5 jalur pelayaran terbaik 2022

5 jalur pelayaran terbaik 2022

"Untuk Indonesia, Jalur Rempah ini sangat potensial untuk diusulkan sebagai Jalur Budaya Warisan Dunia. Apalagi, UNESCO saat ini hanya mengakui Jalur Sutera dan Qhapaq Nan sebagai warisan dunia”. (Nyoman Suhaida, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kompas, 18 Agustus 2021).

Sekilas Tentang Jalur Sutera 

Jalur Sutera mulai terbentuk kira-kira pada 200 tahun sebelum Masehi. Menurut Philip D. Curtin (1998) dalam Cross-Cultural Trade in World History, pada abad ke-2 SM mulai terbentuk jalur perdagangan darat melewati Asia Tengah. Jalur ini menghubungkan Cina (Tiongkok) dan Laut Tengah. Terbentuknya jalur darat ini juga diikuti dengan tumbuhnya jalur pelayaran laut yang menghubungkan Tiongkok, Laut Tengah, dan Jepang. Rute pelayaran ini terus berkembang mulai dari Laut Merah, Teluk Persia, dan India. Selain itu juga muncul rute pelayaran mulai dari India, Asia Tenggara, Tiongkok, dan Jepang mengikuti arah angin muson yang sedang berhembus.

Andre Gunder Frank (1998) melalui ReOrient: Global Economy in the Asian Age menuliskan bahwa komoditas utama Jalur Sutera (darat) ialah sutera, emas, tekstil, besi, dan perak. Berbeda dengan jalur darat, komoditas utama jalur laut bukan sutera melainkan komoditas rempah. Rempah menjadi komoditas utama perdagangan jalur maritim antara India, Mesir, dan Eropa yang sudah terjadi beberapa abad sebelum masehi. Komoditas rempah ini antara lain ialah lada dan kayu manis dari Srilanka. Sementara itu jalur maritim dari India ke timur hingga Nusantara dan Tiongkok pada waktu itu belum berkembang dengan baik.

Menurut D.G.A Hall (1988) dalam Sejarah Asia Tenggara, Jalur Rempah Nusantara mulai berkembang ketika terjadi konflik kerajaan-kerajaan di Asia Tengah menjelang Tahun Masehi yang mengganggu perniagaan emas India. Hal ini menyebabkan India membeli mata uang emas dari Kerajaan Romawi. Perniagaan mata uang emas ini kemudian dilarang oleh Kaisar Vespasianus yang berkuasa pada tahun 69-79 M karena berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi Kerajaan Romawi. Inilah yang memaksa India untuk mencari sumber emas baru di negeri-negeri Timur. Karya sastra India cukup banyak memberikan informasi bahwa ada emas di negeri Timur. Ternyata emas itu adalah rempah-rempah yang menjadi buruan orang-orang Eropa. Akhirnya, perniagaan India mengambil arah baru menuju timur. 

Hendrik E. Niemeijer (2015) dalam makalah yang berjudul “The World of Juragan and Nahkoda in the Java Sea Region 1684-1726” menyatakan bahwa rempah Nusantara memiliki kualitas dan variasi yang lebih lengkap daripada rempah Malabar India. Selain itu, harga rempah Nusantara hanya sepertiga dari harga rempah Malabar. Komoditas rempah Nusantara akhirnya mampu menyingkirkan komoditas rempah dari Srilanka di kawasan perdagangan Laut Mediterania pada abad 1 M. Ketika datang ke Nusantara, para pedagang India membawa komoditas tekstil untuk ditukar dengan komoditas rempah. Ekonomi barter menjadi salah satu ciri khas pada masa itu. Selain itu, beras India juga menjadi alat barter untuk mendapatkan komoditas rempah. Hubungan dagang yang terjalin antara Nusantara dan India ini semakin membuka Jalur Rempah Nusantara lebih dikenal oleh bangsa yang lebih luas.

Jalur perniagaan maritim Nusantara dengan Tiongkok terjadi pada abad 5 M sebagaimana diungkapkan oleh O.W. Wolters (1967). Menurut Wolters, para pelaut Nusantara sudah mempunyai kemampuan berlayar sampai ke negeri Tirai Bambu. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam jejak tulisan para pejabat istana Tiongkok tentang kedatangan delegasi dagang dari berbagai kerajaan di Nusantara. Menurut Anthony Reid (2002), memasuki abad ke-12 relasi perniagaan yang terjalin antara Nusantara dan Tiongkok banyak menggunakan kapal-kapal Nusantara sebagai sarana transportasinya

Andre Gunder Frank (1998) menyatakan bahwa komoditas rempah merupakan komoditas utama yang diburu oleh para pedagang dari negeri Tiongkok. Komoditas rempah ini sering ditukar dengan kain sutera dalam transaksi tukar menukar barang antara kedua belah pihak. Jadi, keberadaan kain sutera di Nusantara bukan merupakan komoditas pokok yang diburu oleh para pedagang Nusantara. Tujuan utama para pedagang Nusantara adalah menjual komoditas rempah kepada para pedagang Tionghoa dan bukan membeli sutera dari mereka. Dengan demikian hingga abad ke-12 hubungan perniagaan antara Tiongkok dengan Nusantara masih didominasi oleh komoditas rempah. Hal ini pun membuat Anthony Reid (2002) menyatakan bahwa jalur pelayaran dan perniagaan di Nusantara lebih cocok disebut sebagai Jalur Rempah daripada Jalur Sutera.

