujudkannya.

Maka dari itu sangat penting mengetahui langkah-langkah membentuk keluarga ideal yang ditawarkan Islam guna bisa sampai pada target dan tujuan sebagaimana dijelaskan di atas. Langkah-langkah tersebut diungkapkan oleh Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam Bukunya al-Khashaish al-‘Ammah Fi al-Islam sebagaimana berikut:

  1. Menjunjung tinggi prinsip saling pengertian dan saling ridha

Pergaulan dalam sebuah keluarga tidak selalu putih. Ada hitam datang sebagai bumbu penyedap perjalannya. Karena didalamnya kumpulan minimalnya dua orang yang pastinya tidak satu rasa, tidak satu nalar serta perbedaan-perbedaan lainnya. Akan tetapi jika didalamnya terdapat prinsip saling mengerti dan saling merelakan tentunya perbedaan-perbedaan yang ada menjadi keindahan bukan tekanan.

  1. Selalu Menjaga Interaksi yang baik (al-mu’asyarah bil ma’ruf)

Langkah kedua ini semestinya akan mengikuti langkah pertama. Suami akan lebih peka terhadap istri serta anak-anaknya disaat mengalami kegelisahan dan kehancuran. Begitu juga istri, akan menggunakan jurus perasaannya untuk lebih dalam melihat keberadan suami sehingga akan lahir sebuah interaksi yang baik antar satu dengan yang lainnya.

  1. Menjaga hak dan kewajiban antar keduanya dengan baik

Dalam hubungan keluarga ada hak dan kewajban yang harus dijaga dengan baik sekalipun disesuaikan dengan kemampuan keduanya. Hak bagi istri merupakan kewajiban bagi suami begitupun sebaliknya, hak bagi suami menjadi sesuatu yang diwajibkan bagi istri untuk selalu dijaga dengan baik.

  1. Suami harus jadi pembimbing serta bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas keluarga

Seorang suami sebagaimana diungkapkan oleh Allah sebagai pemimpin keluarga harus betul-betul membimbing dan bertanggung jawab. Suami bertanggung jawab atas segala macam kewajiban serta perintah Allah SWT demi terciptanya stabilitas keluarga. Beban suami sebagai pemimpi memang tidak mudah tapi Allah sudah menanamkan potensi al-qawwamah (sifat-sifat kepemimpinan) didalam dirinya untuk dijadikan modal utama.

  1. Istri harus menjadi surga bagi suami dan anak-anaknya

Seorang istri memang tugas utamanya adalah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah mulai dari yang berbau fisik hingga ke hal-hal yang berbau psikis. Hal ini sebagai penenang dan penyejuk bagi suami yang sudah seharian berkelana mencari sesuap nasi. Begitupun terhadap anak-anaknya. Seorang ibu yang disinyalir oleh Rasulullah sebagai sekolah pertama maka jadikanlah ia sebagai surga.

  1. Suami istri harus selalu memantau serta menjaga anak-anaknya dengan bijaksana

Kewajiban dari seorang ayah dan ibu terhadap anaknya-anaknya adalah menjaga dan mengayomi sebaik mungkin. Mereka tidak boleh ditelantarkan hingga merasa tidak punya orang tua. Mereka tidak boleh dibiarkan bodoh dan bebas keluyuran kemana hingga menjadi anak yang tidak baik serta taat.

  1. Anak-anak harus menjadi anak yang patuh dan taat pada orang tuanya

Orang tua berkewajiban berusaha semaksimal mungkin agar anak-anaknya menjadi anak yang patuh dan taat dengan cara penanaman nilai-nilai keislaman, keabaikan, ketulusan, kelembutan serta niali-nilai baik lainnya sehingga anak-anaknya kelak mengerti akan kewajiban-kewajjbannya yang salah satunya patuh terhadap, kedua orang tua.

