5 penyesalan teratas dari unduhan gratis pdf yang sekarat 2022

1 KUMPULAN CERITA BIJAK Di Sadur dari

2 SEKAPUR SIRIH Sekumpulan cerita pembangun jiwa yang sengaja dikumpulkan untuk memudahkan para pembaca dalam melakukan sebuah rencana perubahan, tidak ada niat untuk mengubah maupun mengedit sebagian maupun keseluruhan teks kecuali untuk mengambil intisari cerita. Jika tersebarnya ebook ini merugikan pihak yang disadur maka pengumpul naskah bersedia menghapus link download untuk ebook ini sebagai bentuk penghargaan pengumpul naskah kepada penulis asli. Pengumpul naskah berharap dengan tersebarnya ebook ini, orang akan semakin banyak yang mengunjungi web Pengumpul naskah bahkan tidak akan mencantumkan nama, alamat maupun alamat web sebagai bukti bahwa kumpulan cerita ini adalah bukan tulisan tangan dari pengumpul naskah tapi murni dari alamat web milik Andrie Wongso.

3 ANAK PEMALAS Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala macam tanggung jawab. Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak? Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari, atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari, pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh nanti habis lagi?"demikian pula saat sarapan pagi, dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya? Aku buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar

4 lagi?" jawab si ibu tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya. Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."

5 LOYALITAS Seorang pemuda karyawan sebuah kantor sering mengeluhkan tentang karirnya. Ia merasakan bahwa setiap kali bekerja, tidak mendapatkan kepuasan. Karirnya sulit naik, Gaji yang didapat pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena itu ia pun sering berpindah-pindah tempat kerja. Ia berharap, dengan cara itu ia bisa memperoleh pekerjaan yang memberikannnya kepuasan, dari segi karir, maupun gaji. Setelah sekian lama ia berganti pekerjaan, bukannya kepuasan yang ia dapat, namun justru sering muncul penyesalan. Setiap kali pindah pekerjaan, ia merasa menjumpai banyak kendala. Dan, begitu seterusnya. Suatu ketika, pemuda itu berjumpa dengan kawan lamanya. Kawan lama itu sudah menduduki posisi direktur muda di sebuah perusahaan. Pemuda itu pun lantas bertanya, bagaimana caranya si kawan bisa memperoleh kedudukan yang tinggi dengan waktu yang relative cepat. "Kamu dekat dengan bosmu ya?" Tanya si pemuda penasaran. Kawan lamanya itu hanya tersenyum. Ia tahu, si pemuda curiga padanya bahwa posisi saat ini dikarenakan faktor koneksi. "Memang, aku dekat dengan bos aku." Jawab kawan itu, "Tapi aku juga dekat dengan semua orang di kantorku. Bahkan, sebenarnya aku berhubungan dekat dengan semua orang, baik dari yang paling bawah sampai paling atas. Kamu curiga ya? Aku bernepotisme karena bisa

6 menduduki posisi tinggi dalam waktu cepat?" Dengan malu, pemuda itu segera meminta maaf, "Bukan itu maksud aku. Aku sebenarnya kagum dengan kamu. Masih seusia aku, tapi punya prestasi yang luar biasa sehingga bisa jadi direktur muda." Setelah menceritakan keadaannya sendiri, si pemuda kembali bertanya, Kawan, apa sih sebenarnya rahasia sukses kamu? Dengan tersenyum bijak si kawan menjawab, "Aku tak punya rahasia apapun. Yang kulakukan adalah mengaktualisasikan diriku atau fokus pada kekuatan yang aku punyai, dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang aku miliki. Itu saja yang kulakukan. Mudahkan?" "Maksudmu bagaimana?" "Aku pun sebenarnya pernah mengalami hal yang sama denganmu, merasa jenuh dengan pekerjaan yang ada dan juga tak bisa naik jabatan. Namun, suatu ketika, aku menemukan bahwa ternyata aku punya kemampuan lebih di bidang pemasaran. Maka, aku pun mencoba untuk fokus di bidang pemasaran. Aku menikmati bertemu dengan banyak orang. Selain itu, aku pun mencoba terus belajar untuk mengusir kejenuhan pada pekerjaan. Dan, inilah yang aku dapatkan.