Pengetahuan Pertanian Tertua

Jalur Rempah Nusantara bukanlah cerita khayalan. Kekayaan rempah Nusantara adalah hasil dari teknologi pertanian yang paling tua di dunia. Stephen Oppenheimer (2010) menjelaskan dalam buku yang berjudul Eden In The East  bahwa dunia pertanian yang tertata rapi di Indonesia terbukti mendahului dunia pertanian pada masa Revolusi Neolitikum di Timur Jauh (Rusia dan negeri sekitarnya). Budidaya ketela rambat dan talas di Indonesia tercatat pada 15.000 dan 10.000 tahun SM (Sebelum Masehi). Budidaya beras di Thailand tercatat berusia 6.000 sampai 7.000 tahun SM (Sebelum Masehi). Teknologi  pertanian di Asia Tenggara terbukti jauh lebih tua daripada Tiongkok. 

Penemuan artefak zaman perunggu di Ban Chiang (Thailand Selatan) dan Phung Nguyen (Vietnam Utara) berusia kurang lebih 5.000 dan 6.000 tahun. Umur artefak ini jauh lebih tua daripada Zaman Perunggu di Timur Dekat yang tertua (kawasan Mesopotamia seperti Syiria, Palestina, dan Mesir). Artinya, ini terjadi sebelum Tiongkok mencapai tahap kemajuan seperti ini.

Oppenheimer mengumpulkan kisah 'banjir setinggi gunung' dari Sabang sampai Merauke. Oppenheimer pun menduga, suku-suku di pedalaman Indonesia khususnya di Indonesia bagian timur adalah keturunan dari mereka yang selamat pada saat Zaman Es, tanpa harus bermigrasi ke luar Indonesia. Dalam sebagian dongeng mereka, sang kakek moyang cukup naik ke puncak gunung yang tinggi. Beberapa hewan memegang peranan penting dalam bencana alam itu. Misalnya saja penduduk Alor di NTT, menurut mereka ikan gergaji raksasa menenggelamkan benua dan memotong-motongnya menjadi beberapa pulau kecil.

Masyarakat di Pulau Seram punya dongeng nenek moyang mereka, yang diselamatkan dari banjir oleh elang laut yang membawa mereka ke sebuah pulau. Masyarakat Toraja pun punya dongeng banjir setinggi gunung dan mereka menyelamatkan diri naik palung tempat makan babi. Suku Dayak Ot Danum di Barito, Kalimantan Selatan juga punya kisah banjir yang menenggelamkan benua kecuali dua gunung, dan mereka menyelamatkan diri ke gunung itu. Suku Dayak Iban memiliki sosok Nabi Nuh versi mereka bernama Trow yang menyelamatkan diri naik lesung membawa hewan piaraan. Oleh karena itu, Oppenheimer menilai kisah banjir di Nusantara adalah orisinil dan sudah ada sebelum masuknya Islam dan Kristen ke kawasan ini. Itu sebabnya dia berpendapat bahwa Indonesia dan kawasan Asia Tenggara adalah benua yang tenggelam saat banjir besar di akhir Zaman Es.

Atap bangunan rumah adat Toraja menjadi salah satu arsitektur tradisional yang paling gampang dikenal di tanah air. Materialnya adalah Uru, kayu lokal seperti kayu jati dari Pulau Jawa. Selalu menghadap arah utara dan atapnya melengkung seperti perahu. Model atap ini dikenal dengan nama tongkonan. Tongkonan menggambarkan perahu yang digunakan oleh Puang Barulangi pada saat berlayar menuju Toraja ribuan tahun silam. Demikian mitologi yang diceritakan oleh C.F Palimbong, Ketua Aliansi Masyarakat Toraja Utara pada Tempo yang dimuat di Majalah Tempo edisi 13 Desember 2010. Barulangi dalam mitologi ini diyakini sebagai manusia pertama ciptaan Tuhan di Toraja berasal dari daerah utara yang bernama Pongko, karena itu rumah adat Toraja selalu menghadap ke utara.

Menurut Oppenheimer, kisah banjir dalam mitologi seperti di Toraja merupakan salah satu dasar bahwa peradaban dunia berasal dari Indonesia (Asia Tenggara), terutama dari wilayah Paparan Sunda, yang sekarang sudah tenggelam menjadi Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Paparan Sunda atau Sundaland merupakan wilayah dataran luas yang berada di wilayah Indonesia dan sekitarnya saat ini. Sebelum dipisahkan oleh laut karena Zaman Es berakhir sekitar 6.000 tahun sebelum Masehi. Saat itu, Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan Asia Daratan. Daratan ini juga menghubungkan Kalimantan dengan wilayah Tiongkok Selatan.

Oppenheimer meyakini bahwa sebelum Paparan Sunda Tenggelam, penduduknya sudah memiliki kemampuan teknologi pertanian, teknologi perikanan, dan tembikar. Kemampuan pertanian ini merupakan tertua di dunia. Belum pernah tercatat ada masyarakat di belahan dunia lain yang memiliki kemampuan seperti ini. Saat Paparan Sunda terendam oleh banjir besar Zaman Es, penduduknya menyelamatkan diri berpencar ke seluruh dunia. Pelayaran ke arah Barat membawa nenek moyang bangsa Indonesia ini sampai Benua Eropa. Pelayaran ke   arah timur mengantar mereka sampai Benua Amerika dengan melewati Selat Bering, yang masa ribuan tahun lalu masih berupa daratan sehingga masih dapat dilewati dengan berjalan kaki setelah naik perahu.

Selanjutnya, Oppenheimer menuturkan bahwa peradaban tua Sumeria (5.000 SM) sangat dipengaruhi oleh peradaban orang-orang yang berbahasa Austronesia. Sumeria adalah salah satu peradaban kuno di Timur Tengah, terletak di sebelah selatan Mesopotamia (tenggara Irak). Austronesia adalah rumpun bahasa yang antara lain mencakup Bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain di Asia Tenggara. Teknologi gerabah di Sumeria sangat mirip dengan teknologi yang sama di Austronesia. Gerabah yang ditemukan di Ur, salah satu kota tua di Sumeria, memiliki kesamaan dengan teknologi gerabah peradaban Austronesia seperti dalam pewarnaan cat merah. Ada pula kesamaan dalam teknologi pembuatan patung dengan cara rajah atau tato. Di Sepik Tengah, Papua Nugini, suku-suku asli masih mempraktikkan teknologi rajah ini. 

Selain teknologi, nenek moyang bangsa Indonesia juga menyebarkan mitologi atau dongeng  banjir ke seluruh dunia. Kisah banjir bandang Sumeria memiliki kesamaan dengan banjir zaman Nabi Nuh. Penemuan tablet huruf paku di Sumeria memberikan informasi banjir Gilgamesh yang diduga merupakan banjir yang bermula dari tenggelamnya Paparan Sunda di Nusantara pada Zaman Es. Mitologi itu bercerita tentang Gilgamesh yang bertemu dengan Utnapishtim yang mengaku selamat dari banjir besar di negeri sebelah timur dengan naik perahu atau kapal besar.

Tulisan Oppenheimer ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita memang pelaut dengan karakter utama mengarung luas samudra, menerjang ombak tiada takut, dan biasa menempuh badai. Tidak mengherankan jika dikemudian hari orang-orang Nusantara berlayar ke berbagai penjuru lautan untuk berdagang rempah-rempah.

Cerita Jalur Rempah Beberapa Dekade Sebelumnya

Ada kisah yang ironis. Beberapa dekade ke belakang tafsir Jalur Rempah ini memang masih terasa asing di negeri sendiri. Hal ini terbukti dengan penerbitan buku dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI seperti: Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutera, Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah (1996), Ternate sebagai Bandar Jalur Sutera, Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah (1997), dan Diskusi Ilmiah Bandar Jalur Sutera (1998).

Buku-buku di atas merupakan hasil berbagai Seminar Bandar di Jalur Sutera yang digelar oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hampir setiap tahun. Diawali dengan Seminar Bandar Surabaya (1988), Seminar Bandar Tuban (1990), Seminar Bandar Demak (1991), Seminar Bandar Pasai (1992), Seminar Bandar Banten (1993), Seminar Bandar Sunda Kelapa (1994), Seminar Bandar Cirebon (1995), Seminar Bandar Ternate (1996), dan terakhir Seminar Bandar Jakarta (1997).

Penerbitan buku-buku yang memunggungi Jalur Rempah dengan Jalur Sutera di atas menunjukkan bahwa dunia intelektual pada beberapa dekade lalu masih terjebak terhadap narasi-narasi dari negeri asing. Kita lupa untuk membaca ulang, meneliti ulang, menganalisa ulang, dan mengambil kesimpulan ulang wacana Jalur Sutera yang begitu saja dilabelkan pada Indonesia. Dan, narasi Jalur Rempah yang terjadi di Nusantara justru terabaikan. 

Padahal sejarah dunia mencatat bahwa karena hasrat ingin menguasai Pulau Run (Pulau Rempah) Belanda rela menukarnya dengan Pulau Manhattan sebagaimana tercatat dalam Perjanjian Breda pada tanggal 31 Juli 1667 di Kota Breda, Belanda. Pasal 3 Perjanjian Breda memutuskan Pulau Run di Maluku yang merupakan daerah jajahan Inggris menjadi milik Belanda. Adapun Pulau Manhattan (Nieuw Amsterdam) di Amerika yang merupakan jajahan Belanda resmi menjadi milik  Inggris. 

Pala merupakan salah satu komoditas rempah yang pada masa lalu hanya tumbuh di Kepulauan Banda, termasuk di Pulau Run. Para pedagang dari Melayu, Tiongkok, dan India datang ke Kepulauan Banda untuk membeli pala untuk kemudian dijual melalui kota Bandar utama seperti Malaka dan Calicut.  Pala ini selanjutnya dibeli oleh para pedagang Arab dan dibawa melalui Teluk Persia dan Laut Merah, menuju Jazirah Arab dan Alexandria. Setelah itu, pala diekspor menuju Benua Eropa. Di Benua Biru, harga setengah kilogram pala setara dengan tujuh lembu jantan gemuk. 

National Geographic mencatat bahwa harga pala dapat mencapai enam puluh ribu kali lipat dari harga beli di Kepulauan Banda. Pala diburu karena diyakini dapat meningkatkan vitalitas maupun bahan pengawet. Tanpa buah pala, kaum bangsawan dan borjuis Eropa hanya seperti menyantap bangkai dan makanan basi. Ketika Kekaisaran Bizantium runtuh, pala raib dari peredaran di Eropa karena para pedagang sulit untuk melewati Alexandria. Kesultanan Usmani menutup gerbang selatan Eropa tersebut. Para pelaut Eropa dan kongsi-kongsi dagang mereka akhirnya mulai mencari tanah asal pala dan menemukannya di pulau-pulau Kepulauan Banda.

Penjajahan Belanda di Kepulauan Banda tercatat dalam sejarah dunia sebagai penjajahan terkejam di dunia. Tanpa kenal ampun, tentara-tentara VOC membantai penduduk asli kepulauan rempah ini sehingga dari lima belas ribu jiwa hanya tersisa enam ratus orang saja. Sungguh merupakan aksi genosida khas penjajah Eropa demi menguasai “emas” Nusantara.

Setelah kedatangan Belanda, Kepulauan Banda juga kedatangan penjajah Eropa lainnya dari Kerajaan Inggris. Inggris akhirnya dapat menguasai Pulau Run pada tahun 1616. Kehadiran dua kerajaan penjajah dari Eropa ini mau tidak mau akhirnya memicu terjadinya perang antara kedua pihak. Perang ini berlangsung selama lima tahun dan Belanda sukses menguasai 10 dari 11 pulau di Banda kecuali Pulau Run yang diduduki Inggris. Akhirnya, demi “emas” Nusantara, Pulau Run dengan luas 6 kilometer persegi ditukar dengan Pulau Manhattan yang lebih luas 18 kali lipat Pulau Run. Kerajaan Belanda pun sukses menancapkan benderanya di seluruh Kepulauan Banda yang mengandung “emas” Nusantara, yaitu pala.

Tukar guling Pulau Run dan Manhattan adalah bukti bahwa perdagangan jalur maritim dunia lebih didominasi oleh komoditas rempah dan bukan kain sutera. Tidak ada catatan sejarah dunia yang menceritakan tukar guling pulau kecil dengan pulau besar hanya karena ingin menguasai kain sutera. 

Tiongkok, sebagai pemilik Jalur Sutera, mampu menjaga daya tariknya di abad 21 ini dengan meluncurkan program One Belt, One Road / OBOR–reinkarnasi dari Jalur Sutera masa kini yang mengagungkan visi globalisasi negeri tirai bambu. Program ini dideklarasikan langsung oleh Xi Jinping pada 2013 dengan melibatkan berbagai negara mulai dari Asia, Eropa, dan Afrika. Jalur Sutera modern ini meliputi jalur darat dan laut. Jalur darat mulai dari Eropa Timur sampai ke Eropa Barat. Jalur laut melalui Vietnam, Malaysia, Indonesia, India. Dari Asia Jalur Sutera akan melewati Afrika Timur yaitu menuju Kenya, Somalia dan melewati Teluk Aden, dan Laut Merah. Setelah itu, dari Afrika Timur akan berlanjut ke Afrika Utara melalui Terusan Suez dan menuju ke Italia. 

Yantina Debora (2017) mengungkapkan bahwa bagi Tiongkok, Jalur Sutera akan memperkuat kerjasama keuangan, memperkuat koneksi jalan atau infrastruktur, dengan membentuk jalur transportasi yang kuat dengan negara lain. Mulai dari Tiongkok ke Eropa Barat dan dari Asia Tengah ke Asia Selatan. Hal ini akan membantu negara-negara ekonomi rendah yang berada dalam Jalur Sutera dalam hal pengembangan infrastruktur. One Belt, One Road bermaksud untuk memperkuat fasilitas perdagangan, dengan fokus pada penghapusan hambatan dagang (trade barriers) dan mengambil langkah atau kebijakan guna mengurangi biaya perdagangan dan investasi. Termasuk memperkuat komunikasi kebijakan terkait kerjasama ekonomi. 

Jalur ini memiliki potensi pasar 3 miliar jiwa. Di Asia Tenggara saja, Jalur Sutera maritim punya populasi sekitar 600 juta jiwa. Tiongkok memang tak main-main, Presiden Xi Jinping juga berjanji menyediakan 8 triliun dolar AS untuk pembangunan infrastruktur di 68 negara. Kini menurut Tiongkok, pihaknya sudah berinvestasi sebesar 50 miliar dolar AS pada 20 negara di sepanjang rute Jalur Sutera. Dalam sebuah sambutan di forum Belt and Road Forum (BRF) di Beijing, 14 Mei 2017, Presiden Xi Jinping secara tegas menyampaikan gagasannya di depan 100 perwakilan negara terlewati Jalur Sutera. Pidatonya yang berjudul “Work Together to Build the Silk Road Economic Belt and The 21st Century Maritime Silk Road” semakin menegaskan janji manis Tiongkok di megaproyek ini. "Kami akan berkontribusi merealisasikan prakarsa Jalur Sutera, sebuah proyek abad ini, yang akan memberikan keuntungan banyak orang di seluruh dunia," kata Xi dikutip dari Xinhuanet.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Menurut Singgih Tri Sulistiyono (2020) ketika Tiongkok meresmikan OBOR pada tahun 2013, kalangan sejarawan Indonesia baru mulai bangun tidur. Kesadaran untuk membangkitkan Jalur Rempah ditandai dengan berbagai macam Seminar Jalur Rempah. Seminar pertama adalah Borobudur Writer and Cultural Festival yang mengambil tema Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari Nusantara antara Kolonial dan Poskolonial Tahun 2013. Dua tahun kemudian Museum Nasional RI menyelenggarakan Pameran dan Seminar Jalur Rempah Pelayaran dan Perniagaan di Nusantara. Dalam pertemuan ini muncul ide untuk membaca ulang “Jalur Sutera Maritim” menjadi “Jalur Rempah” karena rempah adalah komoditas utama. Proses ini terus berjalan dengan usulan kepada UNESCO agar Jalur Rempah menjadi Jalur Budaya Warisan Dunia sebagaimana Jalur Sutera.

Cerita dari Dalam Negeri

Sambil menunggu pemerintah mengusulkan jalur budaya ini diakui UNESCO, upaya membumikan Jalur Rempah bagi masyarakat Indonesia adalah kewajiban setiap orang. Dalam hal ini, dunia pendidikan dapat menjadi pintu gerbang pengetahuan Jalur Rempah bagi generasi muda Indonesia dalam membaca peran orang-orang Indonesia dalam sejarah dunia. Internalisasi Jalur Rempah melalui dunia pendidikan diharapkan dapat menjadi percakapan sehari-hari dan tidak jauh dari panggang api. 

Proses ini tak perlu dimaknai dengan perubahan kurikulum atau mengganti buku pelajaran. Guru bisa membaca buku-buku tentang jalur rempah untuk selanjutnya disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Pengetahuan akan Jalur Rempah ini juga dapat didistribusikan ke berbagai lokasi oleh Kemdikbud dalam bentuk bantuan buku untuk perpustakaan sekolah, maupun taman baca. Di mana semua ini bermuara pada keyakinan untuk mewujudkan gerakan literasi jalur rempah–suatu jalur budaya di mana Indonesia berperan penting dalam perubahan dunia.

_______

Naskah ini merupakan karya 10 pemenang terbaik dalam Lomba Penulisan Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia 2021. Naskah telah melewati proses penyuntingan untuk kepentingan publikasi di laman ini. Disunting dari judul awal “Jas Merah: Jangan Sekali-kali Melupakan Jalur Rempah!”.

_______

Romi Febriyanto Saputro merupakan Kepala Seksi Pembinaan Arsip dan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Sragen.

Editor: Doni Ahmadi

Sumber gambar: Alfredo Roque Gameiro

Apa saja jalur pelayaran di Indonesia?

jalur pelayaran indonesia dengan rutenya {gambar dan penjelasan rute} dan jalur pelayaran yang melewati indonesia {gambar dan penjelasan rute}.
Manado- Pekanbaru : Manado – Palu – Makassar- Surabaya – Semarang – Jakarta – Pekanbaru..
Padang -Palangkaraya : Padang – Jakarta – Semarang – Palangkaraya..

Berapa choke point di dunia?

Choke point merupakan suatu kondisi geo-politik yang sangat vital dimana 6 Chokepoint di dunia, 4 diantaranya terletak di Selat Malaka, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok.

Jalur lalu lintas yang cukup sibuk di dunia jalur selat apa?

Selat Inggris Selat yang terletak antara Inggris dan Perancis ini menjadi rute laut tersibuk di dunia. Selat Inggris menghubungkan antara Laut Utara dan Samudera Atlantik. Diketahui, lebih dari 500 kapal melewati selat ini setiap harinya. Selat ini juga memiliki jalur pelayaran tersibuk di dunia, yaitu Selat Dover.

Apa itu Cok Point?

Dalam strategi militer, titik sempit (choke point) adalah fitur geografis di daratan seperti lembah, defile atau jembatan, atau selat yang mau tidak mau harus dilalui sebuah pasukan untuk mencapai tujuannya, biasanya dengan front yang lebih sempit sehingga mengurangi kemampuan tempur pasukan tersebut.

5 jalur pelayaran terbaik 2022

Priscilla, Queen of the Desert on Norwegian Epic (Photo: Norwegian Cruise Line)

  1. Home
  2. Cruise Guides
  3. 8 Best Cruise Lines for Onboard Entertainment

5 jalur pelayaran terbaik 2022

Priscilla, Queen of the Desert on Norwegian Epic (Photo: Norwegian Cruise Line)

"Mamma Mia!" "Rock of Ages." Authentic Memphis blues performed live. Dinner theater with high-tech twists. These diverse entertainment options used to be hallmarks of land vacations -- until enterprising cruise lines brought them to the high seas.

While some cruise lines stick to the old entertainment standards, such as musical revues and poolside bands, others have taken cruise ship entertainment to another level by offering unique and creative shows and performance spaces. They provide multiple entertainment options for every kind of cruise traveler, whether that's rock concerts, aerial shows, big-name lecturers, Minnie Mouse meet 'n' greets or performances by Julliard-trained musicians.

Our top cruise lines for onboard entertainment combine longstanding favorites with some impressive trendsetting. For more on the trends themselves, see our story, Trends in Cruise Ship Evening Entertainment.

On This Page

  • Carnival Cruise Line
  • Norwegian Cruise Line
  • Disney Cruise Line
  • Royal Caribbean International
  • Cunard
  • Crystal
  • Holland America
  • Princess Cruises

1. Carnival Cruise Line

Best Ships: Fleetwide, with Carnival Breeze, Carnival Freedom, Carnival Vista and Carnival Horizon leading the way

Why: Carnival's "Fun Ships" are your best bet if you're looking for a variety of live music performances, elaborate and splashy production shows and top-rated comedy acts. Carnival's music-driven Playlist Productions, found aboard more than half of the line's 24-ship fleet, uses LED screens and assorted special effects to enhance the singing and dancing onstage. Three to four different stage shows are performed aboard each Playlist Productions-equipped ship, with themes such as Motown and R&B and rock-inspired piano tunes.

Speaking of piano music, Carnival's piano bars are a popular musical attraction available fleetwide (especially for those who enjoy sing-alongs), and many ships feature live musical performances in casino bars and in the atrium. If you prefer comedy to music, check out the nightly Punchliner Comedy Club fleetwide, which puts on early-evening family-friendly shows and later adults-only comedy sets.

2. Norwegian Cruise Line

Best Ships: Fleetwide, but especially Norwegian Breakaway, Norwegian Getaway, Norwegian Epic, Norwegian Escape and Norwegian Bliss

Why: Starting with the introduction of Norwegian Epic in 2010, Norwegian Cruise Line has upped its investment in cruise ship entertainment. On all the line's newest ships, you'll find Broadway shows from "Priscilla, Queen of the Desert" on Norwegian Epic and "Rock of Ages" on Norwegian Breakaway to "Jersey Boys" on Norwegian Bliss.

You'll find the Las Vegas-favorite "Legends in Concert" on Norwegian Pearl, and several ships in the fleet feature a sizzling Latin and ballroom dance team in "Burn the Floor." On Norwegian, shows even take place during mealtime with the "Cirque Dreams" dinner show. It's an interactive entertainment-and-dining experience that intersperses dinner courses with music, aerial performances and acrobatic feats on Norwegian Epic and Norwegian Breakaway.

Other entertainment highlights include: Fat Cats Jazz & Blues Club (Norwegian Breakaway), Howl at the Moon dueling piano show (select ships), The Beatles-inspired Cavern Club (Norwegian Epic and Norwegian Bliss), Levity Entertainment comedy clubs (select ships) and live music at the Jimmy Buffett-themed 5 O'Clock Somewhere Bar (select ships).

3. Disney Cruise Line

Best Ships: Fleetwide

Why: Disney Cruise Line knows how to entertain kids of all ages. After all, it benefits from the collected wisdom of the entire Disney corporation. From big production shows to Disney character interactions with starstruck kids at breakfast and tea time, the line does its utmost to keep everyone happy on vacation.

Kids can start the day off right with character breakfasts -- or, later, afternoon teas -- where they can share a laugh with Goofy or a hug with Snow White. Come dinner time, several of the restaurants -- including Animator's Palate, Tiana's Place and Rapunzel's Royal Table -- offer mealtime shows as well.

At night, Disney film favorites are brought to life on shipboard stages in kid-friendly 45- to 60-minute Broadway-style performances. You'll find longtime favorites, such as "Beauty and the Beast," as well as new hits like "Frozen, a Musical Spectacular." Other production shows feature song highlights from a mix of favorite Disney movies.

More informal but no less fun: On one night each cruise, Disney launches an all-out deck party (either themed on pirates, "Star Wars," "Marvel" or the film "Frozen"), complete with an interactive musical show, dance parties and at-sea fireworks. Adult cruisers are not forgotten and can delight in newly released Disney (and Marvel) movies on the big screen in the theater or pool deck, and enjoy adult-focused entertainment in the nightlife districts aboard all four ships.

4. Royal Caribbean International

Kapal Terbaik: Fleetwide, memimpin dengan daya tarik laut, Lagu Lagu Laut, Oasis Laut, Harmoni Laut dan Simfoni Laut Fleetwide, leading with Allure of the Seas, Anthem of the Seas, Oasis of the Seas, Harmony of the Seas and Symphony of the Seas

Mengapa: Royal Caribbean telah lama berada di garis depan hiburan kapal pesiar yang inovatif, memperkenalkan penawaran unik yang belum pernah terlihat sebelumnya di laut di kapal -kapal baru selama bertahun -tahun. Ini adalah garis pertama (dan satu-satunya) yang menawarkan pertunjukan seluncur es di arena onboard (di atas kapal tertentu) dan pertunjukan akrobatik berbasis air di area panggung berbasis kolam (di atas kapal kelas oasis). Ditambah lagi, itu membawa Broadway (atau London West End) ke laut lepas dengan pertunjukan seperti "Momma Mia" (daya pikat laut), "Grease," (Independence of the Seas dan Harmony of the Seas) dan "Hairspray" (Simfoni lautan). Di Anthem of the Seas, tempat hiburan Two70 yang luas-sebuah teater multimedia yang menggabungkan konser virtual, robotika, pertunjukan udara, dan proyeksi video-memberikan kacamata yang ditingkatkan teknologi seperti "Cabaret Spectra." Untuk pecinta komedi, Allure of the Seas 'Comedy Live Venue menjadi tuan rumah dua komedian headliner dengan set yang terinspirasi oleh klub stand-up NYC, sementara loteng harmoni dan Symphony of the Seas menawarkan pertunjukan komedi larut malam untuk orang dewasa. Royal Caribbean juga telah berkembang secara vertikal dengan transformasi area Centrum yang populer di atas kapal-kapal kelas penglihatan menjadi bar yang apik dan ruang kinerja, yang menampilkan tampilan akrobatik yang mempesona yang terjadi di udara di atas penonton. Royal Caribbean has long been at the forefront of innovative cruise ship entertainment, introducing unique offerings never before seen at sea on its new ships over the years. It's the first (and only) line to offer ice skating shows in an onboard rink (on select ships) and water-based acrobatic shows in a pool-based stage area (on Oasis-class ships).

Plus, it's brought Broadway (or London West End) to the high seas with shows like "Momma Mia" (Allure of the Seas), "Grease," (Independence of the Seas and Harmony of the Seas) and "Hairspray" (Symphony of the Seas). On Anthem of the Seas, the expansive Two70 entertainment venue -- a multimedia theater that combines virtual concerts, robotics, aerial shows and video projection -- provides technology-enhanced spectacles like "Spectra's Cabaret."

For comedy lovers, Allure of the Seas' Comedy LIVE venue hosts two headliner comedians with sets inspired by NYC's stand-up clubs, while The Attic on Harmony and Symphony of the Seas offers late-night comedy shows for adults. Royal Caribbean has also expanded vertically with the transformation of the popular Centrum areas aboard Vision-class ships into chic bars and performance spaces, which feature dazzling acrobatic displays that take place in the air above the audience.

5. Cunard

Kapal Terbaik: Ketiga Kapal tetapi khususnya Ratu Mary 2 All three ships but particularly Queen Mary 2

Mengapa: Cunard mengambil pendekatan yang lebih tinggi untuk hiburan dan berhasil dengan beberapa penawaran unik. Pikirkan kemitraan lama dengan National Symphony Orchestra, Royal Academy of Dramatic Art (RADA) dan Juilliard Jazz School. Misalnya, RADA yang terkenal di London mengirim lulusan dan staf di persimpangan transatlantik Ratu Mary 2 untuk melakukan berbagai pertunjukan, termasuk membawakan lagu Shakespeare selama satu jam seperti "seorang pedagang Venesia," "Richard III" dan "Romeo dan Juliet." Pecinta jazz harus memeriksa kemitraan Cunard dengan Blue Note Records, menampilkan Jazz Note Biru Khusus di Laut Crossings, dengan pertunjukan dari orang -orang seperti Herbie Hancock, Gregory Porter dan Dee Dee Bridgewater. Pertunjukan yang diproduksi dalam kemitraan dengan American Museum of Natural History's Hayden Planetarium, diriwayatkan oleh orang -orang seperti Tom Hanks dan Robert Redford. Cunard takes a more upper-crust approach to entertainment and succeeds with some unique offerings. Think longstanding partnerships with the National Symphony Orchestra, the Royal Academy of Dramatic Art (RADA) and the Juilliard Jazz School. For example, London's acclaimed RADA sends graduates and staff aboard Queen Mary 2's transatlantic crossings to put on a variety of performances, including hourlong renditions of Shakespearean works like "A Merchant of Venice," "Richard III" and "Romeo and Juliet."

Jazz lovers should check out Cunard's partnership with Blue Note Records, featuring special Blue Note Jazz at Sea Crossings, with performances from the likes of Herbie Hancock, Gregory Porter and Dee Dee Bridgewater.

Also noteworthy is Queen Mary 2's planetarium, the setting for several space shows produced in partnership with the American Museum of Natural History's Hayden Planetarium, narrated by the likes of Tom Hanks and Robert Redford.

6. Crystal

Kapal Terbaik: Serenity and Symphony Serenity and Symphony

Mengapa: Garis mewah menawarkan hiburan string pertama di atas dua kapal menengahnya, dengan serangkaian pertunjukan dan konser yang bagus mulai dari yang tradisional hingga yang trendi. Produksi gaya Broadway, misalnya, dilakukan oleh ansambel onboard penyanyi dan penari yang berbakat-dan disertai dengan orkestra langsung. Pertunjukan tambahan termasuk upeti gaya konser untuk artis seperti Elton John, pertunjukan "nostalgia" gaya musik dengan tema-tema seperti "Route 66" atau "The Speakeasy" dan pertunjukan tari. Program "Crystal On Broadway" yang dibawakan di jalur Broadway untuk pertunjukan dan tanya jawab sekali saja. Iluminate, sebuah kelompok pantomim yang muncul di "America's Got Talent," melakukan pertunjukan seperti "The Tourist" dan "Imagine," kacamata musik dan lampu neon menari dalam gelap. Pelayaran selalu memiliki musisi di atas kapal, dari pemain biola klasik hingga pemain cappella. Lantai dansa juga secara teratur dihadiri oleh band live, dan musik klasik live menyertai Teatiime harian. Banyak pelayaran kristal menampilkan komedian headliner, ventriloquist atau pesulap (dari Magic Castle yang terkenal). The luxury line offers first-string entertainment onboard its two midsize ships, with a nice array of shows and concerts ranging from the traditional to the trendy. Broadway-style productions, for instance, are performed by Crystal's talented onboard ensemble of singers and dancers -- and accompanied by a live orchestra. Additional performances include concert-style tributes to artists such as Elton John, musical-style "nostalgic" shows with themes like "Route 66" or "The Speakeasy" and dance performances. The line's "Crystal on Broadway" program brings aboard Broadway performers for one-off shows and Q&As. ILuminate, a pantomime group that appeared on "America's Got Talent," performs shows such as "The Tourist" and "Imagine," spectacles of music and neon lights dancing in the dark.