Dari ketujuh langkah di atas jelaslah bahwa membentuk keluarga yang ideal butuh perjuangan yang berkesinambungan di samping juga harus pasrah secara total pada Allah SWT. Pasrah di sini bukan berarti melepaskan kendali perjuangan akan tetapi setiap perjuangan yang diusahakan harus ada Allah di situ.

Tags: keluarga idealkeluarga sakinah

Sebuah website menanyakan kriteria keluarga Kristen yang ideal kepada para subscriber mereka. Jawaban-jawaban yang dikumpulkan sangat menarik, ada yang berkata bahwa keluarga Kristen ideal adalah keluarga yang pengertian takut akan Tuhan, mengajarkan kedekatan hubungan dengan Tuhan, keluarga yang melayani, maupun keluarga yang sudah diselamatkan. Ada juga yang menjawab keluarga yang penuh damai sejahtera, hal mengampuni dalam Alkitab menghargai dan memaafkan, serta bertahan sampai akhir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ideal mempunyai arti sangat sesuai dengan yang dicita-citakan, diangan-angankan, atau dikehendaki.

Jika berbicara tentang cita-cita, kebanyakan orang pasti punya cita-cita yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak heran, definisi keluarga Kristen ideal yang dilontarkan oleh para subscriber website Kristen tersebut berbeda-beda. Jawaban-jawaban tersebut sebenarnya menggambarkan impian dan memberikan sedikit gambaran tentang pengalaman mereka bersama keluarga. Jika saat ini kamu membaca artikel ini maka dapat ditebak bahwa kamu ingin tahu seperti apa keluarga yang ideal menurut Alkitab. Namun mungkin kamu akan sedikit kecewa karena jawabannya adalah TIDAK ADA. Ya, tidak ada keluarga yang ideal, bahkan di dalam Alkitab. Di Alkitab, kamu akan menemukan contoh keluarga-keluarga Kristen yang ideal yang jauh dari kata sempurna, beberapa diantaranya adalah:

  • Keluarga Abraham dan Sara

Bayangkan kamu adalah seorang istri yang diminta untuk berbohong tentang status pernikahan karena suamimu takut dibunuh. Bagaimana perasaanmu? Hal itu juga yang dirasakan Sara saat diminta berbohong oleh Abraham saat mereka ada di Tanah Mesir (Kejadian 12:10-20; 20:1-18).

  • Keluarga Yakub, Lea, dan Rahel

Poligami? Hal itu sudah terjadi dan tercatat dalam Alkitab. Pilih kasih? Hal itu juga yang terjadi pada keluarga Yakub. Kita dapat membaca bagaimana Yakub lebih mencintai Rahel dan anak-anaknya dibandingkan Lea dan anak-anaknya (Kejadian 29,37).

Timotius memiliki nenek dan ibu yang mengajarkannya tentang iman, namun ia juga memiliki ayah orang Yunani yang tidak mengenal Allah (2 Timotius 1:5).

Peran Anggota Keluarga dalam Alkitab

Beberapa contoh diatas hanya sebagian kecil dari keluarga-keluarga di Alkitab yang jauh dari kata ideal. Lalu, jika tidak ada keluarga yang ideal, bagaimana sebaiknya kita berharap atas keluarga yang saat ini kita miliki?

1. Kepala dari Keluarga Kristen

Harapan atas suatu keluarga harus dilandasi oleh pengetahuan tentang siapa pemimpin dalam keluarga tersebut. Jawabannya sudah barang tentu adalah Allah, karena Allah adalah Kepala dari semua keluarga Kristen di seluruh dunia. Bahkan, hal tersebut sudah ada dalam janji pernikahan yang dulu kamu ucapkan. Jika kita sudah tahu, sadar, dan yakin bahwa Allah-lah kepala keluarga kita, maka sebenarnya menjalani kehidupan keluarga tidaklah seberat yang kita pikirkan.