7 PEMATUNG Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu. Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung. Sejak hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya. Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan

8 sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan. Guru, bolehkan saya meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru. Silakan pakai, kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah, jawab sang guru sambil tersenyum. Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, Guru, saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alatalat yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Guru buat? Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik. Terima kasih Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari saya. Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangantangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya. Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga

9 yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan!!! SALAH PERSEPSI Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut. Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka. Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-

10 ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar. Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita! teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis. Ha benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan! si petani ikut berteriak panik. Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya. Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan. Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali. Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis. Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan

11 bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda. Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak. SUKSES Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya yang paling kritis. Guru, apakah kami semua nanti bisa sukses? Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. Hayoo, siapa yang mau uang ini? Semua anak berebutan mengacungkan tangannya. Uang senilai itu bagi mereka sangat besar. Tiba-tiba, sang guru melipatlipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, Hayoo, siapa yang mau uang ini? Walaupun merasa

12 heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak Saya..saya..saya.. Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu. Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini? Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. Aku guru..aku.. Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau? Jelek itu kan hanya bentuknya saja guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu, jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu. Sang guru pun kemudian berujar, Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka

13 sukses pasti kalian dapatkan. Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka. Karena itu, seberat apapun perjuangan yang kita lakukan, seganas apapun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apapun gunung yang akan kita daki, seluas apapun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat Success is my right! Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda. Perjuangkan!!! KEHIDUPAN Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya. Om beli bunga Om. Tidak Dik, saya tidak butuh, ujar eksekutif muda itu tetap sibuk

14 dengan laptopnya. Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om, rayu si gadis kecil. Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu. Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja. Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu, ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis? Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis. Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan

15 membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu. Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan. PERSATUAN Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya

16 karena memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera. Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur. Dari bertengkar mulut hingga beradu fisik sering terjadi di antara mereka. Raja sangat gelisah dan tidak tenang memikirkan ketidakakuran anak-anaknya. Bila terceraiberai karena tidak akur bagaimana jika harus bertempur melawan musuh, begitu pikir sang raja. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat menginginkan mereka akur sehingga bisa bahu-membahu jika menghadapi serangan dari luar, serta agar bisa memberi contoh rakyatnya hidup rukun di negeri sendiri. Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, sebelum acara makan dimulai, raja memerintahkan kepada mereka: Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan. Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan. Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu. Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut. Raja kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anakanaknya mematahkan sumpit yang kali ini ada tiga batang. Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan, namun ada juga yang akhirnya menyerah. Salah seorang dari mereka lantas bertanya: Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini? Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika satu batang

17 mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian. Bila mau bersatu, maka tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita. Tapi bila kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita. Ayah ingin kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika kita mampu menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri ini, maka kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur, jelas sang raja. Anak-anakku, usia ayah sudah lanjut. Kini saatnya ayah titipkan kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan mampu menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu. Untuk membangun komunitas baik keluarga, perusahaan, pemerintah, ataupun komunitas-komunitas lainnya, mutlak diperlukan semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang mengatakan, Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai berai. Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antarpribadi, akan memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap. Dengan modal tersebut, sebuah komunitas akan berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan bisa

18 SUNGAI Suatu hari di dalam kelas sebuah sekolah, di tengah-tengah pelajaran, pak guru memberi sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya : Anakanak, jika suatu hari kita berjalan-jalan di suatu tempat, di depan kita terbentang sebuah sungai kecil, walaupun tidak telalu lebar tetapi airnya sangat keruh sehingga tidak diketahui berapa dalam sungai tersebut. Sedangkan satu-satunya jembatan yang ada untuk menyeberangi sungai, tampak di kejauhan berjarak kira-kira setengah kilometer dari tempat kita berdiri. Pertanyaan saya adalah, apa yang akan kalian perbuat untuk menyeberangi sungai tersebut dengan cepat dan selamat? Pikirkan baik-baik, jangan sembarangan menjawab. Jawablah dengan memberi alasan kenapa kalian memilih jalan itu. Tuliskan jawaban kalian di selembar kertas. Kita akan diskusikan setelah ini. Seisi kelas segera ramai, masing-masing anak memberi jawaban yang beragam. Setelah beberapa saat menunggu murid-murid menjawab di kertas, pak guru segera mengumpulkan kertas dan mulailah acara diskusi. Ada sekelompok anak pemberani yang menjawab: kumpulkan tenaga dan keberanian, ambil ancang-ancang dan lompat ke seberang sungai. Ada yang menjawab, kami akan langsung terjun ke sungai dan berenang sampai ke seberang. Kelompok yang lain menjawab : Kami akan mencari sebatang tongkat panjang untuk membantu menyeberang dengan tenaga lontaran dari tongkat tersebut. Dan ada pula yang menjawab : Saya akan berlari secepatnya ke jembatan dan menyeberangi sungai, walaupun agak lama karena jarak yang cukup jauh, tetapi lari dan

19 menyeberang melalui jembatan adalah yang paling aman. Setelah mendengar semua jawaban anak-anak, pak guru berkata, Bagus sekali jawaban kalian. Yang menjawab melompat ke seberang, berarti kalian mempunyai semangat berani mencoba. Yang menjawab turun ke air berarti kalian mengutamakan praktek. Yang memakai tongkat berarti kalian pintar memakai unsur dari luar untuk sampai ke tujuan. Sedangkan yang berlari ke jembatan untuk menyeberang berarti kalian lebih mengutamakan keamanan. Bapak senang kalian memiliki alasan atas jawaban itu. Semua jalan yang kalian tempuh adalah positif dan baik selama kalian tahu tujuan yang hendak dicapai. Asalkan kalian mau berusaha dengan keras, tahu target yang hendak dicapai, tidak akan lari gunung di kejar, pasti tujuan kalian akan tercapai. Pesan bapak, mulai dari sekarang dan sampai kapanpun, Kalian harus lebih rajin belajar dan berusaha menghadapi setiap masalah yang muncul agar berhasil sampai ke tempat tujuan. Dalam kenyataan hidup, kita semua sebagai manusia selalu mempunyai masalah atau problem yang harus di hadapi, selama kita tidak melarikan diri dari masalah, dan sadar bahwa semua masalah dan rintangan itu harus diatasi, melalui pola pikir dan cara2 yang positif serta keberanian kita menghadapi semua itu, tentu hasilnya akan maksimal. Hanya dengan action dan belajar, belajar dan action lagi. Manusia baru bisa mencapai pertumbuhan mental yang sehat dan meraih kesuksesan seperti yang di idam idamkan!

20 PENEBANG POHON Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu. Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat

21 mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan? pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, Kapan terakhir kamu mengasah kapak? Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga. Kata si penebang. Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Harihari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja! perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. Istirahat bukan berarti berhenti, Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis,

22 berwawasan dan selalu baru! PEDAGANG Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh. Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin. Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot

23 dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan. Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?" Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ". Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu. "Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah. Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi". "Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit "Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan

24 suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya. Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita. Kalau memang itu yang akan terjadi, lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita.tentu Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia. BATU RUBY Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu ruby yang sangat indah. Raja sangat menyayangi, mengaguminya dan berpuas hati karena merasa memiliki sesuatu yang indah dan berharga. Saat permaisuri akan melangsungkan ulang tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu ruby itu kepada istri tercintanya. Tetapi saat batu itu dikeluarkan dari tempat penyimpanan, terjadi kecelakaan sehingga batu itu terjatuh dan tergores retak cukup dalam. Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk memperbaiki

25 kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut. Mohon ampun Baginda. Goresan retak di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula. Kemudian sang baginda memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh ahli permata di negeri itu yang mungkin waktu itu terlewatkan. Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya. Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap. Ampun Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena kerusakan batu ruby kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba memperbaikinya. Baiklah, niat baikmu aku kabulkan, kata baginda sambil memberikan batu tersebut. Setelah melihat dengan seksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, Saya tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan semula, tetapi bila diperkenankan, saya akan membuat batu ruby retak ini menjadi lebih indah. Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa dilakukan lagi dengan batu ruby itu, raja akhirnya setuju. Maka, ahli permata itupun mulai memotong dan menggosok. Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata ruby yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah. Baginda sangat gembira, Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah. Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah

Product

  • About
  • Features
  • Apps
  • Browser Extension

Support

  • Help Center
  • Community
  • Blog

Legal

  • Terms
  • Privacy
  • Rules

Youtube Icon Twitter Icon Facebook Icon Instagram Icon

Β© Copyright 2021 Wakelet Limited.
All rights reserved.

5 penyesalan teratas dari unduhan gratis pdf yang sekarat 2022

5.0 dari 5 bintang dekat hati ditinjau di Amerika Serikat pada 13 April 2019 Close to the heart
Reviewed in the United States on April 13, 2019

Sejauh ini paragraf terbesar (masih di halaman 23)

Ulasan dengan gambar

Ulasan teratas dari Amerika Serikat

Ada ulasan pemfilteran masalah sekarang. Silakan coba lagi nanti.

Ditinjau di Amerika Serikat πŸ‡ΊπŸ‡Έ pada 25 Agustus 2022

Segala sesuatu tentang buku ini sangat penting.

Ditinjau di Amerika Serikat πŸ‡ΊπŸ‡Έ pada 29 Desember 2019

Akhir dari satu tahun adalah waktu yang umum untuk mengambil stok - terutama tahun ini saat kami memulai dekade baru Rabu ini. Bergantung pada usia Anda, Anda memiliki lebih banyak atau lebih sedikit peluang untuk melakukan perubahan dan peningkatan pada saat seperti itu. Penulis Australia Bronnie Ware bekerja sebagai pengasuh untuk orang yang sekarat, dan orang -orang yang dia sayangi tahu bahwa tidak akan ada tahun baru atau dekade untuk mereka. Mereka harus menerima apa yang terjadi dalam hidup mereka yang tidak mereka harapkan, atau apa yang tidak terjadi yang mereka harapkan. Ware membagikan cerita mereka dalam "Lima Teratas Penyesalan The Dying."

Ware menyadari bahwa banyak penyesalan yang sama muncul berulang -ulang dari yang dia rawat. Mereka:

* "Saya berharap saya memiliki keberanian untuk menjalani kehidupan yang benar bagi diri saya sendiri, bukan kehidupan yang diharapkan orang lain dari saya." * "Saya berharap saya tidak bekerja keras." * "Saya berharap saya memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan saya." * "Saya berharap saya tetap berhubungan dengan teman -teman saya." * "Saya berharap saya membiarkan diri saya lebih bahagia."
* "I wish I hadn't worked so hard."
* "I wish I'd had the courage to express my feelings."
* "I wish I'd stayed in touch with my friends."
* "I wish I'd let myself be happier."

Lansia yang diperhatikan oleh Ware membuat banyak rekomendasi kepada pembaca, termasuk menyelesaikan konflik keluarga sejauh mungkin, menjaga kesehatan Anda sehingga Anda dapat menjalani hidup sepenuhnya, menyerang keseimbangan di mana uang dan kesederhanaan yang diperhatikan, dilihat, melihat pada Setiap hari sebagai hadiah, mempertahankan rasa diri, dan menyadari bahwa hidup Anda adalah milik Anda dan bukan milik orang lain. Seorang wanita kaya iri pada putrinya memiliki keberanian untuk hidup seperti yang dia inginkan melawan pendapat masyarakat. Satu lagi tuduhan Ware menyesal menikah dengan pasangan yang mengendalikan dan tidak bepergian ke daerah atau negara lain.

The stories in "Top Five Regrets" are moving and the book is well worth reading. It implores the reader, especially young readers, to realize that what you think you will regret when you are young is not what you will eventually come to regret at some point on the road from 25 and 75 and to order your life so that your regrets are fewer when it comes time to die.

Reviewed in the United States πŸ‡ΊπŸ‡Έ on June 6, 2012

It has been some time since I have been moved to write a review, perhaps being too busy trying to clarify relationships I have had with others before my own passing, but Bronnie Ware's book "The Top Five Regrets of the Dying: A Life Transformed by the Dearly Departing" has moved me so deeply that I feel compelled to recommend it to everyone I know; family, friends, lovers and past lovers, even the students in the university courses I teach (my students are either already teachers or are preparing to become teachers). Unfortunately, circumstances prevent me from recommending it to the person I would most like to recommend it to. That person is Valery, with whom I spent ten beautiful and life affirming months during a period shortly after I had just been diagnosed with a stage four cancer. I was 68 years old at that time and Valery was the first person with whom I had ever been able to let down all of my defenses and truly open my heart. She, who was only 43 then, expressed the same feelings about me. We had never met before that time and although we lived over 3000 miles apart and only actually saw one another on six brief occasions during that time, we sent e-mail to each other every day (over 1500 e-mails filled with poetry, music and stories of things that were and things that might yet be) and we came to accept, believe in and love both ourselves and one another unconditionally. Through unfortunate circumstances we were torn apart and are now no longer even in contact with one another. For the past two and a half years, my path has been looking deeply into myself, my heart and soul, to see what I have learned from everything that happened; the ten phantasmagorical months in which we discovered and created our own beautiful truth, the unfortunate circumstances that tore us apart, and the past two and half years of awakening and claiming my own truth as it continues to evolve. I do not regret anything that happened, but I am sad that Valery seems to be in a place now where, in order to survive, she appears compelled to deny the love we expressed to one another and play out a different set of scripts. Before I die, I would like to reconnect with her, at least long enough for both of us to share what we learned from all of that so that we will not die, whenever that time may come for each of us, with any regrets about anything that has happened. So I am writing this now to send out into cyberspace in the hope that anyone reading it who may know Valery will tell her what her "father" has written in this review and about Bronnie's beautiful book.

Ulasan teratas dari negara lain

5.0 Dari 5 Starsa ​​Bacaan Bagus dengan ide -ide yang memprovokasi pemikiran. Seorang pendamping yang hebat untuk hidup A great read with thought provoking ideas. A great companion to life

Ditinjau di Inggris πŸ‡¬πŸ‡§ pada 25 Juni 2019

Tolong jangan ditunda oleh tajuk utama. Sepertinya buku yang menyedihkan tentang kematian - bukan, ini tentang kehidupan. Didekati dari pandangan yang sangat positif, ini memberikan banyak wawasan tentang sudut pandang orang tentang apa yang penting dalam hidup. Saya berharap saya telah membaca ini ketika saya berusia dua puluhan, namun, bahkan di tahun 60 -an itu sangat berguna dan menginspirasi. Saya akan meneruskan ini kepada anak -anak saya (di usia 30 -an) setelah saya menyelesaikannya. Footnote: Saya baru saja selesai membaca buku ini. Bab -bab terakhir, bagi saya, benar -benar luar biasa dan bahkan lebih menarik/bermanfaat daripada bagian utama. Bronnie menggambarkan gangguannya dan kemudian bagaimana dia melakukan pembelajarannya untuk mengatasi hal ini dan keluar dari sisi lain. Dia mengatakan begitu banyak hal yang beresonansi untuk saya dan menegaskan banyak hal. Saya sangat senang bahwa saya membelinya.
Footnote: I have just completed reading this book. The final chapters were, for me, absolutely amazing and even more interesting/useful than the main sections. Bronnie describes her breakdown and then how she drew upon her learnings to work through this and come out the others side. She says so many things which resonate for me and affirm so many things. I am so pleased that I bought it.

5.0 dari 5 pendekatan starspositive positive approach

Ditinjau di Inggris πŸ‡¬πŸ‡§ pada 8 Desember 2014

Hari -hari ini tampaknya orang mengambil pendekatan yang lebih praktis untuk mati dalam segala hal. Ini mungkin bukan pemikiran yang menyenangkan tetapi jika Anda mulai secara mental mempersiapkan diri Anda ke akhir yang tak terhindarkan, tetapi Anda mungkin akan merasa jauh lebih tenang dan damai ketika menghadapi akhir hidup Anda. Buku ini ditulis dengan sangat sederhana tanpa pandangan yang sangat filosofis yang sangat filosofis Tentang kematian - hanya pengamatan yang dapat Anda hubungkan, setelah menemani seseorang dalam perjalanan terakhir mereka. Saya baru-baru ini menghadiri pemakaman humanis- penuh dengan kenangan gembira orang itu. Awalnya membingungkan tetapi masuk akal. Tentu saja, keluarga dan teman -teman merasakan kesedihan yang luar biasa karena kehilangan mereka tetapi juga dapat banyak membantu dengan penerimaan yang tenang atas kematian seseorang. Dalam banyak hal, suatu penyakit memberi Anda waktu untuk mempertimbangkan "akhir"- tidak mudah ketika situasinya tiba-tiba. Saya pikir buku itu memberi Anda kesempatan untuk melihat "sekarat" dengan cara yang positif. Saya berharap saya telah membacanya sebelum suami saya meninggal.
The book is written very simply with no highly philosophical views about death - just observations which you can relate to, having accompanied someone on their last journey. I have recently attended a humanist funeral- full of joyful memories of that person. It was initially disconcerting but it made sense. Of course, family and friends feel great sadness at their loss but can also be helped a lot by a serene acceptance of someone's passing. In many ways, an illness gives you time to consider "the end"- it is not so easy when the circumstances are sudden.
I thought the book gave you an opportunity to look at "dying" in a positive way. I wish I had read it before my husband passed away.

5.0 dari 5 Starslove buku ini dan saya akan membacanya berkali -kali. Love this book and I will read it many times.

Ditinjau di Inggris πŸ‡¬πŸ‡§ pada 14 April 2016

Saya meminjam buku ini dari perpustakaan tetapi saya sangat menikmatinya sehingga saya memutuskan untuk membeli salinan saya sendiri. Ada banyak frasa dan saran kecil yang berguna yang sangat membantu dan saya pikir buku ini dapat dibaca berkali -kali dan Anda masih akan mendapatkan inspirasi yang Anda butuhkan pada saat itu. Beberapa ulasan menyatakan bahwa mereka tidak suka bagaimana itu semua tentang penulis .. yah, itu penulis yang menceritakan kisahnya saat dia mengalaminya, itulah jenis buku itu! Jika Anda ingin beberapa tips tidak memiliki penyesalan di tahun -tahun berikutnya, buku ini untuk Anda.

3.0 dari 5 bintang yang meramalkan jika sedikit khotbah Uplifting if a bit preachy

Ditinjau di Inggris πŸ‡¬πŸ‡§ pada 29 Maret 2019

Cerita yang mengangkat. Mengingat itu adalah memoar, saya akan menyukai lebih dalam tentang perjuangan pribadinya. Saya datang sedikit tahu tentang hidupnya, yang akan baik -baik saja - perjalanan menuju cahaya baginya adalah panduan yang bermanfaat - kecuali bahwa karena itu dibaca sangat seperti memoar, saya ingin tahu lebih banyak tentang dia. Sedikit berkhotbah tapi aku menyukainya.

5.0 dari 5 bintang yang mereprifikasi dan menggugah pikiran Uplifting and thought-provoking

Ditinjau di Inggris πŸ‡¬πŸ‡§ pada 7 Juli 2017

Saya suka buku ini. Bronnie Ware adalah roh bebas sejati yang telah mengalami dan belajar banyak. Jauh dari rasa takut mati, buku ini akan memberikan dorongan terhadap kegembiraan dalam hidup dan kebahagiaan yang datang dengan menjadi jujur ​​pada diri sendiri - betapapun rumitnya perjalanan untuk sampai ke sana. Kata -kata kebijaksanaan di setiap halaman.