Sailings always have musicians onboard, from classical violinists to a cappella performers. Dance floors are regularly attended by live bands, too, and live classical music accompanies daily teatime. Many Crystal sailings feature a headliner comedian, ventriloquist or magician (from the famed Magic Castle).

7. Holland America

Kapal Terbaik: Fleetwide, tetapi khususnya Koningsdam dan Nieuw Statendam Fleetwide, but particularly Koningsdam and Nieuw Statendam

Mengapa: Holland America meningkatkan permainan hiburannya dengan trio kemitraan yang mengesankan yang membawa hiburan kelas dunia ke kompleks musik berjalan di setiap malam setiap berlayar di kapal tertentu. Pertunjukan ini termasuk musik klasik bersama dengan Lincoln Center Stage dan Blues bergaya Memphis milik B.B. King's Blues Club. Plus, penumpang dapat menikmati hit populer yang dimainkan oleh duel piano, berkat kemitraan dengan Billboard.on Koningsdam dan Nieuw Statendam secara khusus, jalur pelayaran telah memanfaatkan teknologi untuk membawa kualitas produksi teaternya. Tahap dunia dua lantai kapal memiliki layar proyeksi LED 270 derajat yang meminjamkan energi dan cahaya ke panggung. Holland America upped its entertainment game with a trio of impressive partnerships that bring world-class entertainment to its Music Walk complex on every night of every sailing on select ships. The shows include classical music in conjunction with Lincoln Center Stage and Memphis-style blues courtesy of B.B. King's Blues Club. Plus, passengers can enjoy popular hits played by dueling pianos, thanks to a partnership with Billboard.

On Koningsdam and Nieuw Statendam specifically, the cruise line has made great use of technology to bring the quality of its theater productions up a notch. The ship's two-story World Stage has a 270-degree LED projection screen that lends energy and light to stage shows.

8. Princess Cruises

Kapal Terbaik: Putri Mahkota, Putri Berlian (per musim gugur 2018), Putri Emerald, Putri Emas, Putri Agung, Putri Pulau, Putri Regal, Putri Kerajaan, Putri Ruby dan Putri Bintang Crown Princess, Diamond Princess (as of fall 2018), Emerald Princess, Golden Princess, Grand Princess, Island Princess, Regal Princess, Royal Princess, Ruby Princess and Star Princess

Mengapa: Princess Cruises bermitra dengan komposer tiga kali pemenang Oscar Stephen Schwartz-yang dikenal karena musikal seperti "Wicked," "Pippin" dan "Godspell"-pada 2015 untuk membuat pertunjukan produksi secara eksklusif untuk jalur pelayaran. Sejauh ini, tiga pertunjukan telah diluncurkan, termasuk satu-"The Secret Silk"-yang menggunakan boneka seukuran dari toko makhluk Jim Henson yang terkenal. Semua kapal putri menampilkan "The Voice of the Ocean," sebuah versi di acara TV "The Voice", di mana audisi penumpang untuk bersaing di grand finale akhir yang menjabarkan; Anda bahkan akan menemukan kursi berputar ikon di acara berlisensi resmi ini. Juga di semua kapal adalah aksi tamu yang mungkin termasuk komedian, pesulap dan aksi musik live. Princess Cruises partnered with three-time Oscar-winning composer Stephen Schwartz -- known for musicals such as "Wicked," "Pippin" and "Godspell" -- in 2015 to create production shows exclusively for the cruise line. So far, three shows have been rolled out, including one -- "The Secret Silk" -- that uses life-size puppetry from the famed Jim Henson's Creature Shop.

All Princess ships feature "The Voice of the Ocean," an at-sea version of "The Voice" TV show, in which passengers audition to compete in an end-of-sailing grand finale; you'll even find the iconic rotating chairs at this officially licensed show. Also on all ships are guest acts that might include comedians, magicians and live music acts.

15 penawaran teratas hari ini

Siapakah jalur pelayaran nomor 1?

1. Garis kapal besar: Jalur pelayaran Norwegia.Norwegian Cruise Line.

Apa jalur pelayaran berkualitas tinggi?

#1.Viking Ocean Cruises.#1 di jalur pelayaran mewah terbaik.....
#2.Seabourn Cruise Line.#2 di jalur pelayaran mewah terbaik.....
#3.Regent Seven Seas Cruises.#3 di jalur pelayaran mewah terbaik.....
#4.Azamara.#4 di jalur pelayaran mewah terbaik.....
#5.Kapal pesiar Silversea.#5 di jalur pelayaran mewah terbaik.....
#6.Pesiar Oceania.#6 di jalur pelayaran mewah terbaik ..

Dengan siapa perusahaan terbaik untuk memesan pelayaran?

Situs Web Jalur Pesiar ..
CheapCaribbean.com..
Kritikus Pesiar ..
CruiseDirect..
Priceline..
Tripadvisor..
Cruisewatch..
CruisesOnly..

Kapal pelayaran mana yang terbaik untuk orang dewasa?

100% dewasa hanya jalur pelayaran..
Viking Ocean Cruises.....
Perawan Perawan.....
U oleh Uniworld.....
Karnaval Cruises Serenity Retret Dewasa saja.....
Silversea-inklusif Ultra-mewah kapal pesiar.....
Pelayaran mewah Seabourn.....
Kapal pesiar kapal kecil Windstar.....
Oceania Cruises ..