1 Korintus 11:3

Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

Kekecewaan adalah jurang pemisah antara harapan dan realita. Hal tersebut yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Coba renungkan betapa sering kita kecewa pada suami, istri, atau anak-anak karena mereka tidak memenuhi ekspektasi kita? Disinilah sebenarnya Firman Tuhan mengajarkan tentang meletakkan dasar dari segala harapan kepada Allah karena Dialah Sang pemimpin keluarga. Ada perbedaan besar antara harapan yang kamu pegang sendiri dengan harapan yang kamu serahkan pada kemudi Allah.

Coba bayangkan sejenak kamu sedang ada dalam perjalanan jauh, ambillah contoh dari Jakarta ke Bali. Jika kamu terus-terusan menyetir sendirian tanpa istirahat maka tidak heran kamu akan kelelahan. Beda saat kamu punya seorang rekan yang dapat menggantikanmu menyetir saat kamu lelah maupun memberikan arahan saat kamu ada di lokasi yang asing. Seperti itu jugalah seharusnya perjalanan kehidupan pernikahan kita, jangan kita kemudikan sendiri. Di perjalanan panjang ini, bekerjasamalah dengan Allah dalam kemudi pernikahan kita.

2. Dasar dari Keluarga Kristen

Setelah mengetahui Kepala atau Pemimpin dari keluarga, kita juga harus tahu dasar dari keluarga Kristen. Pasti kamu semua sudah tahu bahwa dasarnya harus sesuai dengan Alkitab, tapi seperti apa aplikasinya dalam kehidupan keluarga sehari-hari? Alkitab mencatat bahwa kita harus mengajarkan berulang-ulang dan membicarakan Firman Tuhan di mana saja (Ulangan 6:6-9). Bahkan, jika ada orang-orang lain datang ke rumah dan melihat hidup kita, mereka dapat melihat penerapan Firman Tuhan yang nyata. Dalam kehidupan keluarga pun seperti itu, Firman Tuhan harus menjadi dasar dari setiap keputusan yang kita buat, contohnya bagaimana cara yang tepat untuk menasihati anak, apakah akan berhutang atau tidak, ataupun dalam hubungan suami istri.

Sebelum mencari saran dari orang lain ataupun sumber lain, carilah Firman Tuhan dulu. Firman Tuhan juga harus menjadi sebuah atmosfer di dalam keluarga Kristen. Pastikan bahwa semua anggota keluarga kita mengerti dengan jelas penerapan dan aplikasi dari Firman Tuhan tersebut dalam kehidupan mereka. Selalu pantau juga ukuran pertumbuhan rohani mereka, apakah mereka sudah menjadi pelaku Firman Tuhan atau belum. Mari lihat kembali contoh-contoh keluarga di Alkitab yang sudah ditulis diatas, walaupun dapat dikatakan bahwa Abraham adalah pria penakut, tapi saat Abraham taat pada rencana Tuhan dan sabar menanti, maka Ia dan Sara menjadi Bapa dan Ibu banyak bangsa serta mendapatkan keturunan yang dijanjikan. Walaupun keluarga Yakub, Lea, dan Rahel terpecah belah, namun keturunan merekalah yang melanjutkan janji Allah kepada Abraham, yaitu keturunan seperti bintang-bintang di langit. Lain halnya dengan Timotius, walaupun memiliki ayah yang tidak mengenal Allah, namun lewat iman dari Nenek dan Ibunya serta dasar Firman Allah yang sudah menjadi kehidupannya sejak kecil, Ia pun dipakai sebagai salah satu pendiri gereja di usia yang masih muda pada masa pelayanan Paulus.

Jadi, apapun keadaan keluarga kita saat ini, sadarilah bahwa tidak ada keluarga yang ideal. Namun demikian, jadikanlah Allah sebagai Kepala Keluarga dan Firman Tuhan sebagai dasar yang kokoh bagi keluarga kita, maka Tuhan akan memakai keluarga kita untuk menggenapi rencana-Nya yang besar di dunia ini, karena keluarga adalah wadah untuk Tuhan menggenapi janji Tuhan bagi orang percaya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA